Hari ini Mita mengajak ku hangout lagi. Katanya ia bosan di rumah sendiri, ia menjemputku. Katanya hari ini ia akan bertemu dengan kakak sepupunya. Kami sampai di Amplaz sekitar jam sebelas.
"Abang mu kesini jam berapa?" Tanyaku pada Mita
"Katanya dapet pesiar jam sebelas. Mungkin bentar lagi sampai" jawab Mita
"Oke deh, aku pesen dulu ya. Kamu apa sekalian?" Tanyaku pada Mita yang sudah mengambil tempat duduk
"Samain deh" aku berjalan ke arah kasir
"Mari kak silahkan" tanya kasir yang cantik itu
"Caramel Jcoccino dua kak" jawabku sambil tersenyum
"Saya ulangi pesanan kakak ya. Dua caramel Jcoccino" tanya kasir itu lagi.
"Iya" jawabku
"Ada tambahan lagi?" Aku menggeleng
"Totalnya tujuh puluh enam ribu kak" aku menyerahkan selembar uang seratus ribuan.
"Uangnya saya terima seratus ribu rupiah ya" aku masih menggangguk
"Atas nama kak siapa?" Tanyanya
"Sabina" jawabku
"Terimakasih kak. Ini struk dan kembaliannya. Di tunggu ya" aku berjalan ke meja yang sudah Mita tempati.
Mita melambai ke arah dua taruna yang berjalan dengan tegab.
"Maaf sudah nunggu lama ya" Taruna itu menghampiri Mita
"Belum kok Bang baru aja nih" jawab Mita sembari mempersilahkan duduk.
"Sudah pesan?" Mita mengangguk
"Kenalkan suh, ini Mita adek sepupu saya." Ia menoleh ke arah taruna yang masih asik memainkan ponselnya
Dan sekarang aku tau nama sepupu Mita adalah Raka dan temannya Bara
Kami pun berkenalan satu sama lain. Mereka adalah taruna AAU tingkat satu setahuku. Mereka mendapatkan pesiar di hari Rabu karena ada suatu hal.
"Nah itu dia yang satu lagi" kami langsung menengok dan betapa terkejutnya aku.
"Bina?" Aku tersenyum kikuk
"Hai Kak Alan" balasku
"Loh kalian sama-sama kenal?" Tanya Raka penasaran
"Kita dulu satu SMA" jawab Calandra
"Iya aku dulu adek kelasnya" timpal ku mereka mengangguk tanda mengerti.
Kami memutuskan ke Gramedia karena aku yang memaksa Mita. Mereka akan mendapatkan pesiar Sampai jam tiga sore.
Saat aku memilih buku tiba-tiba Calandra mendekat.
"Apa kabar Bina?" Tanyanya
"Baik Kak, gimana dengan kamu?" Balasku tanpa menatapnya
"Baik. Bina boleh saya tanyakan sesuatu?" Dia masih mencoba mencuri perhatian ku
"Silahkan aku bayar dulu" aku mengalah.
Kami duduk di dekat eskalator.
"Kalau aku tanyakan perasaanku seperti dulu apa jawabannya masih sama?" Dia menatapku dalam
Aku menghela nafas.
"Kak aku udah anggap Kakak sebagai Kakak aku dari dulu. Kita nggak bisa, semuanya sama aja Kak. Kita nggak bisa lebih. Aku nggak mau memaksakan hati aku kalau nanti untungnya akan sakit hati kak. Maaf aku tetep nggak bisa, kita lebih baik seperti ini. Di luar sana masih banyak perempuan yang lebih dari aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love
Ficção Adolescente"Bin ? Kamu pernah jatuh cinta? " "Pernah" "Kok aku ngak tau? " "Karna cinta itu ngak harus diungkapkan. Cukup aku dan hatiku yang merasakan. Karna untuk tau kenyataan terkadang menyakitkan" Savanya Sabina gadis pendiam yang harus mengalami masa p...