KEPERCAYAAN

962 101 2
                                    

Ternyata luka pete cukup parah dan harus di rawat inap. Ae setia menunggui nya tapi ada hal yang sedikit mengusik ketenangan ae. Karena sewaktu pete tidak sadar, pete menyebut nama tin.
Itulah kenapa dia agak sedikit tidak suka waktu tin menawarkan diri buat jagain pete gantiin ae yang mau tanding bola. Padahal tin jagain nya sama  can. Pete yang awalnya senang tahu tin akan jagain dia, sedikit kecewa. Tapi dia tetap mencari cara buat bikin can kecewa.
Dia berhasil ngebujuk tin buat bikinin dia bubur. Padahal tin bikinin bubur itu demi balas kebaikan pete yang udah nyelametin can. Tapi tetep aja dia manasin can.

"Maaf kan aku ya can. Gara2 aku sakit dan pengen bubur jd tin buatin aku bubur. Kamu tidak marah kan ?"

Tin melihat can, dia takut can marah karena dia udah berjanji gk akan masakin siapapun kecuali can.

Sebenernya can kecewa tapi karena pete lagi sakit, jadi dia maklumin aja.

"Tidak apa2 kamu kan temannya."

Ae tahu ini akal2 an pete aja, makanya dia kasihan sama can. Tapi dia masih harus minta tin jagain pete karena dia ada pertandingan. Sementara keluarga pete belum datang dari liburan di luar negeri.

Parahnya lagi ternyata au juga lagi jagain adiknya di rumah sakit itu. Dia jelas seneng bisa ketemu sama can lagi.

"Phi can sedang jenguk teman ya ?"

"He eh. Kamu sendiri ngapain ?"

"Jaga adik. Eh phi udah makan belum ? temani aku makan ya ?"

"Kebetulan aku juga belum makan nih"

Keduanya segera bergegas ke kantin rumah sakit yang kebetulan mirip restoran.
Di tempat lain, tin lagi cemas nunggu can yang pamitnya cari makanan. Tin yang mau nyusul di larang sama pete, karena dia takut jika butuh apa2 tidak ada orang. Tin nggak kehilangan akal. Dia segera menelepon phana buat jagain pete. Tahu dong , phana langsung mau.

Setelah phana datang, tin bergegas ke kantin cari can. Tapi ternyata can dan au sudah selesei makan. Sekarang dia lagi ngobrol ma au di taman.

Tin yang lihat ini jelas marah.

"Can !"

"Eh tin!"

"Katamu kamu cari makanan kenapa pacaran sama anak ini ?"

"Eh maaf tin"

"Pacaran ? Berarti phi can pacarku dong"

"Oi au. "

"Berani berani nya kamu anak kecil"

Tin yang sudah kehilangan kesabaran langsung menghajar au. Terjadilah perkelahian, karea ternyata au juga tidak mau kalah sama tin. Tinggalah can yang kebingungan cari cara buat misahin mereka.
.
.
Di tempat lain phana mulai bicara dari hati ke hati ma pete.

"Bagaimana kabar ae?"

"Baik phi"

"Kamu tahu aku kasihan sama ae"

"Kenapa phi ?"

"Karena dia tidak tahu bahwa kekasihnya telah berubah"

"Maksud phi aku ?"

"Kenapa pete ? Kenapa tiba2 kamu mengalihkan perhatianmu pada tin ?

" aku tidak tahu phi. Mungkin karena aku terlalu manja dan terbiasa dapat perhatian tin, jadi ketika perhatian tin beralih ke can aku tidak rela"

"Bagaimana dengan ae ? Apakah perhatiannya kurang padamu ?"

Pete terdiam tidak sanggup bicara, dalam hatinya berkata seandainya ae bisa seperti tin, mungkin dia mau dua duanya.

Tiba2 phana dp telepon dr tin.

"Aku akan telepon anak buah ku buat menjagamu, karena aku harus mengurus tin. Dia berkelahi"

"Phi ! Bantu aku dpkan tin. Can tidak pantas buat tin! Can hanya akan bikin tin menderita"

Phana tidak menjawab karena anak buahnya keburu datang.
Dia segera pergi dan ngebebasin tin. Ketika tahu tin berkelahi gara2 can, phana mulai sedikit membenarkan kata2 pete.

"Tin sepertinya kamu harus jaga jarak sama au"

"Tapi phi dia coba merebut can dariku"

"Kamu bisa bicara baik2 jangan konflik dengannya. Jika orangtuanya tahu , orang tuamu pun mungkin tidak akan bisa bantu"

"Kenapa ?"

"Karena dia anak pemimpin partai oposisi !"

"Apa !!!?"

Tin kaget dan tidak menyangka anak kecil yang dia remehkan itu ternyata punya pengaruh besar. Tapi demi can dia tidak gentar.

"Tapi phi aku tidak perduli. Aku tidak bisa pisah dari can. Biarpun dewa sekalipun yang jadi musuh aku tidak akan  ngelepasin can"

"Apa kamu sudah gila tin. Jika kamu teruskan kamu bisa menghancurkan keluargamu. Apa sih kehebatan can, sehingga kamu bisa segila ini ?"

Phana yang bingung segera pergi. Dan dia berpapasan dengan can. Tapi phana tak menghiraukannya biarpun can sudah menyapanya.

Can agak heran melihat perubahan phana dan dia tahu kenapa.

"Can masuklah bantu aku "

Can lalu masuk ke kamar tin buat bantuin tin. Melihat pacarnya diam, tin jadi heran.

"Ada apa ? Apa phi pha bicara sesuatu padamu ?"

"Tidak !"

"Lalu kenapa kamu diam ?"

"Tin aku minta maaf, karena kebodohanku kamu jadi begini"

"Bagus kalau kamu sadar. Lalu apa kamu siap dapat hukuman ?"

"Hukuman ?"

"Iya sini"

Tin tiba2 memeluk can, tapi can berusaha melepaskannya.

"Tin ini rumah sakit"

"Cuma ciuman"

"???"

"Ayolah anggap saja obat buat sakitku. Aku begini karenamu juga kan ?"

Can tidak berkutik. Kalau saja dia tidak dalam posisi bersalah dia pasti sudah menolak tin. Tapi sekarang, dia hanya bisa ngebiarin tin menciumnya.

"Jangan deketin anak kecil itu lagi "

Can mau protes , tapi tin malah membungkamnya dengan ciuman.

"Jangan membantah!"

Lagi lagi can tak bisa protes karena tin keburu menciumnya lagi.
Kali ini mereka ciuman cukup lama, sampai can nggak sadar kalau tin sudah merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
.
.
.
To be continued
.
.
.
Wuah gawat ternyata musuh tin lebih hebat nih.
Aduh bisa nggak ya tin mempertahankan can ?

YOU ARE MY DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang