II

236 13 4
                                    

Kala itu merupakan malam Selasa di sebuah kelab yang ternyata penuh hingar bingar. Dentuman musik terasa bergemuruh di dada dan bahkan bisa dirasakan sesiapa yang lewat di luar area.

Dimulai dari pertanyaan remeh yang terdengar sayup dibawah kerasnya nada yang ribut.

"Boleh pinjam korek?"

Rega sedikit mendongak dan melirik tepat kesampingnya dimana ia melihat sosok lelaki yang tertimpa gemerlap spotlight dan moodlight ditengah remang sudut dekat bar.

Ia kenal lelaki ini, dia sudah setengah mabuk tapi dia yakin dia mengenal lelaki itu. Dia Aji, dan Rega yakin dengan sangat sekarang rambutnya biru dan lebih cerah dari saat dia tidak sengaja melihat lelaki itu didepan lobby dengan rambut warna merah beberapa bulan yang lalu.

"Apa?" Rega bertanya balik.

Bukannya ia tidak dengar, oh, dia dengar jelas suara lembut lelaki itu. Tapi Rega seperti merasa gugup, entah mungkin ini pengaruh alkohol yang sudah mulai merembes masuk ke pembulu darah dan mengacau otaknya, atau semata karena tiba-tiba didekati oleh Aji. Lebih tepatnya Aji yang itu.

"Korek. Boleh pinjam?" lelaki itu mengulang sambil memberi isyarat dengan tangannya, mencegah jikalau Rega tidak mendengarnya.

Rega mengerjap, lalu merespon dengan 'oh' pelan. Ia meraih pemantiknya yang tergeletak disamping asbak kaca lalu mengulurkan pada Aji.

"Thanks." ujar Aji setelah menyalakan rokoknya. Asap yang dihembus lelaki itu menyatu dengan asap dari batang yang Rega sulut sebelumnya, kini bertengger diantara jari telunjuk dan jari tengah Rega. Kemudian tanpa permisi lelaki itu mendaratkan tubuhnya diatas couch tepat disamping perempuan itu, ia menyilang kaki kiri diatas kaki kanannya.

UtervisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang