PROLOGUE

334 20 1
                                    


Dia ada di sebuah ruang tamu yang tidak ia kenali rumah mana yang memilikinya. Di dekat kakinya bertebaran krayon warna warni, yang warna merah senja dan hijau seperti mint sudah berukuran lebih kecil dari pada kelingking kakinya. Didekat sana ada tumpukan kertas hvs yang separuhnya sudah dibubuhi gambar, diantara yang berserakan terlihat bentuk mobil polisi dengan lampu merah biru yang berkerlip, rumah dengan atap berwarna merah muda di atas bukit berbunga, pantai dengan kapal layar besar yang tertambat di dermaga, kupu-kupu berwarna ungu bermotif polkadot yang bermain dengan peri berbaju gemerlap pelangi, dan juga ikan lumba-lumba yang memakai mahkota dan tutu balerina.

Sayup ia mendengar suara televisi dari jauh, nursery rhyme berbahasa inggris mengalun riang. Tanpa sadar kakinya melangkah menjauh dari ruang tamu untuk mendekati sumber suara.

"Mamaw!"

Rega mengernyit, ada suara bocah lelaki juga dari sana. Tawanya nyaring dan ringan, terkikik geli seakan sedang dikelitiki. Koridor sempit itu terasa berubah warna, jadi jingga, biru muda, dan nila. Bunyi mainan plastik yang jatuh bercecer di lantai juga terdengar menggema, kini merubah warna menjadi kuning, hijau limau, dan merah bata.

"Mamaw, lihat!"

Sekarang yang mengalun suara bocah perempuan, nadanya terayun kekanakan. Suaranya berdering seperti kinting angin yang tergantung di jendela rumah neneknya saat tertiup angin.

Ketika sampai di ambang ruangan, Rega melihat mereka. 2 anak laki-laki dan perempuan terduduk dilantai dengan mainan yang berserakan mengepung mereka. Ada lego tertumpuk berantakan di tengah ruangan, lalu boneka kuda poni berwarna biru muda dan bersurai pelangi di sampingnya. Bermacam alat gambar juga ada di situ berdampingan dengan kertas-kertas yang sama bercecerannya.

UtervisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang