EPILOG

8.5K 290 17
                                    

“Berapa lama?” tanya Alana dengan suara pelan. Kharel memejamkan kedua matanya sesaat dengan nafas mulai memburu.

“Selama aku menginginkanmu. Maka kau akan selalu dan harus menjadi milikku.” Jawabnya.

“Milikmu?” ulang Alana.

“Jika kau memberikanku jawaban pasti, akan aku jelaskan lebih lanjut.”

Mata Alana kembali tak fokus. Ia belum menemukan jawaban apapun tapi janji yang disuguhkan Kharel begitu menyilaukan. Dengan perasaan tak menuntu kepalanya mengangguk berat.

“Jawabanmu, Alana.” Bisik Kharel penuh penekanan. Alana menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan.

“Ya, aku setuju.”

***

“Ini credit card, ATM dan kunci mobil. Lalu ada 4 buku tabungan yang masing-masing atas namamu. Semuanya memiliki nilai yang sama, mulai detik ini itu semua menjadi milikmu.”

Aku menatapnya dengan pandangan tak berkedip. Saat ini kami berada dalam kamar dimana aku mendapati diriku ketika membuka mata. Dia meletakkan semua benda-benda itu diatas meja yang terdapat deretan parfum disana.

“I-ini semua… untukku?” tanyaku gugup. Kepalanya mengangguk kecil.

“Kau bebas menggunakannya. Itu semua juga belum termasuk hargamu. Dan kau sebutkan saja berapa maka setiap bulan aku akan mengirimnya dalam tabunganmu.” Jelasnya seakan apa yang ia ucapkan itu begitu tidak berharga.

Apa yang telah kulakukan dimasa lalu hingga Tuhan berbelas kasih sebanyak ini padaku? tapi, bukankah ini semua pasti ada imbalannya? Ya, tubuhku sudah pasti. Dan kuyakin selain itu juga pasti ada.

“Lalu syaratmu?” tanyaku langsung. Ia menggedikkan bahu ringan.

“Tidak banyak. Kau harus menuruti semua keinginanku saat aku memintamu melakukan apapun.”

“Seks?” cibirku.

“Untuk saat ini ya.”

“Itu berarti akan ada keinginan selanjutnya?”

“Tentu,” dia menyandarkan tubuhnya pada pinggir meja dengan kedua tangan bertumpu disana. Posenya begitu seksi dan menawan.

“Aku tidak suka memakai kondom.”

“Kau tau peraturannya, bukan?” ujarku terkesiap. Aku benci melakukannya tanpa kondom.

“Disini aku yang memiliki peraturan, Alana. Aku sama sekali tidak suka menggunakan benda itu.”

“Tapi aku tidak ingin_”

“Hamil? Kau tenang saja, kita akan mengurus masalah ini secepatnya. Besok kita akan menemui dokter pribadiku.”

“Bukan hanya itu, tapi aku belum pernah_” Alana tampak gugup mengatakannya.

“Belum pernah ada satu priapun yang memasuki cairannya di dalamku” Desahnya menunduk. Entah mengapa dia merasa sangat malu dan gugup dibawah tatapan tenang milik Kharel. Untuk sesaat Kharel tak menjawab tapi setelah itu ia kembali bersuara.

“Itu bagus, berarti aku akan menjadi orang pertama.” Alana menatapnya kesal.

“Itu bukan lelucon!”

“Aku tidak suka kau ditiduri oleh pria manapun saat kau masih menjadi milikku,” sambungnya tanpa mempermasalahkan ketidak setujuan Olivia tentang masalah kondom.

“Tidak ada status dalam hubungan kita selain kau hanya sebatas pekerja bagiku, mengerti?” Alana memutar kedua matanya malas dan mengangguk.

“Apa kau membutuhkan yang lainnya?” suara Kharel kali ini terdengar lebih berat seperti menahan sesuatu.

“Untuk saat ini tidak. Tapi_”

“Baguslah!”

Alana terkesiap begitu ia merasakan tubuhnya terangkat dari atas lantai. Pinggangnya telah terjamah oleh pria itu hingga ia refleks mengalungkan kedua tangannya pada leher Kharel. Sementara itu otaknya tidak dapat bekerja karena pria itu telah melumat bibirnya rakus namun begitu memabukkan. Ia melumat bibir Alana seperti orang yang kehausan.

“Khar…” desah Alana dalam pagutannya.

“Aku menginginkanmu, sekarang!”

***

END!

ALANA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang