Honesty

1.1K 28 0
                                    

Aku mulai terbiasa tinggal dirumah ini dengan segala aktivitas yang aku buat supaya diriku sendiri tidak merasa bosan, seperti mengubungi teman sekolahku dulu sekedar mengajak untuk hangout bareng dan menghabiskan waktu seharian untuk hal yang aku senangi.

Suamiku sepertinya tak membiarkan kebiasaanku seperti ini berlama-lama, malam kemarin dia mencoba berbicara kepadaku dan lagi-lagi dia bersikap lembat lembut.

"Untuk apa kau habiskan uangmu untuk sesuatu yang belum tentu bermanfaat, kamu sudah menjadi istriku dan aku tidak menuntut banyak dari dirimu, cukuplah dirumah dan jangan pergi tanpa sepengetahuanku lagi." ucapnya lirih. Lalu ia pergi meninggalkan ku begitu saja.

Aku mencerna kata-katanya dengan baik, tapi aku sama sekali tidak sangat peduli dengan omongannya, aku akan izin terlebih dahulu jika aku ingin pergi tapi tidak untuk semua hal yang dia harus tau.

Aku rasa suamiku pergi makan dan aku tidak pernah memasak sama sekali makanan untuknya sejak aku resmi menjadi istrinya, aku juga tidak cukup peduli dengan dirinya, rasa dendam ku masih menggebu sampai detik ini. Aku tidak menyalahkan kedua orang tuaku ketika menikahiku dengan Anjas, tapi aku menyalahkan Anjas yang mau menikah denganku, tau betul jika aku tidak mencintainya. Mungkin yang ada dibenaknya seiring berjalannya waktu aku mulai terbiasa dan mencintainya.

Cih, tidak akan pernah. Aku putuskan untuk tidur malam ini dan aku lupakan hal buruk hari ini, semoga Tuhan selalu melindungi setiap langkahku, Aamiin.

Sial, aku terbangun dari tidurku dan ku lihat jam menunjukkan tengah malam, oh my god! Aku bangun jam 3 malam, sungguh sangat menyebalkan.

Ada yang menghalangi pemandanganku saat aku ingin pergi terlelap, suara rintihan yang aku kenali suaranya dan aku mendapati Anjas sedang khusyuk melaksanakan sholat tahajud, aku setia menatapnya tanpa ia tau kalau ada yang mengawasinya dari belakang, pada akhir sholatnya ia duduk bersila dan memanjatkan segala doa, dan aku rangkum jelas didalam otak dan pikiranku ia memanjatkan doa untuk kebaikanku.

Batinku merinding dan aku sangat yakin dia memang mencintaiku sampai aku mendengar gemerlapan air mata yang terlihat samar oleh rengekan doa yang ia panjatkan kepada sang ilahi. Aku hanya diam seribu bahasa dan mulai terlelap secara perlahan.

Pagi-pagi sekali aku bangun dan entah aku bisa bangun sepagi ini mengingat semalam aku terbangun tengah malam dan aku masih ingat kejadian semalam. Aku mendapati suamiku Anjas sudah tidak ada dikamar ini.

Aku melangkah menuju ruang makan dan aku mendapati sepotong kue dan disitu di selipkan kertas kecil.

"Makanlah Keyla, Ini untukmu. Anjas." begitulah isi kertas kecil itu.

Bagaimana bisa aku mendapat perlakuan seperti ini sementara aku sendiri tidak pernah menyediakan makanan untuknya. Aku harus mulai terbiasa dengan sikap manisnya, tidak mencintainya bukan berarti aku harus bersikap angkuh padanya, aku akan menjadi istri yang selayaknya istri yang lain.

Malam tiba, ia terlihat sangat lelah dan aku cuek saja dengannya, untung saja aku sudah menyiapkan hidangan makan malam yang memang kubuat hanya untukku tapi aku letakkan dimeja dan masih banyak yang tersisa disana, aku melihat ia mulai mengambil piring dan makan dengan lahap. Aku kemudian masuk kekamar dan mulai beranjak tidur, tak lama setelah itu ia menyusul masuk kekamar dan mendekatiku.

"Terimakasih untuk hidangan makan malamnya Keyla." ucapnya lembut.

Aku hanya mengangguk tanpa sepatah katapun yang aku keluarkan. Ia merebahkan dirinya disampingku dan mengelus rambutku dan aku ikut terlelap didalam pelukannya, ia menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami dan begitupun dengan aku, malam yang sunyi menambah suasana malam ini.

Lost YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang