Chapter 20

225 30 10
                                    

Votment dulu biar berkah bacanya.




Dinginya lantai penjara itu lebih baik daripada duduk di kursi kayu yang hangat tapi memaksanya mengakui kejahatan yang tidak Eunha lakukan. Sebuah beban berat bagi Eunha, jiwanya terus berselisih, atara mengakui semuanya atau kukuh terdahap kebenaran. Karena faktanya Eunha tidak berasalah.

Semua skenario hidupanya sudah di atur oleh tuhan. Banyak lubang dalam jalan hidupnya. Dan Eunha tidak boleh menyerah begitu saja. Bukankah jalan selalu mengarah ke tempat yang kita tuju (?). Dan sekarang tujuanya hanya, menemukan Jungkook. Hidup ataupun mati.

Bagi Eunha tidak masalah untuk membusuk di balik sel yang dingin itu. Asalkan cinta nya di temukan. Tanganya menyentuk keramik putih itu. Kepalanya tertunduk. Lantai didudukinya kini menghangat. Tapi tidak dengan nasibnya.

"Saudara Eunha, ada orang yang ingin menemuimu" Ucap salah satu petugas kepolisian. Eunha segera mengusap air matanya. Kemudian beranjak pergi. Sementara itu tahanan lain menatap Eunha sinis. Entah kenapa tatapan itu begitu tajam, membuat Eunha tidak nyaman.

Eunha diperselihkan masuk ke ruangan dimana hanya kaca tebal yang membatasinya dengan penjenguknya. Entah kenapa dirinya sangat senang ketika mengetahui siapa yang datang menjenguk. Seorang yang tidak pernah terfikirkan oleh Eunha, Jeon Jiwoo.

"Jiwoo yaa" Ucap Eunha lembut.
Jiwoo, dia tidak datang sendirian. Ada Jeon Wonwoo di sampingnya.
Melihat Eunha datang, Wonwoo lantas pergi setelah berbisik sebentar pada adikny, Jiwoo.

"Waktuku hanya lima menit" Ucap Jiwoo yang pandanganya terus menatap Eunha. Eunha bingung maksut atas sorot mata Jiwoo yang sulit di artikan. Matanya berkaca-kaca tapi menatapnya begitu tajam, bahkan lebih tajam dari tatapan teman se penjaranya.

Eunha yang merasakan atmosfir semakin dingin mencoba menghangatkan. Bagaimanapun Jiwoo adalah adik dari Jungkook.
"Ahh, kamu mau menjengekuk eoh?, apa kabar kamu, katanya kamu di terima di SMA Fav-"
"Jangan basa basi Ka Eunha, saya tidak suka!" Potong Jiwoo.

Eunha mengrenyit. Kaget akan kata kata Jiwoo barusan. Begitu tajam, dan menusuh hatinya. Dimana Jiwoo yang hangat dan ceria ?.

"Jiwoo yaa" Guman Eunha tidak percaya. Matanya kini berkaca kaca. Sementara Jiwoo menundukkan matanya, tetapi kepalanya tetap tegak. Air matanya menetes.

"Saya tau anda orang baik. Tapi saya tidak percaya yang anda lakukan terhadap kaka saya. Anggapan orang baik yang saya berikan kepada anda itu salah. Anda tidak sebaik itu!" Matanya kembali menatap Eunha tajam.
"Jiwoo. Apa maksutmu aku ngga ngerti!" Eunha semakin bingung. Dahinya berkerut.

"Bagaimanapun saya tetap adik kandung dari Jeon Jungkook, orang yang anda bunuh!, dan bagaimanapun, saya tetap akan menuntun anda. Saya kecewa, sungguh!" wajahnya memerah. Sebegitu bencinya kah Jiwoo terhadap Eunha.

"Jiwoo, kamu tidak berfikir aku yang membunuh Jungkook kan?" Tanya Eunha mencoba meyaki kan dirinya. Jiwoo tidak mungkin berfikir sejahat itu.
"Semua bukti menyatakan anda bersalah. Awalnya saya ragu. Tapi saya yakin anda dalangnya, samapai jumpa di di persidangan, Jung Eunha" Ucap Jiwoo dengan penuh penekana. Dia berdiri kemudian pergi meninggalkan Eunha.

"Jiwoo..." Ucap Eunha lesu. Dia hanya menatap kepergian Jiwoo.

Malam ini hujan turun. Tidak begitu deras. Tapi cukup untuk membasahi kota dan memberikan suasana dingin.

Jungkook duduk di depan kedai teh sambil memegangi kakinya yang berdenyut. Suara kendaraan yang lalu lalang menjadi musik yang menenangkan baginya. Pemilik kedai tersebut menghampiri Jungkook.

"Nak, kedainya mau saya tutup, kamu mau tetap disini?" Tanya wanita paruh baya.
"Iya bu, saya hanya berteduh" Jelas Jungkook.
Ibu itu melihat kondisi Jungkook yang berantakan.
Bajunya kotor, rambutnya lusuh, dan kakinya yang penuh luka dan lebab karena tidak memakai sendal.

"tunggu disini" Ucap Ibu itu kemudian masuk ke kedainya. Jungkook hanya diam, dan kembali fokus ke jalan raya yang semakin ramai.
"Nah, saya punya sendal, semoga pas di kaki kamu, dan ini payung, cepatlah pulang nak, kadian orang tuamu" Ucap ibu itu sambil memberika sendal dan payung.

Jungkook menerimanya, tak lupa mengucapkan terima kasih.
"Kamu kenapa berantakan sekali?" Tanya Ibu itu.
"Ceritanya panjang bu, tapi saya baik baik saja" Jelas Jungkook.
"Hari sudah malam, kamu harus pulang nak, ibu permisi dulu" Ucap ibu itu terus pergi.

Jarak rumah dan tempatnya kali ini cukup jauh. Mungkin pagi dia baru sampai di rumahnya. Jungkook menatap payung dan sendal di kakinya.
"haruskah gua mempercayai gadis gila tadi?" Gumanya.
"Jadi gua kudu disini sampai pagi" Jungkook melihat kedai eskrim  tak jauh dari dia berdiri. Helaan napas panjang terdengan jelas. Berharap masalahnya cepat selesai.

Rumas sakit Kota. Jaehyung sedang menatap adik satu-satunya yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
"Sung, cepat sadar. Banyak orang yang nunggu lu" Guman Jaehyun pelan.

Luka di wajah Jisung sebagian telah hilang. Wajah nya begitu tenang, seperti remaja pada umumnya saat tertidur.

"Lu tahu kemaren Chenle dan Chani datang njenguk, mereka nangis pas liat lu kayak gini, seharusnya lu langsung bangun terus kagetin mereka" Jaehyun tersenyum tipis.

"Oh ya, gua sama anak Oh Yeah Squad nyariin Jungkook ke hutan dari kemaren. Pas pulang gua langsung kesini gantiin bonyok. Capek gua. Bangun napa kaga kasian lu" Jaehyung natap Jisung yang cuma nutup matanya.

Entah kenapa matanya panas. Melihat adiknya hidup di bantu alat-alat dan kabel dimana-mana.

Jaehyun berdiri buat ngambil topinya. Setelah memakai topi di kembali duduk sambil melihat Jisung.

Matanya ber air. Rasanya setiap menatap wajah Jisung hanya penhesalan yang muncul di benaknya. Dia gagal menjaga adiknya itu.

"Sung gua ke toilet dulu" Ucap Jaehyun yetus bangkit buat ke toilet.

"Bang..." suaranya begitu lirih, tapi sangat jelas di telinga Jaehyun.
Jaehyun berbalik dan langsung menghampiri Jisung.

"Sung?, ini lu kannn?" Jaehyun menepuk wajah diknya pelan.
Sedikit demi sedikit matanya bergerak. Senyuman menghiasin wajah Jaehyun.
"DOKTERRR!" panggil Jaehyun.
"Eh lupa," Matanya tetuju pada bel di atas ranjang Jisung. Lebih muda memanggil Dokter memggunakan bel itu. Dia memencet tombol tersebut, dan berharap Dokter segera datang.

"Bang j-jaeh" ucap Jisung lirih.
"Udah jangan ngucapin apa-apa dulu" Jaehyun mengusap air matanyanya yang mengalir begitu saja.

Tak lama setelah itu dokter datang dengan dua suster. Jaehyun menyingkir sebentar mempersilahkan dokter memeriksanya. Di ambilnya ponsel di nakas, lantas langsung memanggil bokap sama nyokap, agar mereka tau kalau adiknya sudah sadar.

Memdemgar kabar menyenangkan itu Mama nya Jaehyun langsung teriak ngga percaya. Bahkan terdengan mamanya nangis.

Setelah dokter memeriksa, Jaehyun langsung bertanya mengenai kondisi Jisung.

"Otaknya sudak menerima rangsangan dari kami, itu yang menyebabkan dia bisa sadar. Dia hanya perlu istirahat dan mengumpulkan tenaga" Jelas Dokter.

Jaehyun tak henti mengucapkan terimakasi pada dokternya, dan juga pada tuhan.

"Sung lu tidur ae, bonyok lagi otw sini lu istirahat dulu kalo udah sampe gua bangunin lu" Jelas Jaehyun.

"Bang.... Kak Eunha..." Jisung menatap sayu ke Jaehyun.
"Dia, dia bakal baik baik saja" Ucap Jaehyun. "Ya Eunha akan baik baik saja kalau Jisung sadar" batin Jaehyun.



Hai kami kambek
Apa kabar semuanya?
Moga puasanya lancar yaa, maafkan author kalo ada salah. Biar puasanya berkah kudu saling memaafkan.
😂😂😂😂

Maaf ya kalo ceritanya ngga sreg, huhu, kelamaan hiatus banyak hal author ubah. Semoga kalian suka.

Oh ya jangan lupa cek work baru kita
"Oh My Bangtan"
Setiap hari update. Kocak abis tuh.  Seru juga, bisa buat bacaan sabil ngabuburit. Atau nunghu LTIL update.




Votment nya gengs








Thanks For Raed ♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lemon Tea In Love -Eunkook-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang