Hari sudah menunjukan pukul 10.00 pagi, Kyla yang hanya bermenung sambil tiduran dikasur merasa sangat suntuk. Tangannya meraih ponsel yang berada di atas nakas berniat untuk bermain game. Sebuah notif masuk tangannya bergerak membuka aplikasi chatting dari Alaika.
Alaika Rahma : kok gak skul, ky?
Kyla Tamara : skt
Alaika Rahma : hah? Sakit apaa?
Kyla Tamara : kecelakaan
Alaika Rahma : sumpah! Apa yang kena, gak lumpuh kan? Udah. izin?
Kyla Tamara : lby lo.
Alaika rahma : ish gue kan kawatir. Nanti gue ke sana ya.
Alaika Rahma : kok bisa sih? cerita dong
Kyla Tamara : nnt aj crtny
Alaika Rahma : crt? Apaan?
Kyla Tamara : cerita
Alaika Rahma : pulang skul, ya.Dia kembali maletakkan ponselnya di atas nakas. Kejadian kemarin terlintas lagi di benaknya dia sangat kesal tiap kali bertemu dangan Irwan – papa Kyla.
Yang dia yakini tiap bertemu papanya itu hanya akan menguras emosi dan kesabarannya, dia kembali mengerang di atas tempat tidur.
Sadar dari lamunannya Kyla sempat terkejut karena sebuah pintu tiba-tiba terbuka menampilkan seorang wanita muda masuk sambil membawa nampan yang diatasnya ada beberapa obat.
Wanita itu mendekati tempat tidur Kyla sambil tersenyum ramah.
“Pasien atas nama Kyla Tamara, ya? Sekarang waktunya untuk minum obat” wanita tadi meletakkan nampannya di atas nakas.“Saya ukur dulu ya tensinya” Kyla hanya mengangguk.
“Tensinya normal, sekarang rasanya kayak mana? Kepalanya masih sakit?” Kyla menggukkan kepala
“Kalau gitu obatnya langsung diminum lalu istirahat. Masih ada yang bisa dibantu?” tanya wanita itu ramah. Kyla menggelegkan kepala.
“Kalau begitu saya permisi dulu. Semoga lekas sembuh” dia tersenyum lalu berbalik keluar.
“Suster!” panggil Kyla
“Iya, ada yang mau saya bantu lagi?”“Hm dokter Irwan udah datang?”
“Maaf kalau itu saya tidak tahu” sesal wanita itu, Kyla hanya tersenyum kepadanya.
“Ada lagi?” tanya suster itu. Kyla menggeleng lagi.
“Kalau begitu saya permisi dulu. Selamat pagi” lalu pintu ditutup rapat.
Kyla mengambil segelas air dan meminum obatnya lalu memutuskan untuk tidur.
***
Pulang dari sekolah Kyla berniat untuk mampir ke sebuah kafe hanya untuk baca novel atau sekadar main game. Rasanya hari ini sangat melelahkan, dia membeli segelas frappucino kesukaannya dan beberapa camilan lalu mengambil meja di pojok ruangan dekat dengan jendela.
Tidak terasa hari sudah semakin larut, langit sudah menunjukkan kegelapannya dan lampu jalananpun satu-satu mulai memberi penerangan Kyla memutuskan untuk pulang ke rumah.
Baru di pintu depan sudah terdengar suara ribut dari dalam, Kyla menghembuskan nafas berat lalu berjalan masuk. Tidak berminat untuk melihat bahkan mendengar, dia melajukan langkahnya dengan hati-hati saat melewati ruang tengah agar mereka tidak menyadari keberadaannya.
“Kyla!!” suara berat itu menghentikan langkahnya.
Karena sudah ketahuan dia menghampiri Trisa dan Irwan lalu menyalami mereka secara bergantian.
“Dari mana kamu, kenapa baru pulang sekarang?”
“Sekolah”
“Sekolah apanya? Jam segini baru pulang. Balapan kamu ya” tuduh Irwan yang semakin mengeraskan suaranya.
“Gak ada” bela Kyla
“Gak usah bohong kamu. Mau jadi apa kamu nanti kalau sekarang aja udah sok-sok berandal”
“Pa, kalau Kyla bilang enggak ya enggak” Kyla mulai geram dibuatnya.
“Memang pelawan kamu, ya! Menjawab aja keranya” bentakan dari Irwan sudah membuat hati dan kepala Kyla sangat panas.
“Kakak capek ya dari sekolah?” suara Trisa yang lembut menengahinya perbincangan dingin itu “Sana gih ke kamar. Madi terus istirahat” Kyla hanya melihati mamanya tanpa sadikitpun bergerak.
“Bela aja terus, kebanyakan dimanja kayak gini jadinya. Makin pelawan” bentak Irwan.
Sekarang Kyla sangat muak melihat Irwan yang membentak Trisa, emosinya benar-benar akan meledak. Hingga sebuah kata tiba-tiba menghantamnya membuat jantungnya berdetak lebih kencang.
“Kalau kayak gini nyesal aku mungut dia dari tempat sampah”
Kyla sangat benci mendengar kata yang belakangan ini sudah mulai sering didengernya.
Sesegera mungkin Kyla berlari ke kamar mengambil kunci mobil lalu dengan cepat dia keluar dari rumah. Dadanya sengat sesak mengingat kejadian tadi.
Kyla terdiam sesaat “Tadi papa nuduh gue balapan? Hah. Kalau memang itu maunya malam ini gue bakal balapan” lalu dia meninggalkan perkarangan rumah secepat mungkin.
Selama di perjalanan sudah banyak air mata yang tumpah. Kyla semakin melajukan kecepatan mobilnya hingga di perempatan sebuah motor tiba-tiba melintas di depannya dengan cepat dia menginak rem, tapi mobilnya sulit dikendalikan. Dengan gerak cepat dia membanting stirnya yang membuatnya menabrak trotoar jalan.
"Awh" Kepala dan kakinya terasa sangat sakit, tubuhnya lemah seperti tidak ada tulang yang menopang tubuhnya. Dengan sekuat tenaga dia mengambil ponsel .
Sambungan terhubung "Halo?"
"Ma..."
KAMU SEDANG MEMBACA
spero
Teen FictionSpero diambil dari bahasa latin yang artinya harapan. Di sini kita belajar tiap arti dari kehidupan dalam sebuah harapan: Boleh jadi, kita harus belajar dari rasa sakit dulu untuk paham arti kasih sayang dan kepedulian. Belajar sendiri dan kesepia...