Chapter 16

188 24 1
                                    

Sejak tragedi kecelakaan Jungkook Eunha jarang sekali pulang ke rumah. Hari harinya terus mencari keberadaan Jungkook. Sudah dua hari keberadaan Jungkook belum ditemukan.

"Apa ini kalian memang tidak becus! Kita masih setengah perjalannan mencari Jungkook, kalian tidak bisa memberhentikan ini!!!!" Teriak Eunha kepada salah satu tim SAR.
"Maaf nyonya cuaca sangat buruk di tambah jurang itu sangat dalam, sangat berbahaya, setelah di teliti kemungkinan besar tubuh korban ikut hancur bersama bakai mobilnya" jelas kepala Tim SAR.
"TIDAKKK, JUNGKOOK MASIH HIDUP, KALIAN HARUS MENCARINYA, MAU KU BAYAR BERAPA HAH? AKU AKAN MEMBAYARMU BERAPAPUN TAPI TETAP LANJUTKAN PECARIANYA!" Bentak Eunha dengan amarah. Urat lehernya terlihat jelas saat ini.
"Tapi-"
"Lakukan atau ku bunuh kau!" Ancam Eunha dengan mencengkram kerah baju kepala Tim SAR itu. Eunha pergi meningalkan lokasi. Dia menuju mobilnya.

Kling~

Yerin
Eunha yaa, Keadaan Jisung memburuk gua bingung Jaehyun gak ada sini, Bonyok masih dalam perjalanan dari luar kota, gua bingung, bisa gak lu kesini, gua mohon

Eunha berpikir sejenak, awalnya dia pengen ke rumah buat ketemu mama tapi Jisung dan sahabatnya -Yerin membutuhkanya. Eunha masuk ke dalam mobil kemudian melaju dengan kecepatan tinggi.

.
.
.
Eunha Pov

Gua ngeliat Yerin nangis di kursi tunggu. Matanya sembab, tanganya menutupi wajahnya.
"Yerin" Gua menepuk pundaknya.
"Eunha" Yerin memelukku erat. Sontak gua kaget dan heran, seorang Yerin yang gua kenal selalu tegar sekarang nangis?.
"Ha, Jisung ha, Jisung" Ucapnya dengannsuara parau.
"emang Jisung kenapa, seinget gua kemaren dia baek dah rin" Gua mengerutkan dahi bingung. Lantas Yerin menujuk ke arah ruangan Jisung.
"Ada yang berniat jahat padanya ha, gua liat ada cewe misterius yang keluar dari kamar pas gua tinggal sebentar ke toilet. Dia memakai baju yang menutupi sebagian wajahnya. Gua udah ngejar tapi ketinggalan jejak. Pas gua balik Jisung, Jisung.... Darah...... banyak darah di sana, gua panggilin dokter. Katanya ada benturan di kepalanya akibat benda tumpul, dokter itu bilang kalo Jisung koma..... Ituuu itu salah gua kan Ha" Tangisan Yerin kembali pecah, tangan dan bibirnya bergetar, air mata terus mengalir dengan derasnya.

Gua ngga menyangka. Kenapa masalah bisa sebesar ini. Kenapa?. Gua nyoba nenangin Yerin sampai Boyoknya Jisung dateng.

Really really really~

"Mama" Guman gua.
"Kenapa Ha?" Tanya Yerin.
"Nyokap gua nelpon" Jawabku.

Pas gua mau ngangkat hape gua udah mati duluan. Perasaan gua makin gak enak. Tadi mama udah minta ijin buat nrmenin Yerin, tapi kenapa sekarang telphone lagi.

"Eh rin gua pulang dulu gua khawatir sama nyokap"
"Iya ha, makasih ydah mau dateng" Ucap Yerin terua meluk gua.
"Tante om Eunha pulang duluan" Ucapku kemudian mereka mengangguk.
"Makasih udah nemenin Yerin. Hati-hati di jalan" Ucap Nyokapnya Jisung.

Gua berlari kecil menuju paskiran. Tapi di pintu UGD gua ngeliyat Jaehyung baru dateng dengan pakaian santai.
"Eh Jae" Sapa gua terus lanjut jalan.
"Eh Ha mau kemana?" Tanya Jaehyun.
"Pulang nyokap gua nelpon tapi baterai gua low, gua khawatir, duluan Jae" Gua ngelanjutin melangkah.
"Sebaiknya lu cepetan deh na, tadi pas gua laporin kasus Jisung ada bebrapa polisi menuju alamat rumah lu, gua takut ada apa-apa" Ucapan Jaehyun sontak membuat gua terbelalak. Ribuan pikirian negatif soal mama berkelana di otak gua.
"Mama" Gua bergumana terus pergi sambil lari.
"Ha hati-hati diluar hujan" Teriakan Jaehyun dari kejauhan.
.
.
.
.
.
Gua memarkirkan mobil kasar di halaman rumah. Hujan sangat deras disertai petir membuat suasana hati gua semakin kacau. Ditampah suara sirine mobil polisi yang keras. Berbagai hal negatif mulai muncul di otak gua. Gak pikir panjang gua keluar dari mobil tanpa memakai payung. Membiarkan hujan mengguyur tubuh, gua gak peduli, yang gua peduliin adalah, nyokap amabokap guasekarang. Dua polisi berjaga di depan pintu. Mama yang melihat kedatangan gua tampak diam membeku. Salah satu polisi menghapiriku.
"Dengan Nyonya Jung Eunha?" Tanyanya.
"Iya" Gua bingung apa yang terjadi sebenarnya.
"Kami membawa surat penahanan anda terkait kasus pembunuhan berencaya terhadap Tuan Jeon Jungkook" Ucapan polisi itu bagaikan belati yang mengoyak hati. Sakit. Otakku gak bisa di ajak kompromi. Perkataan itu terus berputar di kepala. Gua hanya bisa ngikutin kedua polisi itu menuju mobolnya dengan keadaan kedua tangan di borgol. Gua sempat ngeliat mama yang nangis histeris dan papa yang menatapku kecewa. Pikiranku mulai jernih.
"Pak Pakk!!!! Kenapa sayaaa? Sayaa gak ngekuin apa apa?!!!" Ucapku ketika sadar akan apa yang terjadi. Gua memberontak. Semua usaha gua lakuin tapi nothing, tenaga gua kalah sama kedua polisi itu.
"Papaa Eunha gak ngelakuin apa apa paaa, MAMA!!! Eunha gak salahhh" gua di paksam masuk ke dalam mobil. Sungguh apa takdir sekejam ini?. Apa yang gua lakukan salah?. Gua hanya bisa nangis meratapi semua ini. Apa dosa yang gua lakuin sampai Tuhan ngelakuin ini ke gua?. Apa salah gua?.

Ataukah Tuhan sangat membenci gua, sampa-sampai tega membuat takdi seburuk ini buat gua. Ini salah, Gua benci, sungguh pengen rasanya gua akhiri semua ini, gua udah capek. Dan akhirnya gua hanya bisa nangis dalam diam, tanpa air mata.
.
.
.
.
.
Taeyong membersihkan tanganya dari beberapa noda yang nemempel. Bercah merah itu membuat tanganya ikutan merah.
"Sial kenapa sulit sekalih hah!!!" umpatnya dindepan westafel.
Dia berjalan ke kamar mandi kampus kemudian membersihkan dirinya dan bajunya. Sekaran dia hanya menggunakan celana klowor membiarkan dadanya terekspos. Bajunya tampak basah karena barusan di cuci.
"Cuma karena makan bakso baju ama tangan gua kena saos, Dasar botol saos kampret" Umpatnya sambil mengeringkan pakaian di mesin cuci umum.

Seorang gadis datang, rambutnya berwarna pirang panjang dengan kemeja kebesaran. "Yeri?" panggil Taeyong.
"Humm, minggir" Titahnya kemudian memasukkan pakaiannya di dalam mesin cuci.

"Baju lu kanapa Yer?" Tanya Taeyong ketika melihat baju berwarna kuning itu sedikit kotor dengan pewarna.
"Abis praktik kenapa sih Yong, cerewet!" Balas Yeri dingin.
Taeyong hanya tersenyum dan menghentikan dialognya. Dia hanya melihat putaran baju di dalma mesin cuci sambil sesekali melihat Yeri dengan kemeja kebesaran dan sendal rumah berbulu di kakinya.
"Lucu" Gumanya yang diabaikan Yeri.
.
.
.
.
.
"Apaaa??? Eunha, sumpah gua yakin Eunha gak ngapa ngapain Jungkook, Bangsat tuh bocah yang ngefitnah Eunha. Gua Gijek sini mana orangnyaa HAAHHH MANAAA!!!!" Emosi Lisa gak bisa dibendung. Bambam yang di sampingnya terus mengelus pundah Lisa. Sifat Bambam yang dewasa dan bisa dikatakan penyabar melengkapi sifat Lisa yang gampang emosi.
"Gua bakalan tendang tuh bocah kalo sampe ketemu, Eunha gak mungkin ngelakuin itu" Rose yang biasanya terika kaya toa sekarang nangis sesenggukan di bahu Jaehyun.
"Eunha gak sejahat itu" Mingyu tampak lesu dengan matanya nya yang sendu menatap lantai.
Taehyung melihat yerin yang menangis gak bisa diam. Dia nyamperin Yerin. "Kita kudu bebasin Eunha bagaimanapun caranya" Ucap Yerin "Jangan lupakan Jungkook, Jungkook juga korban!" Dokyeom menambahkan.
"EUNHA JUGA KORBAN YEOM!" Rose berteriak.
"Udah by, udah gua yakin Dokyeom gak bermaksut gitu" Jaeh masih meluk Rose erat.
"Sory Rose gua gak maksut-"
"Nangis gak ada untungnya, kaliyan lelet" Kini Lisa bangkit dan meraih kunci mobilnya. "Lisssaaa!" Bambam Bangkit kemudian menyusul Lisa.

Rose mengusap air matanya kemudian menyambar kunci mobil Jaehyun begitu pula Yerin yang mengambil kunci motor maticnya.
Sampai akhirnya mereka berada di parkiran restoran tempat awal semua di mulai.

"Ingat kita ngatar Eunha pukul 16.30 an ke sini, terus gua ingat Eunha duduk di pojok" Tunjuk Lisa ke arah kursi paling pojok.
"Iya gua ingat" Timpal Rose.
"Aishhh gua pusing anjiir" Mingyu mengacak rambutnya frustasi.
"Jisung? Bukanya Eunha mengantar Jisung ke rumah sakit dihari yang sama tragedi menimpa Jungkook?" Tanya Yerin.
"Iya gua inget, gua langsung pulang dari rumah Taehyung pas denger Jisung kritis" Jawab Jaehyun.
"Dan ya, di hari berikutnya, saat Jisung udah sadar, ada seorang yang bermaksut ngelenyapin Jisung, gua liat dia di dalem kamar Jisung pas gua dari toilet. Tapi larinya kenceng banget dah. Dan gua yakin dia cewe" Omongan Yerin terjeda. Semua mata menatap Yerin bingung.
"Jadi?" Tanya Dokyeom.
"Tak salah lagi, cewe yang mempunyai dendam terhadap Eunha" Sahut Lisa.
"Kok bisa?" Tanya Bambam.
"Ya logika aja lah beb, kan Jisung itu kunci dari semuanya, kalo smapaai Jisunh buka mulut, tamat riwayat cewe itu" Jelas Lisa
"Tapi siapa?" Tanya Jaehyun
"apa jangan jangan?" Taehyung melirik Yerin yakin.
"Yeri tidak salah lagi" Ucap Rose.
"Kampret tu cewe kekurangan kain, gak bisa di biarin ini" Lisa udah ngamuk gak jelas. Tapi untungnya Bambam dengan sigap memenangkan emosi Lisa yang sempat menyulut.
"Tunggu gais, hanya satu orang yang bisa kita tanyain tentang seorang di balik ini"
"Siapa?" Senua mata menatap Dokyeom.
"Adeknya Jaeh, Jisung lah siapa lagi ogeb" Sambung Dokyeom.
"Jadi kita nunggu adek gua sadar dulu?"
"Iya lah" Mingyu menjitak kepala belakang Jaeh.
"Yaudah, kita nunggu Jisung, tapi kalo bener dalangnya cewe cabe itu jangan halangin gua lagi lu pada" Lisa pergi dari sana disusul Rose dan Yerin.
"Dasar cewe suka ngambil keputusan pake kepala panas" Ucap Mingyu mendapat tatapan sinis dari Bambam, Taehyung dan Jaehyun.
"Cewe gua itu" Ucap Bambam.







Yeorobun, gua balik lagi
Ada yang kangen gak ama gua
Fyi.. Udah dua tiga bulanan gua kaga update.
Mianhae

Ok gua bakalan sering update untuk minggu minggu ini gais...



Thanks for Read

Lemon Tea In Love -Eunkook-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang