Kesan Pesan Putih Abu-abu

7.9K 531 16
                                    

Beberapa bulan kemudian.......

Bina POV

Aku berlari sekencang- kencangnya dari gerbang. Ini hari terakhir aku melaksanakan ujian nasional. Bel sudah terdengar lima menit yang lalu. Ini semua gara-gara semalam aku belajar sampai larut.

Bernafas lega saat pengawas datang tepat saat aku mendudukkan bokongku ke kursi. Keringat bercucuran di sekitar dahi, beruntung aku duduk di dekat kipas.

Beberapa bulan ini hidupku sudah mulai tertata. Hatiku? Slowly but sure lah. Tentang perasaanku masih saja sama seperti dulu. Setelah drama panjang nangis-nangis aku sudah mulai bangkit.

Aku memang pengecut, lari dari kenyataan. Mengganti semua nomor, dan semua sosial media aku non aktifkan. Bahkan untuk urusan ponsel sekarang tidak lagi menjadi prioritasku.

Hari-hariku saat ini hanya belajar dan belajar. Masalah kuliah dimana, Papa dan Mama tidak pernah menuntut aku harus kuliah dimana. Harus jadi apa atau seperti mereka. Papa dan Mama paham akan kemampuan ku, mereka membebaskan selagi itu positif untukku.

Aku sudah mendaftar, sekarang tinggal berdoa dan menunggu hasil. Usaha sudah kulakukan. Aku tidak begitu optimis bisa masuk di SNMPTN. Jadi aku tetap mengikuti bimbingan sukses SBMPTN di salah satu bimbingan belajar.

Untuk teman-temanku yang lain, ada banyak yang mereka ambil. Yang mengambil satu jurusan denganku adalah Galuh. Semoga rezeki kami untuk bisa masuk di situ.

UGM masih menjadi favorit bagi kami, rasanya aku tak ingin lagi berjauhan dengan Papa, apalagi Mama. Aku tidak ingin menjadi anak rantau yang jauh dari keluarga. Cukup nanti kelak jika aku jauh dari orang tua saat sudah ada laki-laki yang mempersuntingku. Ya Allah lulus SMA saja belum sudah mau ngomongin nikah.

Tentang Kak Aksa, setelah acara promnight aku sama sekali belum lagi bertemu. Aku juga tidak terlalu berharap untuk di pertemukan sih. Tante Ningrum beberapa kali menanyakan kabarku lewat Papa.

Tapi betapa baiknya Papa selalu melindungi pertahanan hati anak gadisnya ini. Jadi Papa selalu alibi jika Tante Ningrum mengajak bertemu atau sekedar makan siang.

Kak Araf? Sekarang ia sedang mulai intership di salah satu rumah sakit di luar Jawa. Otomatis kami sementara menjalani LDR. Eits bukan LDR sih, tepatnya LDF. Long distance friendship hehehe.

Aku tidak pernah bertanya tentang bagaimana hatinya sekarang. Tetapi aku selalu meyakinkan. Saat ada masa dimana ia lelah menungguku. Dan dia bertemu hati yang baru. Berbahagialah, akupun akan ikut bahagia.

Karena hati tidak bisa dipaksakan, toh aku manusia hanya bisa berencana. Tetapi Allah yang memutuskan segalanya. Jodoh rezeki maut Allah lah yang menentukan.

Aku hanya bisa menyelipkan namanya di setiap doa lima waktuku. Tentang dengan siapa aku nantinya, biar Allah yang mutuskan.

Lamunanku buyar saat bel tanda berakhirnya jam pertama. Aku segera mengecek nama dan lainnya. Serta semua sudah kuisi dengan lengkap.

Hasilnya kupasrahkan pada yang kuasa. Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Maka dari itu, tinggal doa dan tetap rendah hati.

✨✨✨

Sesuai kesepakatan kelas, karena uang kas masih tersisa beberapa ratus ribu kami memutuskan untuk makan bersama sepulang ujian. Bahkan makan makan ala kami saat lucu. Setelah melaksanakan sholat bagi yang muslim kami menuju wisata gembira loka zoo.

Kami menggelar tikar di rerumputan teduh dan memakan nasi ayam bakar yang alasnya menggunakan daun pisang.

Kebersamaan terasa sanggat kental, Mentari yang biasanya selalu nyinyir sudah seminggu ini ia lebih banyak diam bahkan malah lebih baik padaku.

Silent Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang