5

94 15 1
                                    

"Hai."

"Hai, Rin." Sapanya tersenyum begitu lebar.

"-belajar untuk ulhar lagi?" Tanyanya masih dengan senyum lebar yang menghiasi wajah tegasnya itu.

"Hm." Arin mengangguk, tersenyum tipis.

Bukan, bukan ia cuek dan menyia-nyiakan moment ini. Hanya saja, Arin tidak ingin terlalu kentara ketika ia sedang bahagia karena sikap Wonwoo yang akhir-akhir ini berbeda kepadanya. Wonwoo yang sering tersenyum padanya, Wonwoo yang selalu memulai obrolan dengannya, bahkan dulu, untuk mengajak ngobrol seorang Jeon Wonwoo sangatlah sulit, butuh usaha keras. Sampai ia selalu melewatkan banyak kesempatan, karena terlalu lama mencari topik yang tepat untuk mengajak lelaki es itu berbicara.

"Kali ini apa?" Tanya Wonwoo mendekatkan dirinya pada Arin. Mempertipis jarak di antara keduanya.

"Fisika! K-kali ini fisika."
Okay, sekarang Arin mulai tidak terkontrol. Sungguh detak jantungnya sudah tidak berirama lagi, begitu cepat sehingga membuatnya sedikit sesak.

Melihat hal itu, entah mengapa membuat seorang Jeon Wonwoo tertawa. Tawa yang selalu ia simpan, kini ia keluarkan. Tawa yang hanya ia tunjukkan pada orang-orang terdekatnya.

Entah sejak kapan Arin menjadi salah satunya, Wonwoo pun tak tahu pasti. Hanya saja ia nyaman dan merasa bisa bebas menunjukkan sisi yang tersembunyi dalam dirinya di dekat Arin.

Seperti sudah tidak ada lagi dinding yang membatasi keduanya. Begitu pikir Wonwoo.

"Ehem. Rin."

"Hm?" Arin menoleh ke arah Wonwoo. Tentunya dengan wajah lucu khas Arin yang akhir-akhir ini membuat Wonwoo tersenyum ketika melihatnya.

"Mau diajarin gak?"

"Hng? Kamu bisa ajarin aku?"

"Tentunya.... nggak bisa hahhaha." Wonwoo tertawa terbahak. Membuat Arin seketika memasang wajah datarnya (-_-), sedikit kesal karena sikap jail dan usil pujaan hatinya itu.

"Haha maaf ya maaf bercanda. Abis lucu liat wajahmu."

Hey, bagaimana tidak merona pipi gadis cantik berambut sebahu itu.

"Aku sih ga bisa ajarin, cuma mungkin aku sedikit ingat soal-soal ulhar kemarin." Kata Wonwoo yakin sambil tersenyum.

"Hehe..." Kekeh Arin.

"Apa?" Tanya Wonwoo berpura-pura tidak peka dengan maksud Arin.

"Jeon... Boleh kan?"

"Nggg... Gimana ya?" Wonwoo seolah berpikir, senang sekali ia menggoda gadis bermarga Park itu.

Arin terus memasang tampang memohonnya. Membuat Wonwoo harus menahan diri agar tidak mencubit pipi Arin. Mengapa gadis itu kini terlihat menggemaskan di mata Wonwoo?

"Ngg.. iya-iya. Sini deketan lagi! Aku kasih tau soalnya."

Tentunya Arin tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu. Bukan, awalnya dia tak berpikiran untuk modus pada Wonwoo, sungguh hanya karena ia mendapat kisi-kisi untuk ulhar nanti. Namun, beberapa detik kemudian Arin tersadar. Jantungnya berdetak tak karuan ketika netra hitamnya bertemu dengan netra milik Wonwoo, tentunya pada jarak yang begitu dekat. Lebih dekat dari sebelumnya, mungkin jika salah satunya mempertipis lagi jarak antara keduanya, bibir keduanya akan saling menyentuh.
----

Apa kau merasakan hal yang sama?

-A

MENYIMPAN RASA - JEON WONWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang