15. Masih di Titik Ini.

35.4K 3.1K 539
                                    

"Mau saladnya?"

Ica ngangguk penuh antusias.

Devan menggendong Ica ke dalam pelukannya. Mereka berjalan menuju prasmanan di tengah area. Devan meraih sebuah mangkok dan Ica menunjuk-nunjuk dengan jarinya.

"Nda pake kuah, Pa?"

Suara Ica yang terdengar cukup jelas membuatku menoleh dari jendela kaca. Devan ketawa, beberapa pengunjung yang duduk di kursi mereka pun ada yang menengok ke arah Ica.

"Enggak, sayang. Ini kan nanti saladnya dilumurin pake mayones. Gak pake kuah."

"Itu mah belum acak. Metah!" Ica menatap Devan. Dalam jarak dua meter, aku melihat mata Ica melebar.

"Ya, iya. Tapi enak kok. Katanya Ica suka sayur."

"Mang Ica embe!"

Aku menepuk setengah wajah. Gusti...

Beberapa pengunjung tertawa mendengar gerutuan Ica. Bahkan ada yang terang-terangan mengarahkan kamera ponselnya ke arah Devan dan Ica.

"Kan ada melon, semangka, ada makaroni. Ada jelly juga, tuh. Gak kayak embe kok."

"Acak ulu, Papaa." Ica menekankan kata Papa. Aku menggaruk atas kepalaku yang tiba-tiba senat-senut. Duh, maklum, ya. Ica ini baru pertama kali di ajak ke Mall. Apalagi diajak makan di restoran ternama gini. Sekali-kalinya paling oke cuma makan di KFC. Itu juga menu makannya cuma ayam sama nasi sama botol meneral. Udah. Gak pake es-es an, gak pake apa tuh side dish yang aku gak ngerti apaan maksudnya. Kalau Ica norak gini, ya maklum aja, ya. Namanya juga mantan orang miskin. Taunya cuma roti bakar doang. Itu juga pas dapet roti bakar isi keju mozarella, Ica kaget juga. Katanya, rotinya pake lem ya, Ma?

Untung noraknya pas masih kecil. Jadi gak malu-malu banget.

"Ini emang gak dimasak, cantik." Devan tertawa ketika Ica memajukan mulutnya. "Tapi sehat kok. Enak banget. Hayo, katanya Ica suka sayur? Ini ada wortelnya, loh."

"Ada oyong, Pa?"

Masya Allah. Jedotin kepala ke meja bisa bikin amnesia gak sih? Tobat deh punya anak yang polosnya kayak Ica. Tobat.

After All This Time [OPEN PO]Where stories live. Discover now