Namun, fokusku goyah karena...
Itu apa?
Aku melihat ada yang tidak beres diujung barisan siswi berhijab. Yang dimana letak barisannya ada di sebelah kiriku. Diantara seragam murid yang berwarna putih, aku melihat ada sosok yang memakai baju berwarna hitam. Rambutnya berantakan sekali.
Gak mungkin kalau itu manusia.
Ya, aku merasa kalau itu memang bukan salah satu dari peserta upacara. Pandanganku tetap tertuju kesana. Sampai akhirnya, sosok itu menengok ke arah kanan. Tepat mengarah kepadaku. Sebelum seluruh wajahnya dapat kulihat, aku mendengar bisikan...
"Sudah tau ya?"
Aku langsung tertegun ketika mendengar bisikan itu. Aku langsung merinding. Ternyata, sosok yang kulihat tadi sudah sangat dekat denganku.
Aku langsung menengok kearah kanan telingaku. Aku melihat raut wajahnya penuh kebencian dan ia memasang senyum lebar yang sinis sekali.
Aku berusaha teriak agar satu sekolah tahu apa yang terjadi. Namun, ketika suaraku hampir saja keluar, sosok itu menamparku dan aku tidak sadarkan diri.
***
"Gue juga gak tau, Lo. Terakhir yang gue lihat, Disca kayak lagi ngomong sama orang terus tau-tau Disca pingsan"
Aku mendengar samar-samar suara keributan kecil. Kesadaranku sudah mulai kembali. Tapi rasa sakit dan berat masih terasa di kepalaku.
"Chik, Lo, Disca udah sadar", ujar Anya.
Aku berusaha untuk duduk, namun aku masih tidak kuat. Kemudian, Anya dan Chika berusaha membantuku.
"Minum dulu tehnya, Dis", ucap Chika sambil menyodorkan teh manis hangat untukku.
Aku hanya mengangguk dan langsung meneguk teh manis hangat buatan anggota PMR sekolahku agar aku cepat pulih.
Suasana ruang UKS masih hening. Anya, Chika, dan Rillo hanya bertatap-tatapan saja selama aku belum memulai pembicaraan. Sepertinya mereka paham kalau aku masih lemas dan belum bisa ditanya lebih banyak tentang kejadian tadi.
"Kenapa? Kok pada gitu natap ke gue?", tanyaku akhirnya.
"Nah, gitu dong ngomong. Diem aja dari tadi hahaha", jawab Rillo.
"Udah enakan, Dis?", tanya Anya kepadaku.
"Alhamdulillah, udah kok, Nya", jawabku sambil tersenyum.
"Gue lihat lu lagi nengok ke sekeliling terus lu kayak kaget gitu. Lu sebenernya lihat apa, Dis?", tanya Chika.
"Sosok itu", jawabku singkat dengan wajah datar.
Mereka bertiga langsung kaget mendengar jawabanku.
"Dia lagi?", tanya Rillo.
"Yap", jawabku singkat lagi.
"Lu habis ngapain sih, Dis? Kok lu jadi kena serangan gaib gini?", tanya Anya penasaran.
"Lu aja bingung, apalagi gue, Nya. Gue gak ngapa-ngapain", jawabku.
"Gak wajar aja kalo lu tiba-tiba diserang sama yang 'begituan', Dis", balas Anya sambil memegang dagu. "Atau mungkin.... lu di 'guna-guna' lagi, Dis?"
"Ah, ngaco aja lu kalo ngomong", timpal Rillo.
"Apa jangan-jangan Farah yang ngelakuin ini ke lu, Nya?", tanya Chika curiga.
"Menurut gue sih ngga. Gak mungkin Si Centil satu itu percaya sama hal begituan. Hidupnya terlalu realistis, Chik", jawab Anya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar 413
HororBagaimana rasanya bila sebelumnya hidup dan sekolah di perkotaan, kini harus tinggal di daerah pelosok? Mungkin untuk Disca, si manja, akan mengalami kesulitan. Apalagi kalau tidak ada Rillo, sahabatnya. Tapi bagaimana kalau asrama mereka ternyata...