Bulan dan Bintang

423 69 0
                                    

🍫2015, August 5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍫2015, August 5

Matahari dan Bulan memang ada dilangit yang sama. Tapi mereka berada di saat yang tak pernah sama.











Sudah dari pagi hari cuaca terlihat mendung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah dari pagi hari cuaca terlihat mendung.
Awan awan hujan seakan sedang menyiapkan diri untuk mengeluarkan air hujan nya.

Dan sudah setengah hari di sekolah ini Yena terlihat diam dan menyendiri. Seperti ada sesuatu yang menganggu fikiran Yena.

Namun Yena tak bisa bercerita pada siapa siapa, sebab Yuri sedang dispen karena latihan tambahan untuk mengikuti lomba paduan suara mewakili eskul sekolah.

Woojin menatap Yena dengan sayu.
Dia memikirkan Yena. Mungkinkah Yena seperti ini akibat ulah nya kemarin?
Yang pergi meninggalkan Yena sendiri di sekolah demi bisa pulang bersama Yujin, Wonyoung dan Sohye? Teman barunya.

Woojin berjalan mendekati Yena dan melihat satu pack pensil warna kesayangan Yena tergeletak dengan rapih di atas meja Yena.

Hanya ada satu hal yang terlintas di benak Woojin saat ini agar bisa berbicara dengan Yena yang sedang murung.

"WOOJIN -! BALIKIN PENSIL WARNA GUE-!", Teriak Yena membludak dan menggema keseluruh ruang kelas.

Dengan cepat Woojin menutup kedua telinga nya.

"WOOJIN -!", Teriak Yena, lagi.

"Gue pinjem bentar Yen, elaah. Pelit amat lu", balas Woojin yang kemudian berjalan pelan menjauhi Yena.

Yena semakin geram, ia ingat akan kebiasaan Woojin yang jika meminjam barangnya pasti berujung hilang.

"Gak! Nanti ilang semua pensil warna gue", ujar Yena.

Woojin tak mau tahu, ia terus berjalan menjauhi Yena. Hal itu membuat Yena geram. Sebuah sapu ijuk yang tersimpan rapih di dalam lemari kelas kini sudah ada di tangan Yena. Dan Yena siap melemparnya ke arah Woojin.

Namun nihil, Yena salah sasaran. Lemparannya justru meleset dan hampir mengenai kak Seongwoo yang baru datang kekelas nya bersama Kak Jaehwan.

"Aduh njir, untung kaga kena kak Ong", bisik Yena sambil mengusap dada nya.

Woojin langsung menghampiri Ong dan Jaehwan, mereka berbicara sebentar hingga akhirnya Ong dan Jaehwan masuk ke kelas Woojin.

"Woojin!", teriak Yena.
Keributan mereka masih berlanjut hingga akhirnya datang Wonyoung dan Yujin yang memang sudah sering main di kelas Yena.

"Halo rakyat Q", teriak Yujin sambil masuk kekelas Yena dan melambaikan tangan nya.

"Sok bgt punya rakyat lu ah", ledek Woojin dengan mimik wajah datarnya.

Kini Woojin sukses membuat Yujin, Wonyoung dan Yena berlari mengejarnya.
Meski akhirnya hanya Yena yang terus berlari mengejarnya hingga keluar dari kelas.

Saat sudah sampai di koridor sekolah yang sepi, Woojin langsung menghentikan langkah kaki nya.

Yena kelabakan saat melihat Woojin yang tiba tiba tak berlari lagi. Ia kehilangan keseimbangan dan sulit untuk berhenti.

"Aduuuh", rintih Yena saat sudah terduduk dilantai akibat menabrak tubuh Woojin.

Woojin membalik tubuhnya, "Hahahaha, dia malah duduk disitu."

"Duduk duduk ndasmu kotak. Gue jatoh nih", ketus Yena.

"Utututu, sayang. Sini bangun, gue bantuin", Woojin langsung membungkukan sedikit tubuhnya sambil mengulurkan tangan ke arah Yena.

Yena menatap Woojin dengan sinis.
Tapi mau tak mau Yena meraih tangan Woojin dan mencoba berdiri.

"Nih pensil warnanya", ujar Woojin sambil mendekatkan pensil warna Yena ke arah Yena.

Baru saja Yena ingin menerimanya, tapi Woojin kembali menjauhkan pensil warna nya.

"Eits, gak segampang itu. Gue mau ngomong sesuatu dulu. Lu harus denger", ujar Woojin.

Yena mengercap pelan, "ngomong apa?."

"Maaf."

Hati Yena berdesir saat mendengar kalimat maaf dari Woojin. Ucapan maaf dari Woojin terasa sangat tulus bagi Yena.

"Buat apa?", tanya Yena.

"Maaf karena gue ninggalin lu kemarin dan gue malah pulang sama Yujin, Wonyoung, Sohye", jawab Woojin dengan suara yang melemah.

Yena tertawa pahit, "Gak ada hak juga buat gue marah. Santai aja."

Woojin menggelengkan kepala nya, "Engga Yen, lu berhak buat marah kalo emang lu gak suka."







"Gue gak berhak untuk marah sama lu. Karena nyatanya kita punya dunia masing masing, Jin", jawab Yena.









Yena langsung berjalan meninggalkan Woojin di koridor setelah berhasil mengambil pensil warna miliknya.

Woojin hanya diam memikirkan ucapan Yena barusan. Hingga akhirnya terdengar suara gemuruh petir di langit dan mulai turun rintikan air hujan.

Awan hujan itu menutupi sinar matahari yang seharusnya menerangi dan memberi kehidupan.










Sebab, sang matahari tidak akan bisa menggeser posisi bintang yang selalu ada disamping bulan untuk menemani nya di malam hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebab, sang matahari tidak akan bisa menggeser posisi bintang yang selalu ada disamping bulan untuk menemani nya di malam hari.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
sun, moon, and sky ✔️  | Choi Yena Park Woojin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang