Prolog

99 13 4
                                    

Malang, 20 Juli 1992

"Mbah bisa 'kan bunuh orang ini?", tanya seorang pria kepada sang dukun sambil menunjukkan sebuah foto wanita.

"Kamu yakin ingin membuat dia mati?", tanya balik sang dukun kepada pria tersebut. Dukun itu terlihat menimang-nimang permintaan pria tersebut. "Tapi kamu mau menanggung resikonya?"

"Resiko apa dulu, Mbah?", tanya lagi pria itu. "Kalau tidak berhasil, sihir ini akan kembali menyerang kamu", jawabnya.

"Saya terima apapun resikonya."

Sang dukun langsung mejalankan perintah pria itu. Mulutnya tidak berhenti mengucapkan mantra-mantra yang hanya dipahami oleh dukun tersebut. Suasana ruangan berubah menjadi ramai karena angin bertiup kencang. Pria itu hanya duduk terdiam, melihat sang dukun melancarkan aksinya.

Setelah beberapa menit, sang dukun selesai menjalankan tugasnya. "Tunggu sekitar 1 jam dari sekarang. Sihir akan mulai bekerja pada saat matahari terbenam"

"Baik, Mbah. Ini diterima Mbah untuk bayarannya", ucap sang pria sambil menyodorkan amplop coklat berisi uang sebagai imbalan atas jasanya.

***

"Ayo ambil wudhu, nak. Udah adzan maghrib nih", ajak Marni kepada anak-anaknya. "Iya, bu"

Kedua anak tersebut memenuhi perintah ibunya untuk segera menunaikan ibadah. Suasana petang kala itu masih tenang seperti biasanya.

Sampai ketika Marni sedang mengambil wudhu di halaman belakang rumahnya, tiba-tiba saja keluar rambut dari dalam mulutnya yang disusul dengan erangan dari dirinya.

"Ibuuuu!!!"

Anak-anaknya menghampiri Marni yang diikuti oleh Rohmat, suami Marni. Marni masih terus berteriak tak karuan. Sekujur tubuhnya berubah penuh nanah dan belatung.

Kedua anak Marni terus menangis melihat kondisi sang ibu yang sudah berubah menjadi menyeramkan. Rohmat terus melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an namun tak ada perubahan dari diri Marni.

Marni terus memuntahkan darah dari mulutnya. Sampai akhirnya, Marni menghembuskan nafas untuk terakhir kali karena sudah banyak sekali darah yang ia muntahkan.

"Marniii!!!!!"

Kamar 413Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang