"Mas?"
Hening.
"Mas Devan?"
Hening.
"Mas telinga nya ditinggal di rumah apa ketinggalan di mobil?"
"Hm?"
"Copot kali ya tadi pas kita jalan."
Hening.
"Sakit gigi, ya? Ashila sumpahin sakit gigi beneran. Aamiin."
"Apa?"
"Katanya gak ganteng ini. Udah bapak-bapak. Masih marah?"
Dia diam lagi.
"Gantengan Mas Devan kemana-mana, kali. Percaya deh sama Ashila."
Buset, dicuekin. Oh, mau main kuat-kuatan cuek nih? Mau main kuat-kuatan diem-dieman?
Oke.
Siap.
HAHA. Siapa takut!!!
5 menit.
Ok.
10 menit.
"Nyonya Suryani Erna, nomer antrian 12."
Arggghh... Aku kapan???
Aku mendengus dengan kasar, menendang udara dengan kesal sembari mengerucutkan bibirku.
"Kenapa?"
Aku melirik kearah Devan yang sedang memainkan ponselnya. Dia nanya 'kenapa' tapi dia gak nengok. Maksudnya tuh dia nanya 'kenapa?' sama hp nya atau sama siapa?
"Bete," kata ku sembari mengayunkan kakiku di kursi dan sesekali bersandar pada dinding. "Lama banget antrian nya."
Devan mengangkat alis tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya. "Sabar. Enam antrian lagi."
"Emang Mas gak bete?"
"Mayan."
"Maka nya main hp mulu ya, aku nya dianggurin kayak asep obat nyamuk."
"Lagi sibuk sama Sadam, bentar."
Huft.
YOU ARE READING
After All This Time [OPEN PO]
RomanceSemuanya sudah diatur. Kalau memang bukan jodoh, pasti akan ada jalannya sendiri untuk berpisah. Tapi, kalau memang dia yang ditakdirkan untuk menjadi imam kehidupanku, sekuat apapun dia mendorongku untuk menjauh, sekuat apapun dia pergi untuk yang...