(9)

135 9 0
                                    

[Leon's POV]

"Aku membencimu. Sangat membencimu. Pergi dariku... Pergiii Leon..."

"Tunggu... Tunggu... Aku... Aku tidak bermaksud untuk... Aku mohon, maafkan aku. Hikss... Hiksss"

"Aku tak menyangka ternyata dirimu seperti itu Leon"

Dia mendorongku hingga aku terjatuh. Aku menundukkan kepalaku dan menangis sekencang-kencangnya. Tiba2 ada yang menjulurkan tangannya untuk menolongku.

Kanya? Kanya kenapa diaaa??? Kenapa dia menolongku? Kenapa dia ada disini?

Tanpa pikir panjang dia langsung memelukku. Berusaha untuk menyalurkan seluruh kekuatannya untuk ku yg lemah ini. Aku nyaman dengan posisi ini.

Kriiiiinnggggg.... Kriiingggggggg....

"Emmmmm??????" Aku mencoba membuka mataku dan meraba2 sekitar untuk mencari alarm ku untuk dimatikan.

"Aaahhhh... Sialannnn.... Aku kira, aku sudah terlepas dari mimpi sialan itu" aku menundukkan kepalaku dan mencoba untuk menetralkan diriku.

Aku menyeka dengan tanganku air mata yg mengalir di wajahku. Sungguh awal yg merusak hari ku. Dan... Mengapa anak aneh yg bernama Kanya itu masuk kedalam mimpiku? Sialannnn....

"Pagiii..." sapaku dengan penuh tidak semangat kepada kedua orangtua ku yg sedang sarapan di meja makan.

"Haiii sayang... Kamu sudah siap ternyata. Kenapa menyapa dengan sangat lesu? Bagaimana dengan tidurmu? Nyenyak tidak? Tidak kah kau memimpikan teman2 barumu?" Seakan mamah tau aku baru saja memimpikan orang2 baru di hidupku.

"Harus kah aku bertanya pada mamah apakah pertanyaan mamah barusan itu berguna?" Jawabku dingin. Aku tau ini tak sopan, tapi aku sangat tidak suka jika di tanya hal seperti ini. Mereka sudah mengerti sikap dinginku.

"Hmmm... Mamah hanya mencoba menebak sayang. Ya udah maafin mamah ya. Jangan marah dan cemberut gitu dong. Ini masih pagi loh, kan harus semangat"kata mamah lagi.

Aku tak menghiraukannya dan hanya memakan sarapanku. Sejenak aku berfikir, kenapa aku melampiaskan kekesalanku pada orang2 yg tidak bersalah? Aku benar2 bodoh. Belum tentu mimpi itu juga akan menjadi awal yg buruk dalam hariku kan? Jadi, aku harus bersikap lebih dewasa.

"Haiiii.... Haiiii... Everyone!!! Hai tante, hai om, hai Leon" ternyata itu Felys.

"Halo sayang... Kamu udah datang? Udah sarapan belum? Yok sini sarapan bareng. Pah... Ini Felys yg mamah ceritain tdi malam" kata mamah dan diiringi salaman dari Felys untuk mamah dan papah.

"Tenang tante... Aman kok. Felys udah makan kok. Jadi.. Santaiii ajaaa" jawab Felys.

Aku meneguk susu yang tersedia diatas meja. Aku mengambil tas dan berdiri. Aku berjalan menuju papah dan mamah untuk pamitan dan salaman.

"Mah, pah... Leon berangkat" kataku sambil mencium dan menyalami mereka.

"Belajar yg bener sayang. Hati2 ya Felys bawa kendaraannya" kata mamah dan di iringi salam pamitan dari Felys juga.

"Siappp tante. Kita berangkat ya tante, om" jawabnya.

Ketika sampai di depan rumah...

"Ehhh... Naik motor?" Tanyaku.

"Iyalah. Jdi mksd lu mau apa lagi hah???" Jawab Felys.

"Tumben gak mobil. Kemarin bukannya naik mobil ya?" Tanya ku lagi.

"Gpp lah. Itung2 biar cepet jalannya kalau macet. Sekalian supaya nangkep angin banyak. Hehehe" jawabnya.

Aku hanya terdiam mencerna kata2 Felys barusan.

BERBEDA [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang