12. General Wizard

946 63 10
                                    


Hari ini adalah hari minggu. Hari yang selalu di tunggu semua orang. Suasana pagi ini sangat cerah, kehangatan terpancar cerah berkat kilauan sang surya.

Namun, ada satu rumah yang sepertinya tidak terkena pancaran kehangatan itu.

Di kediaman frankenstein semua orang sedang berkumpul. Wajah-wajah keheranan, terkejut, dan kekesalan terpangpang dengan jelas di ruang tamu.

Semua orang yang tinggal di sana, dan di tambah 3 orang penyihir dari dunia lain, kini duduk berdampingan dan saling berhadapan. Aura di ruangan itu seketika berubah dingin.

"Emn...jadi....", tao bersuara sambil menggaruk tengkuknya merasa tak nyaman dengan suasananya.

"Ekm...", frankenstein berdehem pelan.

"Hey!, apa tidak ada yang mau menjelaskan disini?", tanya rael geram. Pria itu jelas mengeluarkan aura permusuhan pada dua orang pria bersurai merah dan biru yang duduk dengan mengapit Arla yang duduk di tengah.

"Seperti yang kujelaskan tadi, mereka berdua adalah teman nona Arla", jelas frankenstein singkat, padat, dan jelas.

"Kami tau. Tapi bukannya mereka berdua adalah dalang dari kerusakan dikota", kali ini Regis yang angkat bicara. Mengutarakan kebingungannya.

"Itu benar", seira membenarkannya.

"Singkat ceritanya, semua yang terjadi adalah kesalahan. Mereka sudah minta maaf. Dan lagi kerusakan di kota sudah di perbaiki, dan mereka...entah dengan cara apa bisa membangkitkan orang mati yang sudah terbunuh", takio menjelaskan perlahan. Di akhir kalimat yang ia ucapkan sedikit bergetar. Mengingat suatu hal yang hampir mustahil di lakukan.

Dan suatu hal yang mustahil itu adalah, menghidupkan orang mati, dan Arthurlah yang melakukannya.

Seketika semua orang di ruangan itu diam membatu. Rael menganga lebar, regis melotot tak percaya, seira tertegun, bahkan raizel yang mendengarnya tidak jadi menyesap tehnya, dan kembali meletakkan cangkir di meja, wajahnya berubah menjadi serius.

"Frankenstein, benarkah itu?", tanya raizel melirik frankenstein.

"Ya tuan. Secara garis besar itulah yang terjadi". Frankenstein menjeda ucapannya. "Saya sangat terkejut, hal yang melanggar ketentuan alam seperti itu bisa dilakukan".

"Khe..he...he...", aki tertawa cekikilan. Hingga semua atensi beralih menatapnya "Oh ayolah, jangan terlalu merasa terkejut. Kami penyihir memang memiliki banyak hal hebat. Tidak seperti kalian yang-, och!, Arla jangan mencubitku!!!", Aki meringis karena meraskan cubitan maut Arla di area sekitar pinggangnya. Arla tidak meperdulikan rajukan itu, dia malah mempelototi Aki dengan wajah yang ia buat seram.

"Aki diamlah. Dan biar Arthur saja yang bicara. Kau hanya bisa membuat onar", Arla berucap dengan nada mengancam dan penuh penekanan.

"....", Aki speecless.

Merasa Aki sudah cukup diam tak berbicara lagi. Arthur langsung angkat bicara. Tatapan pria itu menatap semua orang dengan tenang.

"Aku minta maaf", hanya itu yang keluar di mulutnya.

"Kenapa harus kau yang minta maaf?, kenapa bukan pria itu saja?", tanya M-21 sambil menunjuk Aki yang menatapnya sengit.

"Itu karena, baik Aki maupun Arla, mereka berdua adalah tanggung jawabku. Karena itu semuanya akan menjadi urusanku".

"Baiklah. Kami mengerti. Aku berharap hal seperti itu tak akan pernah terjadi lagi nantinya", frankenstein menengahi suasana permusuhan yang masih dikeluarkan Tao cs pada Aki. Biarpun dia sendiri juga masih geram dengan bocang besurai blue itu. Frankenstein berusaha bersikap bijak. Karena jika dia bertindak gegabah dan lepas kendali, mungkin hal yang sangat buruk bisa saja akan terjadi. Apalagi kenyataan jika Arla adalah bagian dari mereka tidak bisa ia anggap remeh. Dan lagi, jika pertarungan tercetus di antara mereka, Raizel juga pasti akan turun tangan. Dan itu hanya akan membuat semuanya sulit.

Lost in Noblesse World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang