.
.
.
.
.
.
.Miracle In December
.
.
.
.
.
"Papa." Ucap Seong Woo pada Arin yang berada di pangkuannya."Papa?" Arin malah menoleh-noleh mencari sosok yang dimaksud Seong Woo padanya.
"Papa. Ini papa." Seong Woo menunjuk-nunjuk dirinya sendiri.
"Mama..."
Seong Woo menghela napas sabar. Siapa sih yang mengajarkan Arin memanggilnya mama? Dia tidak suka sebenarnya, karena dia laki-laki tentunya. Kalau sedang di luarkan Seong Woo malu orang-orang melihatnya dipanggil 'mama'.
Tapi disini sebutan 'papa' sudah di sandang Daniel. Apa lagi Justin juga memanggil Daniel dengan sebutan itu, jadi sudah pasti Arin sebagai adiknya juga memanggil Daniel seperti itu. Tapi siapa juga yang menyuruh Justin memanggilnya mama? Sungguh Seong Woo paling tidak suka dan geli mendengar Justin memanggilnya 'mama'.
"Baiklah. Kalau begitu. Appa." Ucap Seong Woo lalu kembali menggulangnya agar Arin mengerti, "Appa."
"Papa?" Lagi-lagi Arin malah menoleh-noleh mencari Daniel.
"Appa. Arin panggil Appa." Seong Woo menunjuk dirinya sendiri.
"Papa?"
Sepertinya pilihan yang salah karena pengucapan Appa dan Papa terdengar sama untuk Arin. Seong Woo harus mencari panggilan lain.
"Daddy." Mendengarnya Arin hanya terdiam sambil memandang Seong Woo.
"D.a.d.d.y. Daddy." Seong Woo dengan sabar mengajari Arin bahkan sambil mengejanya dengan semangat.
Tapi tetap tidak berubah. Entah tidak mau mengucapnya atau tidak bisa yang jelas Arin hanya terdiam.
"Ayinnn piss..."
"Eh? Tahan. Tahan..."
Seong Woo langsung bangun. Dengan ribetnya dia membawa infus dan sebelah tangannya menggendong Arin masuk ke kamar mandi. Setelah membuka celana anaknya, Seong Woo mendudukkannya di kloset, setelah dia menahan Arin agar tidak jatuh.
Beruntung Daniel memberitahu beberapa kata penting yang Arin belum bisa mengucapnya dengan lancar. Daniel berkata Arin tidak terlalu suka memakai pampers kalau tidak sedang jalan-jalan jadi dia mengajarkan anaknya selalu berkata padanya kapanpun mau buang air.
Setelah itu ia kembali menggendong Arin keluar. Namun sesaat ia mau duduk Arin menunjuk keluar.
"Mama... Ayin sana..."
Seong Woo meliriknya kesal lalu pasrah saja, Arin masih memanggilnya mama.
"Di luar dingin. Arin pakai mantelnya dulu ya." Seong Woo memakaikan anaknya mantel tebal dan syal di lehernya.
"Ehh tungguuu..." Seong Woo yang baru memakai jaket langsung mengejar Arin yang pergi duluan.
Dia menggandeng tangan Arin yang berjalan dengan riang. Sesekali Seong Woo tertawa dengan langkah kaki Arin yang menurutnya lucu lalu dia mengikutinya membuat anaknya juga tertawa.
"Seong Woo." Sontak Seong Woo langsung berhenti dan menahan Arin untuk berhenti berjalan.
"Ryu Jin." Seong Woo tersenyum melihat wanita cantik yang datang menghampirinya.
