kelas 9

6 0 0
                                    

Satu tahun berlalu.
Aku sekarang telah naik kelas 9 dan ini lah waktunya aku berjuang. Ya,  kurang lebih 3 bulan lagi aku harus berjuang mati-matian agar nilai ku Bagus. Ya setidaknya aku harus dapat diterima di SMA favorit nantinya.

Aku mengikuti banyak bimbingan belajar,  dan meninggalkan les musik ku.  Sebenarnya dari 2 bulan yang lalu aku ingin keluar les musik , tapi teman ku tidak memperbolehkannya.

Aku mulai bingung menentukan pilihan ku sekolah lanjutan.
Aku ingin melanjutkan di SMK,  namun orang tua ku menyuruhku sekolah di SMA luar kota saja.

Aku pun menuruti semua permintaan orang tua ku. Karena dengan begitulah aku berbakti kepadanya.

Dan sekarang waktunya untuk semangat belajar.  Semangat semangat.

"Hey,  bengong terus,  siapa sih yang kamu pikirin? " tanya Dio penasaran
"Hemm..  Gak ada,  cuma takut aja nanti kalau gk bisa ngerjain UNBK nya.
"Santai ajalah,  gue aja malah belum belajar sama sekali"
"La lo kan enak mau sekolah ke SMK,  setidaknya nilai berapa pun bakal masuk juga" jawab ku sambil tersenyum seolah mengejeknya
" enak aja lu,  SMK SMK pun sekarang minimal setidaknya harus nilainya 20.00.. Lo pikir gue gak bingung juga,  dan lagian nilai mtk gue paling jelek. Haduh,  pusing saya" jawab nya sambil melirik sinis ke aku.

Tanpa henti kami terus mengoceh sampai tiba-tiba bel berbunyi.  Dan itu tandanya pelajaran akan segera di mulai.

"Eh. Lo tahu gak? " tanya Dio kepada ku
"Gak tau lah.. Emang kenapa? "
"Ih,  gue beneran ini"
"Iya gue juga.. Emang ada apa sih? " tanya ku penasaran

Dia pun berbisik ditelinga ku.  Sontak aku terkejud bukan main.
Aku?.  Aku?.  Gak salah ya?

" gue juga gak percaya sih,  itu pin gosip gosip dari kelas sebelah.  Coba gih tanya sama dia langsung" Dio pun menjelaskannya
"Ogahhh...  Aku kan gak suka sama dia biarin ajalah. Dan satu lagi,  lo jangan ngomongin ini ke siapa siapa.  Awas lo kalau ngomong. Gosip kan bisa aja salah. Awas aja kalau sampe kesebar" kata ku kepada Dio dengan tegas.

Emang itu beneran ya.  Gak lah.  Masa Liya yang lumayan kaya gitu suka sama aku.  Bukannya Dio lebih tampan ya.
Entahlah,  aku juga hanya menganggapnya sekedar teman saja.  Gak lebih.  Hati dan perasaan ku hanya untuk satu orang saja. Hingga waktu yang tepat aku akan mengungkapkannya.

Pelajaran pun selesai. Capek. Lapar.  Sekaligus ngantuk. Itulah yang tergambar di wajah-wajah siswa siswi setelah pelajaran bahasa inggris dan plus hari ini emang sudah siang sekali.  Rasa malas pun menghantui kami semua.

Kring...
Bel istirahat akhirnya berbunyi.

"Yok ke kantin! " ajak Dio kepada ku.
"Lo gak sholat? "Tanya aku balik
"Eh iya. Sholat dulu deh" jawab Dio sambil tersenyum lebar melihatkan gigi putihnya
"Makan aja diingat terus,  sholat aja lupa"

Semua murid pun keluar kelas,  ada yang ke kantik,  ke masjid,  dan etah mungkin juga ada yang colut.

Aku dan Dio pun menuju masjid.  Dan betapa beruntungnya aku.  Kami berpapasan. Sabrina. Wanita yang tak pernah berubah sama sekali.  Masih sama manis dan cantiknya. Astaghfirullah..

"Hai!" sapa Dio kepada Sabrina dan teman temannya
"Assalamu'alaikum" jawab Sabrina.
"Wa'alaikumsalam" jawab ku dan Dio yang membuat kami malu sekaligus salah tinggah.

Lagian Dio bukannya ngucapin salam malah hai.  Aduh.  Malu sekali.
Kenap juga aku punya Teman seperti dia.  Ya ALLAH SABARKANLAH HAMBA.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jangan MelemahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang