/paradigma/
Istar baru saja masuk kedalam gerbang sekolah, gadis berkucir kuda itu menyelipkan anak rambutnya dibelakang telinga kemudian mengusap pundaknya yang sedikit menggigil. Angin sejuk kota Bandung dan kicauan burung burung menjadi perpaduan yang pas menyambut kedatangan Istar ke sekolah"Istar tunggu!" Jean—teman sekelas Istar itu turun dari kendaraan beroda duanya yang ia parkirkan di dekat pos satpam kemudian berlari kearah Istar "Gimana kemarin?" tanya Jean
"Ha?" Istar mengerutkan keningnya
"Katanya lo belajar bareng gitu sama Sky?"
"Kamu tau darimana Jean?" tanya Istar penasaran
"Gue sih tau dari temen temen sekelas. Anak IIS juga pada tau. " Jean menarik tangan Istar dan melanjutkan ceritanya
Secepat itukah menyebarnya? Istar merasa canggung saat melintasi segerombolan murid yang saat ini sedang memperhatikan dirinya. Merasa diperhatikan, gadis itu mempercepat langkah kakinya diikuti Jean yang berada disampingnya.
"Star, gimana?" saat sampai dikelas Istar langsung dihadiahi beberapa pertanyaan dari Chicha yang duduk disebelahnya. "Cerita dong, lagian semalem gue line juga lo nggak bales." cibirnya
Istar menghela napas, "Baru aja duduk Cha." katanya sambil membenarkan ikat rambutnya yang turun
"Yaudah cepet gih cerita."
"Ya belajar aja kayak biasa, tapi dia nggak merhatiin gitu, sebel sih tapi aku takut mau marah ke." Istar mengakhiri kalimatnya saat Bu Sri masuk kedalam kelas "Nanti aja deh." katanya, membuat Chicha semakin penasaran
***
Bel istirahat pertama sudah berbunyi lima menit yang lalu, seperti biasanya Istar dan kedua temannya duduk disebuah meja di dalam kantin. Octa yang baru duduk langsung mendengus sebal, gadis itu baru saja selesai dihukum karena terlambat, alhasil ia dan murid murid lainnya yang terlambat harus membersihkan kamar mandi
"Sumpah ya.. gue kesel banget sama tuh supir!" katanya marah "Lagian gue udah ngode, ngelirik jam tapi tuh supir masih aja ngetem. Kan jadinya gue telat!"
"Lagian lo sih berangkatnya siang." cibir Chicha
"Gue setengah 7 dari rumah tapi emang supirnya tuh yang super lambat."
"Eh udah udah." Kata Istar sambil menyerahkan mangkuk bakso kepada Octa dan Chicha, "Makan dulu nih."
Suasana di kantin sangat ramai, tetapi kali ini ada yang aneh. Istar menjadi bahan perbincangan murid-murid setelah kejadian kemarin. Sebenarnya Istar merasa tidak nyaman, apalagi kalau misalnya kabar itu sampai ditelinga Dinda—kakak kelasnya yang menyukai Skylar. Bisa habis. Masalahnya beberapa bulan yang lalu Dinda melabrak adik kelas karena ketahuan memberi coklat kepada Skylar, sebenarnya bukan cuma satu yang menyukai cowok itu. Mayoritas perempuan di sekolah ini!
Istar memperhatikan sekelilingnya, kemudian badannya dicondongkan kedepan untuk berbisik, "Ke kelas aja yuk, aku nggak enak ada disini."
"Dikelas lebih nggak enak, pasti Adit bakal mintain bakso gue." jawab Chicha sambil mengunyah baksonya
"Biar aja Star, lagian kan lo nggak ada apa apa sama Skylar." Tambah Octa "Eh itu ada Sky. Plis jangan langsung nengok, nanti dia bakal ngira kalo kita lagi ngomongin dia kayak kemarin." bisik Octa pelan
Tidak mendengar ucapan Octa, Istar langsung menoleh kearah cowok itu ingin tahu, ia langsung disenggol oleh kedua temannya dan langsung dimarahi karena ulahnya itu. Istar kaget dan buru-buru berbalik, ia langsung menyesali perbuatannya dan memejamkan matanya erat-erat hingga hidungnya mengerut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fragment
Fiksi RemajaSkylar pernah berkata bahwa Istar adalah bintang yang paling terang, bintang yang selalu bersinar saat pekatnya malam membungkus cakrawala, bintang yang selalu memeriahkan langit disetiap malam dan bintang yang tidak pernah pergi meninggalkan langit...