Bagaimanakah Keadaan Mu?

25 1 0
                                    

Setelah 24 jam tak bertemu dengan nya. Aku ingin sekali menjenguknya. Sabrina benar-benar telah membuat hati ku pusing. Entahlah. Aku tak bisa mengungkapkannya. Dan tak ingin mengungkapkannya. Aku hanya ingin kita berteman. Agar aku selalu bersamanya. Tak ingin dimasa depan justru aku dan dia berjauhan. Dan lagi pula pacaran didalam islam dilarang. Yang meskipun hati ini berdosa karena telah mencintai seseorang.

Namun lebih baik dosa ini tak bertambah. Cukup dosa hanya dengan  mencintainya saja. Tak usah menambah dosa lagi.

Aku pun belum tahu dia kelas berapa. Jika pun bertanya, harus bertanya pada siapa. Aku tak banyak memiliki teman. Aku lupa, Dio teman ku kan memiliki banyak teman disekolah. Siapa tau dia bisa membantu mencarikan informasi tentang Sabrina.

Sedetik itu pun aku langsung menghubungi Dio. Bertanya banyak hal. Dan akhirnya aku tahu banyak hal tentang sabrina. Dia kelas 8 A. Seangkatan dengan ku ternyata. Seorang dari anak dari ustadz dan ustadzah yang lumayan terkenal. Orang tua nya pemilik pesantren Nurul Huda  yang sangat terkenal itu.

Aku pun tersenyum-senyum dengan hati ku yang berbunga-bunga. Syukurlah aku mengetahui tentang kehidupannya. Meskipun tidak semuanya aku ketahui. Paling tidak mengetahui tentang kelasnya itu yang paling penting.

Aku pun meminta Dio mencarikan nomer Sabrina. Namun Dio sedikit curiga dengan gelagat ku yang ingin tahu menahu tentang Sabrina. Untunglah aku cepat berfikir dan menemukan alasan yang tepat. Aku berpura-pura disuruh guru BP mencarikan nomer nya.

Berbohong sedikit tak apalah. Demi kebaikan. Meskipun hanya untuk kebaikan ku saja :).

Setelah bertanya-tanya cukup lama. Aku pun lupa kalau aku harus segera berangkat ke sekolah. Hari ini dan seterusnya mungkin aku harus diantar jemput, karena mama ku memaksa ku untuk menuruti semua perkataannya, termasuk harus diantar jemput ke sekolah . Namun ada kekecewaan sedikit di hati ku, karena tak bisa bersepeda untuk beberapa saat ini.

Sesampainya disekolah. Dio pun langsung merangkul pundak ku sambil tersenyum-senyum seolah menggoda ku tentang Sabrina. Aku mungkin salah bertanya pada orang. Mengapa juga aku harus bertanya pada bocah gila ini, aduh, bisa mati kaku aku menjawab semua pertanyaannya.

Dia pun benar-benar memusingkan ku dengan segala pertanyaannya. Namun aku hanya menjawabnya tidak, iya, tidak apa-apa. Ya cuma menjawab  sekedarnya saja.

Namun Dio pun mungkin lelah bertanya, dan akhirnya berhenti bertanya tanpa aku suruh sekali pun.

Untunglah. Aku benar-benar lelah menjawabnya. Sampai dikelas aku pun langsung duduk ditempat biasa aku duduk.

Sampai saatnya tiba bel masuk pun berbunyi. Bu Ida, guru bahasa indonesia pun datang lalu menjelaskan pelajar tersebut sampai tiba waktunya istirahat. Kringgg...

Semua teman-teman ku keluar satu persatu. Namun hanya Dio dan aku yang berada didalam kelas. Ia akhirnya mendapatkan  nomer telepon Sabrina dari temannya, teman Dio itu juga satu kelas dengan Sabrina.

Dengan gampang ya Dio mendapatkan nomer telepon seseorang. Mungkin dia anak yang sangat di gemari oleh semua anak disekolah ini karena tampangnya yang menurutmu lumayan. Dia kaya, tinggi namun tak melebihi ku, anak hits, dan cukup lumayan tampan, sepadanlah dengan ku :P.

Benar-benar kawan yang dapat diandalkan. Aku pun langsung tersenyum karena merasa senangnya. Dio pun mulai lagi menggoda ku.

"kamu benar-benar suka ya dengan gadis itu?"
"enggak kok"
"enggak kok senyum-senyum dapat nomer nya" tanya Dio sambil mengangkat kedua alisnya
"ini tuh disuruh guru BP. Kan udah aku hilang tadi"
"udah gak usah bohong. Aku juga suka kok"
"hah?" tanyakan sambil meloloskan mata.
"suka kalau melihat kamu bohong" jawabnya sambil cengingiran.

Memang suka membuat aku jantung anak ini. Tapi, jika ia benar-benar menyukai Sabrina gimana. Tapi bukanya dia udah punya ceweknya. dasar play Boy anak ini. Jangan sampek pokoknya Sabrina dengan dengan anak ini. Lagian Sabrina apa juga mau. Hahaha.

Setelah beberapa jam akhirnya bel pulang pun berbunyi. Saatnya aku langsung mengambil wudhu dan menunaikan sholat dzuhur di mushola sekolah. Karena hari ini aku harus kumpul osis, jadi tak sempat untuk pulang kerumah. Lebih baik waktunya aku gunakan untuk istirahat dimushola saja.

Ada banyak juga teman-teman ku yang tidak pulang karena rumah mereka juga ada yang jauh. Jadi aku juga ada temannya. Ngak sendirian deh.

Setelah sholat pun semua anak yang ikut organisasi osis berkumpul. Ketuanya adalah aku, jadi aku yang harus mengatur semua kegiatan yang dilakukan ini. Kami sekarang sedang membahas tentang lomba-lomba yang akan dilakukan saat 17 agustus nanti, sekitar kurang lebih kurang 1 bulan lagi.

Banyak hal yang semua orang ajukan tentang ide-idenya. Sapi tak terasa sudah adzan asar . Kami pun akhirnya bubar dan masing-masing anak ada yang sudah dijemput dan ada yang menunaikan sholat asar dimasjid.

Aku pun sholat dulu, karena pak Ahmad, sopir kepercayaan ayah ku belum juga datang menjemput ku. Setelah selesai sholat ia pun juga belum datang.

Aku pun mencoba menghubunginya namun hpnya tak aktif. Tiba-tiba seorang gadis datang menghampiri ku. Sabrina. Ya itu adalah dia. Kelihatannya ia lebih baik dari pada kemarin yang aku lihat.

Ada rasa bahagia sekaligus bingung. Bahagia karena ia baik-baik saja.alhamdulillah. Bingung karena mengapa dia menemui ku. Ternyata dia datang karena buku catatan nya tertinggal di meja nya.

Ia menemui ku karena melihat ku duduk sendiri. Maka nya itu dia menghampiri ku. Aku salah berfikir kalau dia datang sengaja menemui ku. Aku terlalu PD sekali.

Kami tak sempat berbicara banyak hal karena pak Ahmad telah datang. Begitu pula sopir Sabrina yang telah menunggu nya didalam mobil.

Kami akhirnya pulang saat akan  masuk sediakan mobil aku dan dia saling bertatapan sekali lagi. Dia pu  tersenyum kepada ku. Dan aku pun  membalas senyuman nya. Sangat manis sekali.

Astaghfirullah. Seketika hati ku beristighfar karena terlalu merasa suka kepadanya. Maafkan hamba ya allah karena telah mencintai makhluk ciptaan mu yang berlebihan.

Namun aku hanya ingin mencintainya dalam diam dan doa saja tak lebih dari itu. Aku akan selalu ingat bahwa pacaran itu dilarang oleh   agama islam.

Sesampainya dirumah, aku langsung masuk ke kamar ku. Memandang sobakan kertas, nomer telepon Sabrina. Mau aku apakan nomer ini. Telpon atau sekedar chat. Ngapain juga telepon dia.

Tanya kabar. Aku ini siapa. Tak apalah akan ku coba meneleponnya. Tapi tadi kan udah tau dia baik-baik saja. Terus tanya apa dong. Bingung.

Ohhh ya aku akan bertanya tentang sakitnya saja. Aku juga penasaran dia sakit apa.

Telepon sudah ada digenggamanku. Tinggal menulis nomer dan memanggil saja. Ayo Ryan kamu pasti bisa.

"assalmu'alaikum" kata seorang laki-laki. Apa mungkin ini bukan nomernya Sabrina. Dio mungkin membohongi ku.
"wangalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh... Apakah ini benar alamat nomernya Sabrina?"
"oh iya benar. Ini saya abi nya. Dengan siapa ini?"

Duuuaaaarrrr.... Abi nya Sabrina. Aduh ini pasti nomer rumah bukan nomer pribadi. Ya ampun Dio, dasar bocah ini. Tapi aku juga lupa menyuruhnya mencarikan nomer pribadi bukan nomer rumah. Salah aku juga sih.

"ini dengan saya temannya ustad..."
"oh iya sebentar saya panggilan Sabrina nya... Dia sedang memasak didapur.."
"oh sedang repot ya ustad... Kalau gitu nanti saja saya telpon kembali.saya takut mengganggu. Asalamu'alaikum"
"oh yaudah kalau begitu. Wangalaikumsalam warahmatullahi wabarakatu"

Jangan MelemahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang