Setelah satu jam pelajaran kami bermain basket secara bergiliran, akhirnya pak Rahmat menyuruh kami berkumpul dan kami pun menurutinya.
" Cape gak ? " tanya pak Rahmat setelah kami semua berkumpul dengannya. Dan menurutku pertanyaan nya itu sangat tidak penting.
" Ya, jelaslah cape. Pertanyaan apa sih itu. " jawab Indah yang menunjukan ekspresinya yang kesal karena pertanyaan pak Rahmat.
" Iya nih, bapak gak ngerasain sih. " kali ini Nanda yang angkat bicara.
" Iya iya, bapak ngerti kok. Biasa aja kali jawabnya. Hehehe. " ujar pak Rahmat sambil tertawa kecil.
" Tapi kita gak ngerasa cape pak, ya kan. " ucap Riyadi sambil menoleh ke arah para lelaki.
" Iya, kita B aja kok. " balas Ridwan.
" Palingan itumah kaliannya aja yang lemah. Hahaha. " lanjut Razib yang ucapannya itu meremehkan kaum cewek.
" Apa lo bilang ? Maaf ya, tapi kata kata lo tadi salah besar. Meskipun kita cewek tapi kita gak serendah yang kalian pikirkan. Anda paham ? " kali ini aku yang angkat bicara tapi sebenernya aku pun tidak sadar kenapa aku bisa bicara selantang itu.
" Wah ada kabel nyambung nih. Dari mana ya dateng kabel nya. " ucap Riyadi sambil melirik lirik ke sekelilingnya.
" Biarin aja gue ikut campur, lagian temen lo tadi ngerendahin kita sebagai perempuan ya jelaslah gue ikut campur. Dari pada lo Km gak berguna. Masa Km kayak gitu kelakuannya. Gak ada kali ceritanya bad boy sekolah jadi Km. " ujarku panjang lebar.
" Yeah, baru juga kemarin baru gabung di kelas kita. Udah belagu banget lo. " balas Riyadi yang kali ini sedikit lebih di keraskan lagi suaranya.
" Biarin aja. Masbuloh. " ucapku yang langsung mengalihkan pandanganku yang tadi nya kearah Riyadi dan sekarang kearah pintu kelas yang tertutup.
" Udah udah kalian tuh ya. Dulu yang suka debat tuh Ridwan ama Nanda, Razib ama Desi, dan Amel ama Rafli. Dan sekarang kalo kalian debat jadi nambah lagi dong, bisa puyeng pala bapak. " lerai pak Rahmat karena sudah lelah mendengarkan perdebatan kami. Dan membuat semuanya terdiam.
" Kalo kalian sekali lagi kayak gini, bapa gak akan segan segan buat manggil kalian ke ruang Bk. Kalian paham ? " lanjut nya mengancam kami.
" Ya pak. " jawab kami berdelapan.
" Dan ya, bapak bicara gini juga berlaku buat semuanya. Mengerti ? " lanjut pak Rahmat.
" Ya pak. " jawab kami semua.
" Ya udah sekarang berhubung jam pelajaran bapak tinggal satu jam lagi. Karena habis dipakai buat menceramahi kalian. Sekarang kalian yang laki laki main sepak bola dan yang perempuan nya tetep main basket. " kata pak Rahmat.
" Ya pak. " ucap kami sekali lagi.
Kami pun langsung menuruti apa yang dikatakan oleh pak Rahmat. Sedangkan pak Rahmat nya pergi ke ruang guru.
Pada saat kami sedang bermain basket, tiba tiba ada bola sepak hasil tendangan mengenai kepalaku. Sontak akupun langsung berteriak dan menolehkan pandanganku ke arah cowok yang sedang bermain sepak bola untuk mengetahui siapa yang menendang bola itu. Dan ketika aku lihat, aku sangat terkejut karena yang menendang bola itu adalah Riyadi. Sepintas aku berpikir kalau dia melakukannya dengan sengaja karena perdebatan kami tadi.
" Hei, bisa main gak sih, lo ? Kalo gak bisa main diem aja. Atau jangan jangan lo dendam ama gue soal tadi. " kesalku pada Riyadi yang sedang memandangiku dengan senyum miringnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
RomanceSelama mendengarkan perdebatan antara Nanda dan Ridwan aku pun sedikit melirik sekilas ke arah Riyadi dan kulihat dia sedang tersenyum miring padaku. Aku tidak mengerti apa yang sedang di pikirkannya mengenai diriku