Kami berkencan diluar rumah untuk pertama kalinya.
Ku kira hari ini akan seindah tadi malam, tapi ternyata dugaanku salah besar.
Pria yang ingin menikahi Jihan ternyata masih terus mengejar.
Hingga ia menemukan kami sedang berciuman dibawah rintikan salju.
Sesaat aku mendengar tarikan tuas sebuah pistol, disusul ledakan dan limbungnya Jihan yang sedang berada dalam rengkuhanku.
Seketika putihnya salju berubah menjadi merah mengerikan.
Hal ini tidak pernah aku inginkan, bahkan tak pernah terlintas sekalipun pada pikiran.
Aku berlutut, berteriak sembari merengkuh tubuh Jihan yang sudah tak berdaya.
Matanya sudah menutup sempurna, nafasnya terdengar sangat halus. Detak jantungnya tak bisa aku rasakan lagi.
Kemudian aku mendengar ledakan kedua, kini tubuhku tersentak kala merasakan sesuatu yang menancap pada punggung sebelah kiri.
Aku melihat darah yang mengalir dari bawah kakiku. Saat itu aku sadar bahwa aku juga mengalami nasib yang sama seperti Jihan.
Bajingan itu tidak ingin kami bahagia. Atau mungkin bermaksud baik ingin mengirim kami hidup bahagia di surga.
Tapi tetap saja, kupastikan ia ditempatkan pada dasar neraka oleh Tuhan karena sudah menghancurkan harapan dan kebahagiaan dua orang yang saling mencintai.
Kemudian aku mendengar bisikan lirih yang tersendat, itu berasal dari bibir kekasihku. Dengan susah payah ia berkata bahwa ia mencintaiku lebih dari apapun, kemudian berterimakasih.
Setelah itu aku tidak bisa mendengar apapun, karena tubuhku ikut limbung bersamanya.
Sekali lagi, aku kehilangan sebuah harapan.
Hopen-2018
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPEN
Fanfiction[Short story] Tentang Jungkook yang terus kehilangan harapan dan alasan untuk bertahan.