Lost You Forever

1K 25 1
                                    

Mati rasa aku saat mendengar ucapan dokter yang berkata bahwa suamiku sudah tidak dapat diselamatkan. Suasana menjadi pecah dengan tangis air mata dari keluargaku dan keluarga Anjas. Tapi aku hanya diam seribu bahasa dan lagi-lagi aku lebih memilih menenangkan keluargaku dan keluarganya yang tak bisa melepaskan kepergian Anjas begitu saja dan dengan waktu yang secepat ini.

Siang ini, jenazah Anjas dimakamkan di TPU Jeruk Purut, tubuhku gemetar dan akhirnya aku menitihkan air mata tepat di pusaran suamiku. Tidak ada keraguan didalam hatiku lagi untuk menangisinya, aku benar-benar kehilangan suamiku yang sangat tulus mencintaiku. Hatiku bagai tercabik dengan pisau tajam yang menembus dadaku, rasanya aku terlalu bodoh tidak menerimanya dengan baik selama ini, hidupku bagai terombang-ambing tak jelas arahnya, aku sangat kejam dengan suamiku. Melalaikan semua tugas sebagai istri dan bahkan tidak memasakkan makanan untuknya, aku sendiri lebih memilih makan diluar. Jika kalian bertanya apakah suamiku sudah makan, aku tidak peduli dengannya, kurasa ia sama sepertiku, makan diluar dan bebas melakukan apa yang dia suka.

Aku kembali kerumah dan aku masih melamun seperti orang gila, aku sadar aku juga mencintainya. Bodohnya diriku yang mencintai suamiku pada waktu yang salah, waktu dimana dunia kami sudah tidak lagi sama, aku menangisimu suamiku, aku akan mencintaimu dengan sisa umur yang kupunya, maafkan aku.

Rumah ini bagaikan kuburan yang sunyi, aku memandangi setiap sudut rumah pemberian suamiku ini, aku duduk dimeja makan, ada bercak kopi yang tersisa diatas meja ini, aku baru menyadari itu bercak kopi suamiku Anjas pagi tadi. Rasanya air mataku tumpah ruah membahasi pipiku ini. Tidak bisakah kau bayangkan waktu cepat sekali berlalu dan malam hari ini kau sudah temui bahwa kini kau hidup sendiri tanpa suami yang mendampingimu. Jadi saat aku menelfonnya tadi siang itu adalah suara terakhir yang dapat aku dengar dari mulutnya, begitu tenang dan lembut. Suamiku memang tak pernah kasar dan sosok pria penyabar, aku sangat menyesal dengan keterlambatan aku membahagiakannya. Bukan hanya itu, aku merasa bersalah atas kematian yang disebabkan oleh kecelakaan itu, aku sangat menyesal. Namun takdir tak bisa berkata lain, aku harus siap atas putusan Tuhan atas hidupku, termasuk kehilangan suamiku.

Bekas tuangan kopi yang tersisa dimeja makan tak sedikitpun aku bersihkan, kalau perlu selamanya noda ini ada disini untuk mengenang kalau dia sering menyantap kopi dipagi hari. Aku begitu hancur, bau tubuhnya pun masih bisa kurasakan, andaikan waktu bisa terulang, aku akan lebih menghargai kasih sayang dan ketulusannya.

"Keyla, Ibu tau kamu sangat sedih tapi ikhlaskan lah suamimu, kamu harus menjadi wanita yang kuat dan lebih baik lagi, buat suamimu bahagia sepeninggalannya."ucap Ibu sambil menenangkanku.

"Ibu, apa kau tahu aku sangat menyesal. Aku tak mencintainya saat dia ada disisiku dan sekarang aku merasakan ketulusannya yang begitu besar, aku wanita bodoh Bu."sahutku tanpa bisa kubendung air mata menetes dari mata indahku.

"Ibu tahu betul, oleh karena ini kamu harus cintai suamimu dalam doa, doakan dia agar ditempatkan disisi Tuhan yang indah, suamimu akan bahagia melihat perubahan dari dalam dirimu nantinya."seraya mengusap air mataku, Ibu menasehatiku dengan baik.

Memang, selama ini aku dekat sekali dengan Ibu dan aku yakin semua yang dia katakan adalah yang terbaik untuku, tanpa terkecuali perjodohanku.

"Ibu mau bilang banyak hal sama kamu."lirih Ibu.

"Apa Bu? Katakan saja."sahutku.

"Apa kamu tidak pernah mengurus suamimu dengan alasan kamu tidak mencintainya?"tanyanya.

"Benar, aku bahkan tak peduli dia sudah makan atau belum. Bisa dibilang aku wanita kejam dan tak tau etika Bu"seraya menangis aku berkata jujur pada Ibu.

"Dokter bilang, suamimu juga terkena radang usus yang sangat akut. Ia terlalu sering mengonsumi kopi dan makanan cepat saji yang bersifat instant seperti mie."ucapnya tak percaya dan nampak sedih sekali.

Selama ini Anjas adalah suami yang sopan dan selalu memperhatikan kedua orangtuaku diluar keluarganya, jadi orangtuaku sangat terpukul akan hal ini.

Aku hanya diam mendengarnya, memang benar apa yang disampaikan Ibu dan kematiannya juga disebabkan oleh sakit yang dideritanya, itu membuatku semakin membenci diriku sendiri yang lebih mementingkan kesenanganku.

Tuhan, jika ini teguran darimu dan kepergian suamiku adalah jalan yang baik yang sudah kau siapkan untukku, keluargaku dan keluarganya, aku ridh'a. Tempatkanlah suamiku disisimu Tuhan, disisi dimana orang baik mendapatkan tempat yang indah yaitu surgamu.

"Lost You masih akan berlanjut, senantiasa menunggu cerita ini, oke? Terimakasih sudah membaca dan jangan lupa memberi vote. :)"

Lost YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang