ATTAR

P R O L O G

"Woi, ada yang liat buku pr gue gak?"

"Tadi diambil Attar." jawab seorang siswi di pojok belakang.

Wah, bener-bener tuh bocah. Nyari masalah sama gue.-batin gadis itu. Tak lama ia menemukan orang yang ia cari tepat berada di kolong meja guru. Ia pun mempunyai pikiran untuk menjahili pria itu.

"WOI, BU ANDIN DATENG!" Teriak gadis itu tepat di dekat Attar.

Dug!

"Mana guru nya mana." tanya Attar panik seraya mengusap kepalanya yang tadi kejedot meja.

"HAHAHA." Semua siswa menertawakan kejadian itu. Konyol, dengan sikap dua sejoli yang setiap harinya tidak pernah akur.

"Lo! Nipu gue!" Attar menatap tajam gadis itu. Sedangkan yang ditatap hanya menatap balik dengan tatapan elangnya. "Mana balikin buku gue!" Ucap gadis itu ketus.

"Enak aja, lo. Nih ya taring gajah, lo itu harusnya tanggung jawab udah bikin kepala gue yang mulus ini jadi benjol." Ya, gadis yang sedang debat bersamanya itu adalah Tari, Tari Amara Fradella. Siapa yang tak kenal dia, hampir semua siswa seantero sekolah mengenal nya karna prestasinya. Dia sering mengikuti berbagai olimpiade mata pelajaran, dia juga punya ahli di olahraga basket, tapi entah kenapa dia sama sekali tidak tertarik untuk mengikuti eskul. Menurutnya, basket itu cuma hobby-nya saja.

Tari melipat kedua tangannya didepan dada sambil menghela nafas pelan. "Lagian lo juga ngapain pake segala ngambil buku orang, yang ada lo bikin si pemilik buku itu panik karna bukunya ilang, kan lo juga bisa minta langsung ke orangnya."

"Emang kalo gue minta lo bakal kasih?"

"Ya engga lah!" jawab Tari dengan ketus.

"Yaudah pergi sana lo, gue mau ngerjain tugas dulu nanti Bu Dandan ngambek lagi sama gue." ucap Attar seraya duduk ke bangkunya. Tari yang melihatpun sontak langsung merebut bukunya dengan paksa. Dan terjadilah acara tarik tambang eh maksud nya tarik-menarik buku.

"Balikin sini buku gue."

"Yaelah pelit amat sih lo, orang cuma nyalin doang gue."

"Ya makanya kalo malem itu belajar."

"Bodoamat, udah jangan bacot tinggal kasih buku lo ke gue, beres."

"Gak mau."

"Sini gak?!"

"Balikin buku gue!"

"Gak."

"Balikin!"

"Gak!"

"Ba—"

Srek

"Tuh kan bukunya sobek." ucap Attar seolah ia tak merasa bersalah. Sedangkan Tari, jangan ditanya, mukanya memerah bak banteng yang mau menyeruduk mangsa nya.

"Lo! Udah gue bilang kan balikin bukunya. Liat kan buku gue jadi sobek!" bentak Tari.

"Gitu doang marah, tinggal nulis lagi apa susahnya coba." cibir Attar pelan, tanpa disadari Tari mendengar cibiran itu.

"Apa lo bilang?!" Ucap tari dengan menaikan volume nya.

"Nggak, lo salah denger kali." Ucap Attar terkekeh sambil menunjukan peace. "Pokoknya gue gak mau tau lo harus ganti rugi semua catetan gue, sebelum Bu Andin dateng!"

"Gak mau, lo pikir gue babu lo." Tari menghela nafas panjang. "Attar lo kerjain sekarang atau lo mau ngerasain lo tidur di ruang putih." ucap Tari lembut namun Attar dapat merasakan aura ancaman maut darinya. Tapi Attar masih tetap terus membuatnya kesal. Attar masih diam di tempatnya serasa memainkan bulpoin yang ada ditangannya. Dalam hitungan ketiga.

1....

2....

3....

"Aduuuhh siah gelo lepasin!" teriak Attar mengaduh.

"Gak, pokonya lo harus ganti semua pr gue!" Tari semakin mengencangkan jewerannya.

"Aaahh bego lepasinn!!"

"Bodoamat."

"Telinga gue mau copot anjing!"

"Sabodo emang gue peduli."

"BERHENTI! KALIAN APA-APAAN INI!" Ucap seorang guru diambang pintu, itu adalah Bu Ria atau guru bp yang sedang patroli mengelilingi kelas. Tari yang melihatnya pun sontak langsung melepaskan jewerannya kepada Attar. Alhamdulillah mamah telinga aing akhirnya bebas.-batin Attar.

"KALIAN BERDUA SAYA TUNGGU DI RUANGAN SAYA!" tegas Bu Ria seraya pergi meninggalkan kelas. Tari meneguk saliva-nya dalam-dalam, sebenernya ia cukup sering dipanggil bersama Attar ke ruang guru, tapi ini beda, mereka langsung dipanggil oleh guru bp.

"Muka lo tegang amat kayak orang mau lahiran." ucap Attar membuyarkan lamunan Tari.

"Apa lo?! Mau gue tendang ke Papua?!" ucap Tari melototi.

---ATTAR---