Aku berjalan. Dan saat itu pula terlihat oleh ku seorang gadis berhijab dari arah berlawanan ku. Dia lah gadis yang telah meluluhkan hati ini.
Kamu, Sabrina. Orang yang ingin aku miliki. Namun tidak dengan pacar. Aku ingin menjadi teman mu untuk selamanya.
Kita semakin dekat. Dan kau pun akhirnya menundukkan kepala sambil berjalan melewati ku.
Bingung, apakah aku harus menghentikan mu. Namun hati ini terus berkata agar memanggil nama mu.
"Sabrina!"
kau pun menoleh kearahku sedetik namun telah lenyap lagi pandangan mu ke aku
"iya" jawab mu dengan lembut."nama mu Sabrina kan?" kata ku. Menyakinkan
"betul"
"kemarin aku sempat menelepon kamu, tetapi abi mu lah yang menjawabnya"
"oh iya benar. Jadi kemarin kamu lah orang itu"Aku. Mengangguk. 2 menit lenggang. Tak ada percakapan diantara kita. Namun kau juga akhirnya peka.
"kamu kemarin menelepon aku ada masalah apa?"
"ehh.. Aku cuma mau mastikan saja kamu sudah sembuh apa belum"
"hhhh.. Kita kan kemarin juga udah sempat bicara. Ya begini aku. Alhamdulillah allah memberikan ku kesehatan secepatnya."Hati lega mendengarnya. Namun bel. Masuk berbunyi. Aku dan Sabrina masuk kedalam kelas masing-masing.
Setelah sampai dikelas aku pun duduk ditempat duduk ku.
"kamu tuh kenapa sih dari tadi senyum-senyum sendiri. Kamu gila ya?"
"enak aja kalau kamu bicara. Ya enggaklah. Orang sehat walafiyat kayak gini dibilang gila" .Dia pun terus menggoda ku. Teman ku yang paling akrab dengan ku. Tio. Aku juga bingung sendiri melihat tingkah ku yang kaya gini.
Beberapa jam kemudian jam bel berbunyi tanda istirahat. Heru, Dimas, hidan, dan tio mengajak ku ke kantin. Namun aku tolak. Dia terus memaksa ku . Dan akhirnya aku mengikuti kemauan mereka.
"Hey" kata tio yang membuat ku gugup. Aku sudah tau mengapa ia memanggilku.
Sabrina, berjalan bersama teman-temannya. Dia tertawa. Sangat manis sekali. Ia telah mwmbuatku tersenyum juga, namun didalam hati ku.
Dia benar-benar gadis yang sangat ramah, manis, baik, pintar. Aku ingin sekali menjadi milik nya . Dikemudian hari. Astaghfirullah.
Ampuni dosa hamba ya allah.Sepontan aku langsung berbalik arah menuju tempat penjual lainnya. Aku tak ingin berpapasan dengan nya.
Teman-teman ku pun tersadar bahwa aku telah pergi. Mereka langsung berlari kearahku.
"Benar-benar sangat manis" goda heru
"Hey, istighfar kawan" jawabku spontan.
" astaghfirullah" jawab tio yang lagi-lagi menggoda ku.Kamu pun akhirnya membeli makanan dan minuman lalu kembali lagi ke kelas. Banyak hal yang kami bicarakan. Dan bel pun berbunyi lagi. Guru pun datang.
Pelajaran telah selesai, ini tandanya semua murid dan guru waktunya pulang. Aku pun berjalan menuju depan gerbang. Sabrina pun berjalan , ia berada di depan ku.
Tinggi badan dan tas nya sangat aku kenali. Aku pun sengaja mengikutinya dari belakang.
Dia tiba-tiba berhenti sejenak. Aku pun bingung, aku berpura - pura membenarkan tali sepatu. Sabrina pun menoleh kearah ku lalu meneruskan langkahnya lagi.
Namun aku mencoba mengejarnya. Dia sudah tidak tampak lagi. dia terlalu cepat berjalan, mungkin dia sudah dijemput.
Tak berapa lama pun pak Ahmad datang menjemputku. Aku pun langsung masuk mobil. Mobil pun melaju meninggalkan sekolahan. Menuju rumah.
"Assalamu'alaikum"
Tak ada satu jawaban pun. Dan ternyata memang tak ada orang dirumah.
"Oh iya den, tuan sama nyonya sedang keluar, katanya nanti sampai larut malam pulang nya. Saya lupa memberi tahu" kat pak Ahmad dari belakang kuAku mengangguk tanda mengerti. Kerena capek sekali, alu merebahkan tubuh ku ke kasur. Aku pun tertidur pulas.
Seseorang dari balik pintu memanggilku, yang membuat ku terbangun. Ya allah ternyata sudah ashar. Aku langsung membuka pintu. Tio?.
Tio datang ingin meminjam buku pelajaran ku. Aku pun mempersilakannya masuk ke kamar ku. Aku memintanya menunggu selagi aku mandi dan sholat.
Setelah selesai betapa terkejutnya aku . Seseorang menelpon aku.
"Iya halo? " tanya ku
"Ada apa ya? Ini siapa?" tanya dia balik. SABRINA?. ini pasti ulah tio. Dia menelpon sabrina tanpa meminta izin ku dulu."Eh, aku? Enggak apa apa, ini aku Ryan , na."
"oh kamu. Ya udah kalau gak kenapa- kenapa. Aku ini sibuk. Aku tutup dulu"Belum sempat membalas. Dia sudah mematikan telfon nya. Heh. tio itu sudah gila. Berapa kali coba tio menelfon. Aduh, aku kan yang malu. Malah dia balik tanpa pamit juga. Liat aja besok dikelas.
Dan keesokan harinya...
Aku langsung mengedor meja Tio. Sontak ia pun terkejut.
"Eh.. Anak ayam mati... Eh mati.. " Tio tergagap gagapMelihatnya begitu aku pun tak jadi marah, tetapi malah tertawa.
"Eh.. Kamu itu ya siapa suruh telpon Sabrina coba"
"Hehehe... Maaf.. Tapi ku seneng kan? " tanya Tio balik
"Eh.. Eee.. Seneng sih tapi kan aku malu.. "
"Eh Sabrina... Masuk masuk.. Ada Ryan nih" kata tio dibelakang kuMendengar hal itu aku langsung balik badan... Tadinya sih seneng.. Tapi eh ternyata aku dibohongin. Dasar Tio.
Langsung aku cekik itu anak.
"Maaf maaf... Habisnya kamu itu tegang banget... Hehehe"Aku dan Tio selalu bercanda. Dia adalah teman sekaligus parner aku belajar kelompok. Seneng banget bisa berteman dengan nya :).
Dan semoga saja kita berteman selamanya.
Aamiin...
"Oh ya tadi kamu dicari sama anak cewek cantik tuh... Katanya waktu istirahat nanyi ditunggu di taman sekolah " ujar Tio
"Ehhh... Siapa? " tanya ku sedikit berfikit
"Gue gak tau namanya sih... Anak sebelah... Katanya les les apa gitu" jawab TioOh si Dia....
Setelah beberapa jam kemudian... Aku langsung datang ke taman .
"Eh... Liya.. Ada perlu apa? "
Tanya ku bingung sekaligus penasaran
"Gak terlalu penting sih, cuma mau kasih bekal makan siang aja ke kamu... Ini yang buat aku lho" jawabnya lembut"Kok repot-repot segala sih" jawab ku sambil menggaruk garuk kepala
"Enggak kok"Aku bingung dengan sikapnya.
Dari pertama kenal sampai hari ini dia baik banget sama aku.Aku jadi merasa gak enak. Apalagi dia anak perempuan. Aku takut ada salah paham antara kami. Takut nanti jika anak anak yang lain berfikiran yang tidak tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Melemah
RomanceAku belajar dari sebuah pengalaman hidup, agar kesalahan ku tak akan terjadi lagi, dan belajar lebih baik lagi untuk masa depan yang cerah. Meskipun kesalahan yang telah kita perbuat tak lagi dapat terhapuskan dari sejarah, namun setidaknya...