Alana berjalan cepat memasuki sebuah Bar dimana tempat ia bekerja seperti biasa. Tapi kali ini, tempat itu bukan lagi tempatnya untuk mengumpulkan pundi-pundi uang. Ya. Kemarin ia telah resmi keluar dari sana atas persetujuan Marvin. Namun, karena ulah Sam ia harus kembali memohon pada Marvin untuk mempekerjakannya kembali dan sedikit melakukan negosiasi pada pria itu.
Batas waktu membayar uang pinjaman yang di lakukan Sam hanya tinggal beberapa jam lagi. Malam ini ia harus segera membayarnya dan jika itu tidak ia lakukan maka ia dan adiknya akan kehilangan rumah itu begitu saja. Uang yang Sam pinjam bukanlah sedikit dan dia harus segera mendapatkannya siang ini. Tadi malam ia sudah pergi kesana untuk mencari Marvin, sayangnya pria itu memiliki kesibukan lain hingga Alana terpaksa menundanya pagi ini.
"Jack!" Alana melambaikan tangannya pada seorang pria bertubuh tegap. Pria itu adalah kaki tangan Marvin selama ini.
Jack membalas lambaiannya dan menyuruh Alana mendekat. Suasana Bar saat ini cukup sepi meski masih ada beberapa pengunjung disana dengan pasangan masing-masing. Ada yang dalam keadaan mabuk dan ada juga yang dalam keadaan habis bercinta. Tapi Alana tidak memperdulikan hal itu karena urusannya lebih penting saat ini.
"Dimana Marvin?" tanya Alana langsung. Jack membulatkan bibirnya.
"Marvin? Yatuhan, aku lupa mengatakan padanya jika kau ingin bertemu. Maafkan aku, Alana. Tapi Marvin sudah pergi meninggalkan New York beberapa jam yang lalu." Jawabnya penuh sesal.
"A-apa? Yatuhan..." Alana meremas rambutnya frustasi. Wajahnya semakin tampak pucat saat ini.
"J-Jack, apa kau tau kemana dia pergi?"
"Ya. Marvin pergi ke Paris."
Paris? Aku tidak mungkin dapat mengejarnya.
"Alana, ada yang bisa kubantu? Wajahmu begitu pucat." Tegur Jack.
Alana menggeleng pelan. Ia menggigit bibir bawahnya kuat saat merasa sebentar lagi akan segera menangis. Tanpa menunggu lama ia segera meninggalkan Bar itu. Bagaimanapun ia tidak mau ada yang melihatnya menangis.
Alana berjalan gontai menyusuri jalanan ramai penuh sesak. Semua orang berjalan cepat, saling berlomba satu sama lain mengejar waktu. Ya, Times is money. Begitulah anggapan mereka. Tapi saat ini, bagi Alana waktu adalah neraka. Semakin berjalannya waktu maka semakin cepat ia menghantarkan diri pada nerakanya. Waktunya masih tersisa tapi ia tidak dapat melakukan apapun. Marvin satu-satunya orang yang mungkin dapat membantunya kini tidak bisa di harapkan. Pria itu saat ini tengah melakukan perjalanan jauh.
Alana menyeka sebelah pipinya saat air matanya menetes membasahi. Bayang-bayang wajah kedua orang tuanya melintas tak terkendali. Wajah pucat Olivia kemarin dan Ana turut membuat kepalanya terasa nyeri hingga akhirnya, ia merasa bumi berputar begitu cepat dan semuanya menjadi gelap.
***
TBC!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA ✔
Romance(COMPLETED) SHORT STORY 17+⚠ "Starting from a job and turning into love" ALANA JASSLYN, seorang gadis yang mempunyai paras cantik dan manis. Dia bekerja sebagai pelac*r di salah satu tempat punya temannya yang bernama MARVIN JENSEN. Alana terpaksa b...