Chapter 1 - Drama Petang

29 6 0
                                    

"Karena rasa ini berawal dari dua tanda tanya besar berlawanan arah yang menyatu. Dan harapan agar kita bersatu" - Fakra Adhiyasa

●●●

Mobil Fakra melaju perlahan membelah hujan yang masih lebat. Ia fokus menatap jalanan yang agak sepi. Zuni hanya menatap jendela dengan pandangan kosong hingga suara Fakra memecah keheningan. "Kenapa kau tak membawa payungmu ? Kau tahu ini musim hujan. Dasar gadis ceroboh. Bersyukurlah karena aku masih di sekolah tadi" Fakra mengomel tanpa jeda. Sedangkan Zuni hanya menatapnya malas. Dia sudah terlalu kebal dengan hal ini.

"Apa kau sudah selesai mengoceh ? Aku ini perempuan, tapi tak secerewet dirimu. Menyetir saja dengan benar". Ucap Zuni datar. Fakra ingin membalas perkataan Zuni, tapi tanpa sadar, mereka sudah sampai di depan kost Zuni. Ya, Zuni adalah seorang anak kost sejak SMP. Rumahnya cukup jauh dari sekolah, mengharuskannya jauh dari Ibunya di desa.

"Sudah sampai. Cepat masuk dan istirahat. Jangan lupa membawa payungmu besok". Ucap Fakra sambil tersenyum, walau dia masih menahan kesalnya. "Terima kasih tumpangannya, aku masuk dulu" lagi, Zuni hanya berucap dengan nada datar. Bahkan terkesan dingin.

Saat akan keluar, tangannya dicekal oleh Fakra, dia menatap dengan tatapan bertanya. "Bisakah kau lebih ramah pada orang di sekitarmu ? Maksudku, ayolah,kita bahkan sudah berteman sejak SMP dan kau malah bertambah parah sejak SMA. Hm ?" tanya Fakra dengan lembut. Tersirat sedikit harapan dalam tatapannya. "Kau tahu, eum... maaf jika kau merasa aku bersikap seperti itu padamu. Aku tak bermaksud. Hanya saja, terkadang aku sedikit terbawa sikapku di sekolah. Aku tak mau mengulangi kesalahanku untuk kedua kalinya. Kau tahu benar bagaimana posisiku kan ? Jadi, bisakah kau sedikit bersabar ?" jawab Zuni sedikit merasa bersalah. Fakra adalah laki-laki yang baik. Ah, sangat baik maksudnya. Tak seharusnya dia bersikap begitu. "Wanna tell me your story ?" Tawar Fakra. "Not in that mood today" jawab Zuni dengan senyum yang tulus. Oh Tuhan, apa kabar jantung Fakra ? Dadanya serasa ingin meledak melihat senyuman Zuni yang cukup langka itu. "Waahh, senyumnya harus dilestarikan" gumam Fakra dalam hati. "Baiklah, aku masuk dulu. Hati-hati di jalan" ucap Zuni membuyarkan lamunan Fakra. Ia melambaikan tangannya dan berlari membuka pagar kost nya. Sedangkan Fakra, laki-laki itu masih menatap punggung gadisnya itu sampai menghilang dibalik pagar abu-abu yang tak terlalu tinggi. Ia lantas menjalankan kembali mobilnya untuk pulang.

●●●

Zuni membuka kunci kamarnya. Ia segera menggantung seragamnya di jemuran lalu memakai daster selutut dengan lengan pendek kesayangannya. Hanya ada 4 kamar yang disewakan di kost-an itu. Dan dua diantaranya adalah wanita pekerja yang akan pulang sekitar jam 9 malam. Sedangkan 1 kamar lagi disinggahi oleh adik sepupunya. Ia kembali ke kamar dan merebahkan tubuhnya di atas kasurnya yang mulai mengeras. Tak terlalu empuk, tapi dia selalu merasa nyaman disini.

Tak berapa lama hingga terdengar suara pagar yang kembali dibuka. Tanpa melihat siapa yang datang pun sudah dapat Zuni pastikan jika itu adalah adik sepupunya. Seorang gadis muncul di depan pintu kamar Zuni yang ia biarkan tebuka. Gadis itu hanya menatap Zuni sebentar, lalu kembali ke kamarnya. "Vatri !! Ada apa ?" Teriak Zuni dari kamar. "Tidak, aku hanya memastikan bahwa kau masih waras" Mendengar jawaban dari Ravatri, adik sepupunya, Zuni langsung bangun dari kasur dan setengah berlari ke kamar di sebelahnya itu. "Apa kau bilang ? Waah, kenapa aku malah merasa kau yang makin tak waras" ejek Zuni. Tanpa permisi, dia langsung masuk dan mengambil laptop Vatri dari dalam tas. Mereka berencana menonton drama korea bersama hari ini.

Siapa yang menyangka, bahwa sebenarnya Zuni adalah seorang kpopers, begitu pun dengan Vatri. Boy group favorit mereka adalah EXO. Mereka juga pecinta drama korea. Jika ada waktu luang, mereka selalu marathon drama bersama.

"Yaa, apa kau sudah mandi ? Aku akan mandi dulu. Ambil makanan yang ada di kamarmu" perintah Vatri. " Hm, baiklah. Aku juga akan mandi dulu. Baru setelah itu, kita akan menonton" ucap Zuni.

Mereka berdua pun melangkah keluar kamar, mengambil alat mandi, kemudian bergegas melangkah ke kamar mandi. Kamar mereka tidak memiliki kamar mandi dalam. Tapi, ada 2 kamar mandi sehingga mereka tak perlu mengantre.

Seusai mandi dua gadis remaja itu kembali berkumpul di kamar Ravatri. Menghadap laptop ditemani beberapa bungkus makanan ringan. Dengan tenang, mereka menonton drama Korea yang sudah tayang beberapa tahun lalu. Mereka mengulangnya lagi, cerita tentang perjalanan cinta berbeda dimensi antara dunia nyata dan komik. Sesekali, mereka memekik karena beberapa adegan menggemaskan.

Sebenarnya, Zuni sama saja dengan remaja lain. Yang punya artis idola, suka menonton drama Korea, dan hal normal lainnya. Namun, ia memendamnya ketika berada di sekolah. Ia akan mati-matian menahannya dan bersikap dingin kepada semua orang. Aksi menonton mereka terhenti ketika handphone Zuni berdering menampilkan nama Fakra di sana. "Huh, mau apa lagi dia ?" Gerutu Zuni. Bukannya tak suka, hanya saja Zuni yang memang tidak sabaran terkadang merasa geregetan dengan Fakra yang selalu menanyakan hal-hal tak penting di setiap teleponnya. Dengan setengah hati, dia mengalihkan atensi dari Lee Jong Suk oppa nya dan mengangkat telepon Fakra.

"Hai, sedang apa ?"

"Kau tahu, kau merusak acara menonton drama ku. Jadi, jangan sampai kau merusak mood ku sekarang"

"Woohoo, tenang nona. Kenapa kau galak sekali sih ? Apa kau tidak tersanjung mendapat telepon dari laki-laki setampan diriku ?"

"Wah, ku rasa kau mulai tak waras lagi. Langsung saja, apa maumu ?"

"Kau tahu, aku merindukanmu"

Deg ! Jantung Zuni berdebar mendengar ucapan Fakra yang terdengar tulus. Namun dengan segera, ia menormalkannya dan bersikap seolah tak ada apapun. Kemampuan Zuni yang pandai menormalkan ekspresi terkadang membuat orang disekelilingnya bingung dengan apa yang sebenarnya dia rasakan.

"Dan kau pikir aku akan percaya ? Ayolah tuan Adhiyasa, aku sudah kebal dengan segala macam perkataan manismu. Ibaratnya jika ini antibiotik, tubuhku sudah resisten"

Fakra tertawa mendengar penuturan Zuni. Menurutnya, tiap kali dia mengucapkan sesuatu yang manis, gadis itu akan selalu bereaksi lucu. Walaupun sebenarnya, apa yang dia katakan adalah benar adanya. 

"Baiklah jika kau tak percaya. Tapi, apa kau sedang menonton oppa-oppa mu itu ? Berhentilah ! Lihat saja aku yang tampannya mengalahkan mereka itu"

"Apa kau bilang ? Wah, kurasa kau mulai tak waras. Jelas-jelas mataku belum rabun untuk membedakan mana yang lebih tampan"

"Jadi..."

"Apa ?"

"Jadi siapa yang lebih tampan ?"

"Pertanyaan macam apa itu. Tentu saja yang paling tampan adalah Baekhyun oppa ku"

"Baiklah. Aku mengalah, kau senang ?"

"Aish, apa kau sedang marah padaku karena hal ini ? Sudah, kerjakan pr mu lalu tidurlah. Selamat malam tuan Adhiyasa yang tampannya melebihi Baekhyun oppa. Kau puas ?"

"Hahaha, baiklah, selamat malam tuan putri. Mimpikan aku yaa!"

Setelah itu, sambungan telepon terputus. Zuni tersenyum mendengar ucapan selamat malam dari Fakra. Tak bisa dipungkuri, hatinya terkadang merasa senang atas perlakuan Fakra selama ini. Hanya saja, ia takut untuk membuka hatinya. Ia terlalu takut jika nantinya akan tersakiti lagi.

Sedangkan di tempat lain, Fakra sedang tersenyum tulus mendengar ucapan gadisnya itu. Ayolah, Zuni tidak pernah mengatakan dirinya lebih tampan dibanding oppa-oppa Korea nya. Jadi wajar bukan, jika saat ini dia tersenyum sendiri di balkon kamar ? Orang yang lewat mungkin akan mengiranya gila. Tapi ya, dia memang gila karena gadis itu.

-Tbc-

B(er)imbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang