Sesampainya di toko, Thalya langsung masuk ke dapur. Wajahnya terlihat sangat kusut.
"Thalya!" panggil Emma. Gadis itu menyengir lebar.
Thalya mendengus sebal. "Apa?" tanyanya ketus.
"Hey, hey. Kenapa kau ini? Apa ada masalah?" tanya Emma bingung.
"Ya, masalah besar." jawab Thalya sekenanya. Ia memakai celemeknya. Lalu mulai ikut membuat adonan kue.
"Oh, ayolah. Kita harusnya senang. Beberapa hari lagi kita akan wisuda. Kau tidak mau melewatkan hari penting itu hanya karena mood-mu yang buruk, 'kan?" Emma berujar dengan menggebu. Tangannya saling bertepuk membuat tepung yang menempel di kedua telapak tangannya berjatuhan.
Thalya tersedak ludahnya sendiri saat dirinya teringat hal satu itu. Ia hampir saja lupa jika Emma tidak mengingatkannya.
"Aku baru saja ingat!" seru Thalya dengan mata terbelalak. Emma tertawa melihat wajah konyol sahabatnya itu.
"Bagaimana kalau setelah ini kita berjalan-jalan sebentar? Hari ini toko akan tutup lebih awal. Tadi Madam mengatakannya pada seluruh pekerja." Thalya mengangguk setuju. Senyum lebar mengembang di bibirnya.
Namun sedetik kemudian wajahnya kembali murung. Membuat Emma mengernyit bingung. "Ada apa?" tanyanya.
Thalya menghela napas kasar. "Orangtuaku pasti tidak akan datang." gerutunya kesal.
"Jangan khawatirkan itu. Orangtuaku sudah menganggapmu sebagai anaknya juga. Mereka akan mewakilkan kita berdua."
"Benarkah? Apa tidak masalah?"
Emma mengangguk semangat. "Tentu saja. Kenapa tidak."
"Aaa! Thankyou so much!" pekik Thalya girang.
Ia langsung memeluk sahabatnya itu dengan erat. Mengabaikan pekikan Emma yang meminta dilepaskan karena merasa sesak. Orang-orang yang ada disana pun hanya tertawa pelan dan menggeleng melihat tingkah kedua remaja itu.
***
Pindah ke Karyakarsa
Usn : naigisa
KAMU SEDANG MEMBACA
My Athena ✔
Romance[COMPLETED] Short story Termasuk karya lamaku. Jadi kalau bahasa dan alurnya masih berantakan mohon dimaklumi. Kalau merasa cerita ini bikin sakit mata lebih baik tinggalkan saja, oke?