Bab 6

516 27 0
                                    

Jam dinding telah menunjuk angka sembilan. Sinar matahari sudah menjalar ke segala penjuru. Deru mobil sudah terdengar bising diluar sana. Di kamar yang lumayan besar terbaringlah seorang gadis, Hani. Ia sedang memejamkan matanya tenang dengan selimut yang hampir menutupi seluruh badannya.

Hani sedikit terusik ketika pintu terbuka menimbulkan suara yang tidak terlalu keras itu. Seorang laki-laki berjalan masuk mendekati Hani. Ia kemudian duduk di tepi kasur sambil tersenyum namun raut wajahnya menyiratkan kekhawatiran yang mendalam, Yoongi.

Yoongi pun menggerakan tangannya menuju kening Hani untuk mengecek suhu tubuh. Ya... walaupun ia tahu bahwa adiknya itu tidak sakit. Ia kemudian mengarahkan telapak tangannya ke puncak kepala Hani. Ia mengelusnya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Setelah itu Yoongi pun hendak beranjak meninggalkan Hani. Namun tiba-tiba tangannya dicekal oleh tangan Hani kuat. Ia pun menoleh dan mendapati Hani yang sedang menatapnya khawatir dan sedih. Yoongi pun kembali duduk dan menatap sang adik lekat. Ia diam untuk memberikan waktu pada adiknya untuk memulai percakapan terlebih dahulu.

Hani masih terdiam bisu. Ia kemudian langsung duduk dan segera menarik tubuh Yoongi, memeluknya erat. Yoongi pun sedikit kaget dengan tindakan adiknya itu namun, ia mengerti mengapa Hani melakukannya sehingga ia juga membalas pelukan adiknya itu.

Hani mengeratkan pelukan itu. Ia masih diam di dalam pelukan itu. Yoongi pun hanya mengelus-elus punggung Hani lembut. Perlahan Yoongi merasakan pundaknya basah. Ya... ia yakin bahwa sekarang Hani sedang menangis di dalam pelukannya dan juga menangis di dalam diam.

Karena Yoongi merasa bahwa masalah itu tidak akan selesai jika Hani yang membukanya, maka ia lah yang mencoba membuka suaranya terlebih dahulu. "Hani-ya, waeyo? Aku yakin Taehyung pasti baik-baik saja. Tenanglah!!" bujuknya dengan nada lembut.

Perlahan Hani pun melepaskan pelukan itu dan menatap Yoongi lekat. Yoongi pun mengarahkan tangannya menuju pipi manis adiknya itu. Ia kemudian mengusap pipi manis itu lembut, menghapus air mata adiknya. Ia menatap Hani sambil tersenyum seperti biasa, manis.

"Sudahlah! Adikku yang paling manis dan paling cantik sedunia, kamu jadi kelihatan jelek jika menangis seperti itu??" gurau Yoongi.

Hani pun sedikit terkekeh ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut oppa-nya itu. Ia yakin oppa-nya pasti berusaha untuk menghiburnya sekarang. Ia kemudian tersenyum dan menghapus air matanya kasar.

"Nde, Yoongi oppa." jawab Hani masih sambil tersenyum. "Tapi apa dia baik-baik saja?" tanyanya kemudian sambil menunduk dengan wajah yang sedih.

"Aku yakin dia pasti kembali untukmu Hani-ya. Dia juga baik-baik saja, pasti." ucap Yoongi menguatkan Hani.

Hani pun sedikit tersenyum tipis. Ia kemudian mendongak menatap Yoongi yang masih saja tersenyum menatapnya. Ia kemudian menarik Yoongi lagi, memeluknya. Yoongi pun tersenyum kemudian dengan senang hati membalas pelukan adiknya itu.

~~~~~~~

Di sebuah kamar yang bisa dibilang memiliki desain interior mewah. Terbaringlah seorang laki-laki dengan lakban hitam melekat sempurna di bibirnya. Tangan dan kakinya juga diikat. Ia sepertinya sedang tidur, Taehyung.

Cklek

Pintu terbuka dan masuklah tiga orang laki-laki. Jimin, Jin, dan Namjoon. Mereka berjalan kearah Taehyung. Namjoon tentu saja berjalan dengan seringaian kemenangan terpampang jelas di bibirnya. Jin berjalan dengan tatapan santai. Sedangkan Jimin dengan tatapan sedih, kesal, marah, khawatir.

Ya, Jimin memang masih mempunyai perasaan khawatir walaupun Taehyung hampir saja membuat nafasnya hilang. Jimin menatap Taehyung yang masih terpejam itu. Namjoon kemudian mendekati Taehyung yang terbaring. Ia duduk di tepi kasur masih dengan seringaian. Ia melepas lakban itu dengan kasar sehingga menimbulkan suara dan juga erangan dari Taehyung.

HIDDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang