6

2 0 0
                                    

Suara nada dering panggilang membangunkan Kyla, dengan malas dia meraih poselnya dan langsung mengangkat tanpa melihat nama dari panggilan tersebut.

“Hallo”

“Ky tadi nyokap lo datang”

“Siapa ni?”

“Shafira. Ky, kami otw ke situ ya”

“Gak jadi pulang sekolah?”

“sekolah udah izinin kelas kita buat ngeliatin lo”

”Ooh”

“Yaudah lo istirahat aja dulu ni gue udah  otw, bye”

Sambungan sudah di akhiri.
Tidak lama setelah itu Trisa masuk ke ruangan melihat Kyla yang sedang berbaring sambil menghadap ke luar jendela. Kyla yang baru menyadari Trisa langsung menyalaminya.

“Mama dari sekolah?” tanya Kyla
“Iya. Nanti kawan sama wali kelas kakak mau datang ke sini” Kyla yang kerap dipanggil kakak itu hanya tersenyum mengangguk.

“Kak lain kali jangan kayak gitu lagi, ya. Takut mama liatnya” Kyla hanya diam mendengarkan mamanya
“Kamu jangan kebut-kebutan lagi”
“Ma” panggil Kyla.
“Kenapa? Ada yang sakit” tanya Trisa cemas.

Hati Kyla yang sakit, ma. Batin Kyla dalam hati berusaha menahan air mata yang membuat matanya sudah memanas.

“Kenapa sih papa?” Trisa hanya diam.
“Kenapa papa sering bilang Kyla anak pungut tong sampah? Kenapa dia ngomong cuma ke Kyla?” Kyla tidak sanggup lagi menahan tangisnya “ Emangnya bener kalau Kyla ni anak pungut dari tempat sampah?”
Mendengar hal itu Trisa ikut menangis, dia sudah tidak tahan lagi melihat anaknya selalu menangis karena papanya sendiri.

“Enggak kak. Mama yang tahu, mama yang ngelahirin kamu” Trisa langsung memeluk Kyla.
“Kenapa papa ngomong itu?”
“Udah lah. Papa kan emang kayak gitu orangnya kalau ngomong suka nyakitin”
“Kyla benci papa kayak gitu” ujarnya sambil sesengukan.
“Heh gak boleh kayak gitu. Diamin aja kalau dia ngomong dengerin ” tegur Trisa “Kayak manapun itu tetap papa kamu. Dia udah susah payah cari uang buat kamu seharusnya kamu bersyukur kita masih berkecukupan. Yang perlu kamu lakuin cuma berdoa semoga papa bisa berubah jadi lebih baik lagi”
“Tapi Kyla gak suka papa bilang kayak gitu. Kyla gak suka liat papa marahin mama, nuduh mama terus” Kyla kembali terisak.

“Udah lah jangan cengeg. Mama gak mau punya anak yang cengeng”
“Kyla gak butuh uang papa. Kyla cuma mau punya papa yang sayang dan selalu ada waktu buat kelurga walaupun cuma bisa hidup apa adanya”
“Udah lah”
“Kyla iri sama kawan-kawan, ma. Mereka bisa liburan sama papanya bisa main bareng papanya. Kyla? Mana pernah papa kayak gitu, sedangkan Kyla sakit aja gak pernah ditanyanya gak pernah dia bantu ngerawat”

Hati Trisa rasanya tersayat-sayat mendegar tiap kata yang keluar dari mulut anaknya. Ruangan dipenuhi dengan suara tangis.
“Kyla udah. Nanti kalau papa dengar kayak mana?” Trisa berusaha untuk menenangkan anaknya walaupun sebenarnya hatinya juga belum bisa tenang.

“Biarin ma. Biarin papa dengar” sahut Kyla
“Jangan kayak gitu, Ky. Biar kayak manapun itu papa kamu, kamu harus selalu sayang sama dia”
Baru Kyla ingin membalas suara mama langsung menudingnya “Kalau kamu gak bisa sayang sama papa mama juga gak bakal bisa sayang sama kamu, dengar?”
“Tapi emangnya salah Kyla berharap kayak gitu?”
“Kyla cuma perlu bersabar, iya?”
“Iya, ma” jawabnya dengan masih sesengukan.

Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan wajah Irwan. Kyla segera mengusap air matanya biar gimanapun dia tidak mau terlihat lemah dia harus selalu kuat apalagi untuk melindungi Trisa – mamanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

speroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang