(14)

131 7 3
                                    

[Kanya's POV]

Pagi ini aku benar2 merasa bahagia, mengingat semua perlakuan Leon kemarin. Dan aku berniat memasak sarapan sebuah nasi goreng spesial untuk Leon. Aku membuatnya dgn penuh suka cita, agar masakan ini benar2 nikmat. Hehehe

Ketika sampai di gerbang kampus aku melihat pemandangan yg benar2 membuat hatiku sedikit panas. Apalagi kalau bukan pemandangan dua insan yg sedang mesra2nya di depan mataku.

Aku merasa tidak ada hak untuk cemburu atau apapun, karena aku bukan siapa2. Tapi jika hati ini benar2 panas pantas kah aku meminta tanggung jawab kepada pembuat hati ini begini? Entahlah, yg aku tau, intinya ini menyakitkan.

Ditengah keterkejutanku Leon melihatku. Aku memberanikan diri untuk memberikan makanan ini. Dan Leon menerima masakanku dgn senang hati, dan memintaku untuk menemaninya. Tanda tanya terbesar masih saja bersarang dalam pikiranku, siapakah dia? Siapakah dia yg telah berhasil meruntuhkan kerasnya hatimu? Patut kah aku menyatakan dia beruntung karena dekat dgn mu?

Dari jawabannya terlihat bahwa dia sangat mencintai orang tadi. Jadi pantaskah aku menyerah sebelum berperang? Bahkan aku belum pernah menyatakan bendera untuk berperang untuk mendapatkan hatinya, karena aku masih belum pernah tau tentang perasaan apa yg ada didalam hatiku terhadapnya. Tapi entah fikiran apa yg menyerang otak ku, sehingga aku ingin segera mengangkat bendera perang untuk mendapatkan hatinya, Leon.

Kemudian dia meninggalkanku dengan segala ekspresi bodoh yg tampak di diriku, dan aku rasa ekspresi bodoh itu menyerang otak ku juga, sehingga otak ku ikut2an bodoh, tidak tau harus berbuat apa.

Ditambah lagi perbuatannya barusan, elusan tangannya, dan senyum manisnya benar2 merusak seluruh organ tubuhku yg siap meledak ini. Terlihat berlebihan? Akupun tidak tau, yg ku tau mungkin ini perasaan cinta. Mungkin. Seperti kata orang2, cinta itu gila.

[Leon's POV]

"Dek. Makan steak langganan yuk? Udah lama nih kita gak pergi kesana" ajak kak Rendy.

"Iyaaa. Aku ngikut kakak aja deh" jawabku.

"Oiya. Kamu mau kakak beliin apa?" Tanyanya.

"Hmmm... Headphone baruuuuuu" jawabku kegirangan

"Tapi headphone kamu sebelumnya bukannya masih bagus ya dek?" Tanya kak Rendi lagi.

"Tapi pengen yg baru lagi, pengen kakak yg beliin" jawabku dgn manjanya.

"Hmmm iya deh. Dasar manja" katanya sambil mengelus lembut kepalaku.

Kak Rendi melajukan mobilnya menuju sebuah pusat perbelanjaan yg lumayan besar di kota ini. Dia benar2 sangat baik kepadaku. Dia memperlakukan ku seperti Leon kecilnya yg dahulu. Tapi perlakuannya kepadaku dan kak Fandi sama dan adil. Tidak lebih besar kepada satu orang dan tidak lebih kecil kepada satu orng. Hanya saja kan tidak mungkin kak Fandi bermanja2 kepada kak Rendi, karena secara dia kan cowok maskulin,  gak cocok bgt jdi manja. Hahaha. Tapi kalau ke aku, kak Fandi sering manja2 sih. Heheheh.

Setelah selesai dgn aktifitas makan, berjalan2, berbelanja dan berfoto kami pun diperjalanan menuju pulang kerumah.

"Dek. Nanti kakak mau kerumah temen kakak dulu. Udah lama gak main bareng. Kamu mau ikut gak? Atau mau kakak anter pulang aja?" Tanyanya.

"Emmm... Anter pulang aja deh kak. Ntar aku jdi nyamuk ditempat temen kakak" jawabku.

"Yakali tega jadiin adek tersayangnya nyamuk sih? Ga mungkin lah" katanya sambil tersenyum dan seperti biasa, aku meleleh dgn kata2nya.

Setelah sampai di depan rumah, aku mencium pipi kakak ku, perpisahan seperti biasa. Dan dia mencium keningku dan mengelus kepalaku.

"Sampe rumah bersih2 ya, jgn males. Nanti bilangin juga sama mamah kalau kakak kerumah temen. Tadi udah pamit sih, tapi tetep kasih tau aja ya" katanya.

BERBEDA [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang