.
.
.
.
.
.
.Miracle In December
.
.
.
.
.Seong Woo berjongkok memilih bunga-bunga yang sudah dipetik tukang kebun di rumah Daniel. Arin yang mengikutinya berkali-kali ingin meraih tangkai bunga namun Seong Woo melarangnya, takut-takut ada yang tajam karena ini bercampur dengan bunga mawar juga.
"Ini, yang ini saja." Seong Woo memberikan setangkai baby breath pada Arin yang terlihat senang sekali sambil menciuminya.
"Yuk sudah, kita kembali..." Ajak Seong Woo sambil bangkit berdiri dan berjalan keluar dari kebun itu.
"Arin..." Seong Woo berbalik melihat anaknya malah berjalan lawan arah dengannya. Namun mendengar namanya dipanggil membuat Arin berhenti dan menoleh padanya.
"Mama tinggal ya?" Arin yang mengerti segera berlari menghampiri Seong Woo.
Setelah itu Arin terus mengikuti Seong Woo sampai masuk ke kamar. Arin duduk di bangku sambil menatap Seong Woo yang merangkai bunga di vas kecil.
Seong Woo tadinya tidak terlalu suka dengan bunga. Namun mengingat anaknya perempuan jadi dia mau menghias kamar mereka dengan bunga segar yang juga disukai Arin.
"Mama ini." Arin menyerahkan bunga baby breath yang dia pegang.
"Ini untuk Arin cantik..." Seong Woo mencubit pipi Arin yang terlihat senang mendapat bunga itu.
Cleck!
"Mama..." Seong Woo membuang nafas kesal melihat Justin yang masuk membawa roti bakar. Bukan karena Justin tapi karena panggilan itu.
"Untuk Arin." Justin memberi satu piring roti bakar isi coklat untuk Arin.
Justin menyuapi Seong Woo sepotong roti namun Seong Woo jelas menolaknya. Dia menghindar dan menggeleng.
"Mama harus makan. Aku bikin sendiri loh ini." Lagi-lagi Seong Woo harus bersabar dan kali ini meraih sebelah tangan Justin.
"Kita harus bicara." Seong Woo menarik Justin kesamping menjauh dari posisi Arin yang memandangi bunga rangkaian mamanya sambil memakan roti bakar.
Justin ikut saja sampai akhirnya mereka berdua duduk di daerah balkon kamar. Akhirnya Seong Woo punya waktu berdua untuk berbicara serius.
"Berhenti memanggilku mama." Ucap Seong Woo menatapnya serius.
Namun hal yang tidak Seong Woo sangka adalah Justin yang menaruh piring roti dan menunduk sedih. Dia juga tidak tahu mesti protes bagaimana kalau memang Seong Woo tidak mau. Dengan apa yang diberi tahu Yuta padanya itu sudah membuatnya down ditambah pernyataan langsung Seong Woo yang seperti ini.
Seong Woo mengguncang pundak Justin dengan kedua tangannya, berharap Justin menatapnya lagi namun tidak sama sekali.
"Hiks... Hiks.." Tangis Justin tidak bisa ditahan, dia sedih karena dari Seong Woo membuka mata dia juga sadar kalau Seong Woo tidak nyaman dengannya.
"Hei jangan menangis." Seong Woo kembali mengguncang pundak Justin, namun Justin terus menunduk sambil meneteskan air matanya.
