.
.
.
.
.
.
.Miracle In December
.
.
.
.
.Seong Woo berjalan keluar dari ruang layanan mahasiswa bersama Tae Yong. Tangannya masih senantiasa menepuk-nepuk pantat Arin yang tertidur di gendongannya. Masa bodo dengan orang yang melihatnya saat ini, dengan kain gendongan dan bayi perempuannya dia tidak malu sama sekali.
"Lupa kalau waktu itu aku cutinya semester genap." Seong Woo menekuk wajahnya, karena dia tidak bisa langsung melanjutkan kuliahnya.
"Ya sudah, sambil menunggu kamu bisa memaksimalkan waktu-mu untuk Arin." Saran Tae Yong,
"Gimana kalau buat adik untuk Arin?" Pertanyaan itu memang terdengar lelucon tapi Tae Yong tidak tertawa dan malah memasang wajah masam.
"Menikah dulu." Singkat, selalu saja saat Tae Yong menanggapi hal seperti itu.
Ini sudah hampir satu bulan setelah Seong Woo bangun tapi Tae Yong tidak mendengar kabar baik tentang hubungan mereka. Masalahnya mereka sudah punya anak dan Tae Yong juga yang ditagih orang tua Seong Woo untuk merayu Seong Woo.
Tidak ada yang menyinggung hal ini pada Daniel dan hanya Seong Woo yang disuruh berkata duluan. Seong Woo tidak mau itu.
"Dia belum melamarku." Keluh Seong Woo sambil berjalan seirama dengan Tae Yong, mereka harus segera kembali karena Tae Yong mengambil jam kantornya.
"Diakan sudah dua kali ditolak olehmu ya sepertinya dia tidak akan mencoba lagi dan kau juga yang bertindak biasa saja. Harusnya kau murung agar dia tahu kenapa sebabnya." Oceh Tae Yong karena percuma saja membujuk Seong Woo bicara duluan.
"Lagi pula siapa yang mau menikah dengannya." Seketika ucapan Seong Woo membuat Tae Yong berhenti berjalan.
"Kenapa?" Tanya Seong Woo ikut berhenti dan berbalik badan.
"Jangan bicara seperti itu! Berhenti menjadi orang bodoh, kalian itu saling mencintai!" Untungnya basement sepi dan Tae Yong bisa meneriaki Seong Woo dengan seenaknya.
"Loh kenapa marahnya ke aku? Kalo saling mencintai tapi dia tidak mau menikah denganku, untuk apa?"
"Lalu kenapa kau mau memberi adik untuk Arin? Dan tidak mungkinkan kau membuatnya dengan orang lain. Kau pikir bagus hubungan tanpa status tapi terus menghasilkan anak?"
"Anak itu anugerah."
"Kau pikir tidak, kalau sudah besar nanti Arin atau adik-adik Arin menanyakan siapa ayah dan ibunya."
Seong Woo masih memasang wajah tak bersalahnya padahal Tae Yong hampir saja memukul kepalanya. "Kamu apa-apaan sih Yong? Ya tetap mamanya aku, papanya Daniel. Kalau aku bikin sama yang lain baru papanya beda."
Plak!!
"AW!!" Tubuh Seong Woo sedikit limbung karena pukulan Tae Yong.
"Yong, anak aku mau jatuh!!" Untung saja Arin tidurnya nyenyak sekali sampai orang bertengkar di hadapannya saja dia tidak terusik.
"Menikah, Seong Woo..... Kau harus menikah....." Tae Yong geram, harusnya dia geram juga sama Daniel tapi berhubung Daniel bosnya dan dia tahu betul bagaimana keadaan perusahaan yang kurang stabil jadi dia tidak berani bicara.