2

154 17 1
                                        

"Hey, Rin-ah."

"Hm."

"Hihhh! Liat sini."

Arin meletakkan novelnya dan menoleh ke Yuqi, sahabat karibnya itu. Ia menaikkan sebelah alisnya bermaksud menanyakan apa mau sahabatnya yang sedari tadi tak berhenti memanggilnya.

"Gue mau curhat."

"Curhat paan?"

"Tapi jangan ketawa ya?"

"Hmm."

"Janji?"

"Iya udah buru. Lama!"

"Gue... Gue..."

"Buru!"

"Gue..."

"Ga penting lo! Mending gue baca nov..."

"GUE SUKA MINGYU."

Perkataan Yuqi sukses membuat mata Arin hampir keluar. Arin benar-benar terkejut mendengar perkataan sahabat karibnya itu.

"SUMPAH?!!"

Sungguh, Arin tidak menyangka bahwa sahabat karibnya itu menyukai sosok hitam dekil baginya itu. Seorang Kim Mingyu, manusia paling jahil yang suka tebar pesona ke semua wanita, ntah tua ataupun muda.

"Hhm" jawab Yuqi menganggukkan kepalanya.

"Gila lo! Masa iya suka sama playboy dekil item macem Mingyu. Lo masih waras kan?"

"I'm totally waras" jawab Yuqi yakin.

"Kok bisa?"

"Gatau."

Sejak pengakuannya pada Arin, setiap hari yang Yuqi ceritakan hanyalah Mingyu, Mingyu, dan Mingyu. Ya, terkadang Arin jengah mendengar tentang si hitam dekil itu.

"Eh eh eh Rin, duh gimana nih."

"Apasih?" Tanya Arin kesal dengan kehebohan Yuqi, membuat makannya tidak jenak.

"Itu liat deh, Mingyu mau kesini. Duh gue harus gimana?"

Arin menoleh mencari sesosok 'Kim Mingyu'.
Belum sempat menemukan sosok hitam dekil itu, Yuqi sudah heboh kembali.

"Eh gimana penampilan gue? Cantik ga? Rapi ga?"
Baru Arin ingin menjawab pertanyaan sahabatnya itu, suara lain mengintrupsi.

"Halo cantik, gue boleh gabung kan?" Dengan nada flirty-nya itu sambil membawa nampan berisi makan siang.

Arin terdiam. Memandang lelaki itu. Rasanya jantungnya ingin melompat. Sungguh, dia tak tahu harus berbuat apa. Yang bisa ia lakukan hanyalah diam dan memandang.

"Kursi lain penuh, kita gabung gapapa kan?"

Deep voice-nya sungguh membuat Arin semakin sulit untuk bernafas, dadanya begitu sesak, jantungnya berdetak semakin cepat. Jeon Wonwoo memang memberi efek yang luar biasa untuknya.

Sebelum Arin benar-benar mempersilahkan kedua pemuda itu duduk, si dekil sudah lebih dahulu menduduki kursi di depan Yuqi. Jelas Yuqi sudah ingin berteriak saja, untung saja dia masih punya rem untuk tidak mempermalukan diri.

"Apa?" Tanya Gyu yang dipandang sinis oleh Arin.

"Boleh kan Rin?"
Lagi deep voice itu benar-benar membuat Arin lupa akan kekesalannya atas kelakuan Mingyu yang duduk tanpa dipersilahkan itu.

"Iya gapapa." Jawabnya dengan sedikit penekanan sambil melirik manusia hitam dekil di depan kanannya itu.

Yang dilirik? Tentunya dia biasa saja, seolah tak peduli. Begitulah Kim Mingyu, 'muka tembok'.

"Thanks."

Sungguh barusan Arin melihat senyum di wajah Wonwoo. Ia yakin ia tidak sedang berhalusinasi. Walaupun samar, tapi Arin yakin bahwa Wonwoo si 'wajah datar' itu tersenyum. Ini yang kedua kalinya sejak saat itu. Begitu manis senyum Jeon Wonwoo itu, membuatnya susah payah untuk mengulum senyum. Membuatnya menahan jeritan bahagianya melihat senyum yang jarang ia tampilkan.
---
Bahkan hanya dengan melihatmu tersenyum saja sudah membuatku bahagia. Kau benar-benar memberi efek yang luar biasa padaku.

-A

MENYIMPAN RASA - JEON WONWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang