Suasana kantin SMA Cahaya Pelita saat ini sangat ramai, mungkin karena baru-baru saja istirahat dan banyak murid berbondong-bondong masuk ke kantin agar cepat mendapatkan makanan dan tempat duduk. Bahkan ada sebagian anak yang rusuh karna ia sempat terdorong oleh temannya saat memesan makanan.
Lain halnya dengan cowok yang satu ini, ia malah sibuk mengedarkan pandangannya ke semua arah untuk mencari keberadaan sahabatnya. Tak lama ada seseorang yang melambaikan tangannya.
"Woi bro, sini!" Zidan melambaikan tangannya. Attar yang melihatnya langsung berjalan menuju ke arah pojok kantin, tempat biasanya mereka berkumpul.
"Ye, si kampret pada ninggalin gue." kata Attar sambil ia meminum jus jeruk milik sohibnya, Angga.
"Itu minuman gue main nyosor-nyosor aja." jawab Angga seraya merebut kembali minumannya."Pelit amat sih, lo. Tinggal beli lagi apa susahnya." sahut Attar santai.
"Dari mana aja lo? Tumben datengnya telat." kali ini bagian Vero yang bertanya. Attar pun jadi teringat tentang kejadian tadi saat ia meninggalkan rivalnya itu sendirian. Ia bisa membayangkan muka Tari yang sedang kesal pastinya. Tanpa sadar Attar malah senyum-senyum sendiri sedangkan sahabatnya malah memberikan kode seakan sahabatnya ini sedang waras apa tidak.
"Bego, ditanyain malah senyum-senyum sendiri!" Angga menoyor kepala Attar yang membuat Attar meringis mengusap kepalanya kemudian ia menatap tajam Angga.
"Peace, Ta." Ucap Angga dengan terkekeh."Gue habis dihukum sama Bu Ria." ucap Attar santai.
"Dihukum gara-gara tadi dikelas?"
Attar hanya mengangguk tanda meng-iyakan.
"Gila sih gitu aja dihukum. Terus-terus lo disuruh apa aja tuh sama guru?" tanya Zidan penasaran.
"Disuruh bersihin halaman sekolah sama gudang."
"Gila, yang sabar ya bro!" kata Zidan terkekeh sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
"Terus lo udah kerjain semuanya? Cepet amat." tanya Angga sambil menyeruput minumannya.
"Ya belum lah. Yakali gue beresin semuanya. Yang ada, tuh kerjaan gue tinggal semua sama si Tari. Gue kabur deh kesini nyamperin kalian. Cerdas kan gue." ucap Attar dengan bangganya. Sedangkan ketiga sahabatnya hanya melongo tak percaya. Mungkin akan terjadi perang lagi, pikir mereka.
"Wah, parah lo. Emang lo gak takut apa tuh cewek ngamuk-ngamuk sama lo." kali ini bagian Vero yang berbicara. Zidan dan Angga hanya ngangguk-ngangguk pertanda mereka mempunyai pemikiran yang sama dengan Vero.
"Tenang, gue udah siapin semuanya kalo gitu. Toh biasanya juga gue sama dia ribut mulu kan." Kata Attar dengan terkekeh kecil.
"Haha, siap-siap bro! Awas a—"
"ATTAAA!" pekik seorang gadis dengan masih dengan perasaan kesalnya. Nah kan baru juga diomongin, sudah ada orangnya. Siap-siap aja deh kalian siapin popcorn sama kacamata hitam.
"Ck, gue bilang juga apa." Ucap Vero kemudian ia membisikan sesuatu kepada kedua temannya.
"OH, JADI DISINI LO YA! GUE CAPE CAPE NGEBERSIHIN GUDANG DAN LO MALAH SANTAI-SANTAI DISINI" GAK PUNYA TANGGUNG JAWAB BANGET SIH LO JADI COWO!" Semprot Tari sambil menunjuk muka Attar. Sedangkan Attar hanya diam sambil menutup telinganya dengan tangannya.
"Udah ngomongnya, mbak?" sahut Attar santai. Ketiga sahabatnya hanya melongo melihat kelakuan sahabatnya itu. Jika mereka yang ada di posisi Attar, mungkin mereka lebih memilih diam dan minta maaf langsung daripada harus berdebat dengan Tari. Menurutnya, jika berdebat dengan Tari itu hanya akan membuat mereka cape karna membuang-buang tenaga, lagipula tetap saja ujung-ujungnya toh pasti mereka juga yang minta maaf.

KAMU SEDANG MEMBACA
ATTAR
Teen Fiction"Tar," "Apa?" "Sebenernya gue," "Gue?" "Hm, gue," "Paan sih lo, ngomong yang jelas" "Gue mau ngomong kalo," Gadis itu hanya menatap datar pria yang di sebelahnya. Lain dengan hatinya yang berdetak lebih cepat seperti sedang lari maraton. "Gue mau...