PROLOG

14.2K 446 5
                                    

Dentuman musik yang mengalun kuat di sebuah bar terkemuka New York seakan tak menyurutkan langkah kaki para pengunjung tempat itu untuk berdansa. Suasana meremang dan menggelap sengaja diciptakan untuk semakin memuaskan tempat itu. Beberapa dari mereka tampak bercumbu mesra bersama pasangannya ataupun pelacurnya. Ya, tidak diragukan lagi jika tempat itu memanglah tempat yang akan dicari semua pria New York untuk melepaskan kepenatan setelah seharian bekerja. Apalagi kalau bukan bercinta dan memuaskan hasrat serta gairah yang mereka miliki.

Marvin Jensen, seorang pria yang memiliki banyak gadis yang diperjual belikan kepada para pelanggannya. Pria itu selalu di cari beragam pria yang datang kesana untuk memenuhi nafsu liar mereka. Pria berperawakan keras dan kejam, pemilik tempat itu tersenyum senang melihat perkembangan bisnisnya berjalan lancar.

"Ini sempurna." Desisnya menyeringai sambil memanggut bibir gadis yang duduk di sebelahnya.

"Sir, ada seorang tamu yang mencari anda." Intrupsi salah satu anak buahnya. Marvin melirik ke belakang bahu anak buahnya. Terkesiap melihat seorang pria yang berdiri tegak di belakang punggung anak buahnya.

"Oh, Mr. Morgan." Sapanya tersanjung. Ia segera melepas diri dari gadisnya dan bergerak menghampiri pria yang menatapnya tak berekspresi.

Pria itu berdiri santai dengan kedua tangan yang tenggelam dalam saku celana, melirik sekelilingnya dingin. Dibelakangnya tampak seorang pria yang sedari tadi setia menemani dirinya. Pria berperawakan tampan itu memiliki postur tubuh sempurna, tinggi dan otot-otot yang sempurna di sekitar tubuhnya, kulit putih yang hampir mirip warna pucat namun tampak bersinar dalam kegelapan. Rambut pria itu tampak sedikit acak namun tak mengurangi kadar tampannya.

"Senang bertemu denganmu." Ujar Marvin dengan tatapan berbinar. Pelanggan besar, batinnya bersorak. Kharel Morgan, pria tampan dan kaya raya. Memiliki perusahaan maskapai penerbangan terbesar di Eropa. Perusahaannya tersebar luas dimana-mana, selalu maju dengan pesat setiap saat sehingga menambahkan keuntungan pundi-pundi sahamnya.

"Mr. Jensen, aku butuh seorang gadis." Ucapnya singkat tanpa ekspresi namun selalu menampakkan garis tegas disekitar rahangnya. Marvin menyeringai lebar dengan mata yang menunjukkan kegembiraan.

"Nah, kau bisa lihat kesana, ada begitu banyak gadis yang menunggumu." Tunjuknya pada sekumpulan gadis itu.

Kharel melirik kesana, menatap sebentar kemudian kembali membuang wajahnya.

"Yang lain, itu terlalu membosankan." Ucapnya tak berselera. Matanya mulai menyusuri tiap sudut bar itu, menghela nafas gusarnya karena belum juga menemukan gadis yang tepat untuk temannya malam ini. Bercinta, itu sudah pasti. Ia membutuhkan seorang gadis untuk menemaninya bercinta malam ini dan gadis itu harus sesuai dengan apa yang ia inginkan.

"Semuanya persis seperti sampah." Makinya kesal.

Marvin tampak gugup melihat raut wajah kesal pria itu, otaknya berpikir cepat. Tamu besar tak boleh lari, batinnya. Kemudian matanya menangkap seorang gadis yang tampak tertawa lebar bersama beberapa gadis lainnya.

"Oh, tunggu sebentar Mr. Morgan."

Marvin menyuruh salah satu anak buahnya mendekat, membisikkan sesuatu padanya, kemudian anak buahnya terlihat mendekati wanita yang duduk di depan meja bar dengan anggunnya.

"Mungkin kau akan menyukai gadis ini. Dia produk unggul milikku yang selalu digilai para pria." Jelas Marvin sumringah.

Kharel tampak mendengus malas mendengarnya, namun matanya mengikuti kemana anak buah Marvin berjalan, kepalanya sedikit miring untuk melihat wajah gadis itu. Namun sayang, tubuh tegap anak buah Marvin menghalangi penglihatannya.

Gadis itu tampak mengintip sedikit dari celah tubuh tegap pria dihadapannya. Sebelah mata yang telah bening tampak terlihat oleh Kharel. Membuat ia merasa penasaran pada gadis itu.

"Bisakah kau mempercepat waktu?" Tegurnya pada Marvin dengan wajah yang mulai tak sabar.

Marvin ingin menjawab namun mulutnya  kembali terkatup saat gadis itu tampak mendekati mereka.

"Nah, dia datang." Gumamnya penuh kemenangan.

Kharel menoleh kesana, memperhatikan seorang gadis yang tampak berjalan anggun mendekati mereka. Gadis itu menggunakan gaun berwarna putih selutut, dengan kerah baju bermodel V, menujukkan sedikit belahan dadanya. Rambutnya tergerai indah kebawah, menutup punggung mulusnya. Sama sekali tak tampak seperti pelacur murahan, pikir Kharel.

"Hai." Sapa gadis itu dengan senyuman yang memukau. Ia menoleh pada Marvin.

"Ada yang bisa kubantu?" Tanya gadis itu.

Kharel tak melepas tatapannya dari sang gadis, merasa cukup tertarik dengan aura gadis yang bertubuh kecil itu. Tubuhnya tidak tinggi namun tampak profesional, berisi dibagian-bagian tertentu yang memang diperlukan setiap pria.

"Mr. Morgan, perkenalkan. Ini Alana Jasslyn dan Alana, ini Mr. Kharel Morgan." Ucap Marvin memperkenalkan. Alana menatap Kharel dengan seulas senyum.

"Senang bertemu denganmu, Mr. Morgan." Sapanya sopan. Kharel hanya mengangguk kecil dan melirih Marvin.

"Berapa harganya?" Tanya Kharel tanpa basa-basi. Wajah Alana tampak tersentak, ia menatap Kharel tak percaya. Sementara Marvin tersenyum senang bercampur gugup.

"Kau, ingin dia?" Tanya Marvin memastikan.

"Ya, aku tidak suka terlalu lama berbasa-basi." Jawabnya cepat.

"Oke, kalau begitu kita akan mempercepat segalanya." Ujar Kharel senang. Ia melirik Alana sekilas, gadis itu tampak memutar bola matanya kesal. Ya, malam ini Marvin sudah berjanji padanya agar ia memilih pelanggannya sendiri, mengingat ini adalah malam terakhirnya untuk bekerja disana, sebagai pelacur.

"Ini terlalu mahal untuk dilewatkan, Alana. Dia salah satu pria terkaya di negara ini." Bisik Marvin membujuk. Kemudian kembali tersenyum cerah pada Kharel.

"20 ribu dollar." Ujar Marvin memberi harga.

"Sampai matahari terbit."

"Itu memang pelayanan kami."

"Dan tanpa kondom."

Wajah Marvin seketika memucat, ia melirik Alana yang terang-terangan menunjukkan wajah tak setujunya.

"Oh-oh Mr. Morgan, tapi gadis ini tidak akan bisa di sentuh tanpa benda itu." Jelas Marvin gugup.

"50 ribu dollar." Tawar Kharel menatap tajam Alana, matanya berkilat menunjukkan ketertarikan besar pada gadis itu.

"Sebesar apapun kau menawar, aku tidak akan menerimanya jika kau tidak mengikuti peraturanku." Jelas Alana masih dengan senyum anggunnya. Sial, maki Kharel.

"Kau ada disini untuk ditiduri, bukan untuk membuat peraturan."  Cela Kharel, wajahnya mulai mengeluarkan raut wajah tak ingin dibantah.

Senyuman anggun itu mulai menghilang dari wajah Alana, ia menatap tegas pada pria itu.

"Tidak denganku Mr. Morgan. Aku tidak akan membiarkan satu pria manapun memasuki tanpa benda itu, tak terkecuali kau." Ujarnya tajam.

Kharel tersenyum miring, senyuman miring dan dingin. Ia melirik Marvin yang tampak menegang, jika tamu besarnya lolos begitu saja. Pria itu juga sadar jika Alana adalah tipe gadis yang tak menyukai pelanggaran aturan main, sama sepertinya.

"20 ribu dollar aku ambil." Kharel menoleh ke belakang, pria tegap yang sedari tadi menemaninya maju selangkah.

"Dia yang akan melakukan pembayaran padamu." Ucapnya pada Marvin. Setelah itu menatap Alana yang tampak mengerjap.

"Dan kau nona, aku menunggumu dimobilku."

***

TBC!

ALANA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang