Bab 4

642 33 0
                                    

Seorang laki-laki masih mematung dengan pisau menempel di lehernya, Jimin. Ia begitu bingung sekarang, haruskah ia melawannya terus kabur dari tempat itu atau hanya menurut. Setelah sekian lama ia memikirkan tindakan yang tepat yang akan ia lakukan, ia pun memilih menurut saja. Ia berpikir mungkin orang ini bisa membantunya untuk tetap hidup. Kalau ia berani kabur mungkin ia akan mati ditangan sahabatnya sendiri kan?

Jimin kemudian mengumpulkan segenap kekuatannya. Setelah dirasa ia cukup berani untuk berbicara pada orang dibelakangnya, ia pun mulai membuka mulutnya. "Baiklah aku akan mengikutimu." ucap Jimin sambil menelan saliva-nya sendiri. Ya, jujur saja ia masih takut.

"Hhhh pilihan yang tepat Park Jimin." balas orang itu sambil terkekeh mengerikan.

Jimin pun bingung, kenapa orang ini bisa dengan mudah mengetahui namaku? Ia segera menyuruh orang di belakangnya ini untuk melepas pisau yang masih menempel dilehernya itu. "Tapi tolong lepaskan benda ini pada leherku!" pinta Jimin.

Orang itu melepas pisau yang menempel di leher Jimin kemudian segera mengunci tangan Jimin dibelakang tubuh. Jimin tidak bisa berkutik selain menurutinya. Mereka berdua kemudian berjalan masuk rumah yang mirip gabungan antara club dan house itu. Dan benar saja setelah mereka sampai di dalam, hal pertama yang Jimin lihat adalah club. Namun begitu mereka menaiki lantai dua yang terlihat adalah house, banyak tazza di sana.

Mereka terus berjalan sampai memasuki lantai tiga rumah itu. Mereka berdua berjalan melewati lorong-lorong yang sepi. Tidak ada suara disana kecuali langkah mereka berdua. Setelah mereka sampai di depan salah satu pintu, orang itu menyuruh Jimin untuk berhenti. Jimin pun menurut. Ia berpikir kalau ia menolaknya pasti nasibnya tidak jauh berbeda dengan nasib sewaktu bersama dengan Taehyung. Mati!

Orang itu masuk ke dalam ruangan yang ada di depan Jimin. Tak berapa lama orang itu pun kembali keluar dan senyuman mengerikan ia berikan untuk Jimin. Jimin pun begidik ngeri.

"Kajja!" ajak orang itu sambil mendorong tubuh mungil Jimin untuk memasuki ruangan itu.

Setelah mereka sampai di dalam Jimin pun mengedarkan pandangannya. Terlihat banyak sekali action figure di dalam sana. Semuanya di dominasi warna hitam. Ia juga melihat seseorang tengah duduk membelakanginya. Tak berapa lama orang itu pun membalikan kursinya menghadap ke arah Jimin.

Jimin terpaku melihat orang itu. Ia mengingat betul siapa orang itu.

Flashback On

Jimin sedang berjalan melewati seduah trotoar jalan yang sangat sepi. Tidak ada orang yang berjalan melewati daerah itu kecuali dirinya. Jalanan di sampingnya pun sepi. Tidak ada mobil, motor, bahkan sepeda yang melewati jalan itu.

Jimin terus saja berjalan dengan sedikit terhuyung-huyung. Sesekali ia pun menenggak botol minuman beralkohol yang dipegangnya itu. Namun tiba-tiba ia menabrak seorang laki-laki yang tubuhnya jauh lebih tinggi darinya.

"Yaak! Kemana matamu huh? Apa matamu ketinggalan di jalan?" umpat orang yang ditabraknya itu.

Ya, memang Jimin menabrak seseorang yang tengah berdiri diam, Sungguh aneh bukan? Orang itu tengah memegang sebuah botol sama sepertinya, namun botol itu jatuh dan pecah akibat ia menabraknya. Itu sebabnya orang itu begitu marah.

Orang itu kemudian memegang kerah Jimin dan bermaksud untuk memukul. Jimin sendiri, ia tidak bereaksi sedikit pun. Itu karena keadaannya setengah mabuk. Namun keberuntungan masih berpihak dengannya. Tiba-tiba saja datanglah satu laki-laki lagi yang menahan tangan laki-laki yang akan memukulnya itu.

"Hyung sudah hentikan! Keadaannya memang mabuk jadi wajar dia menabrakmu." ucap laki-laki yang menahan tangan itu sambil segera menyuruh orang yang akan memukul Jimin untuk duduk di teras sebuah toko.

HIDDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang