10. Introgasi

5K 338 5
                                    

Suara jentikan jari yang di ketukan pada meja itu terdengar stabil namun berirama, belum lagi siulan dan bunyi tepuk tangan tersebut membuat suasana yang tadi kaku dan mencekam berubah seperti panggung dangdut.

Pria dengan jas praktek berwarna putih itu terus menatap tajam dan menyelidik pada dua orang remaja cowok yang duduk di hadapannya. Sedangkan yang di tatap justru hanya balas tersenyum sambil menganggukkan kepala, dan ini sudah berlangsung selama lebih dari sepuluh menit.

"Huaaaachu!" Suara bersin dengan volume tinggi tersebut akhirnya memecah suasana yang tadi kaku tanpa sedikitpun pembicaraan.

Sang pelaku hanya balas tersenyum tanpa dosa saat tiga pria tersebut menatapnya kaget, bahkan dengan tidak ada akhlaknya dia menempelkan tangan yang tadi ia gunakan untuk menutup mulut saat bersin pada pria di sebelahnya, membuat pria itu langsung memasang ekspresi jijik.

"Celana gue harus steril buat praktek Zal," jelasnya sambil membersihkan bekas yang di sentuh gadis itu dengan tisu.

"Jadi--" sinis Jefri sambil menatap dua pria dengan seragam SMA dihadapannya.

"Siapa yang berani nyentuh Adek gue kemaren? Kalian tinggal pilih, mau gue mutilasi di ruang operasi ato gue suntik mati di kamar sterilisasi?" tanya Jefri dengan wajah serius. Jari tangan kanannya masih mengetuk meja, dengan pandangan yang mengintimasi.

"Gue--" Anand menghentikan kalimatnya kemudian memukul kepala Gibran yang duduk disebelahnya. "Berenti dulu bego, gue mau ngomong!" perintahnya sambil menahan kedua tangan Gibran yang sedari tadi sibuk bertepuk. Dengan wajah tidak peduli, Gibran balas mengangguk.

"Jadi Bang, gue mau klarifikasi, eh enggak, gue mau meluruskan kesalah pahaman yang tidak berarti ini," ucap Anand menatap Jefri dengan wajah yang meyakinkan. Dengan wibawa yang ia buat sekeren mungkin, Jefri balas mengangguk pelan.

"Eh, gue jahit juga tuh mulut." Jefri menutup mulut Zalfa yang sedari tadi bersiul menggunakan telapak tangan kanannya. "Iye-iye, lepas dulu! Tangan lo asin," balas Zalfa sambil menepis tangan Jefri.

"Jadi Bang, kalo lo mau tau, nama gue Anand, dan untuk masalah yang kemaren, Bang Jef ga perlu khawatir karna saya ini lelaki sejati yang masih suci, dan saya paham ajaran agama yang melarang saya untuk menyentuh anjing dan juga babi karna mereka haram, saya mengamalkan itu, makanya saya ga mau megang-megang Zalfa sedikit pun, tapi Bang Jef ga perlu khawatir karna saya ga bakal nyiksa ato nyakitin Adeknya Bang Jef, kenapa? Karna saya ini seorang pecinta hewan, jadi mau itu hewan haram ato halal akan tetap saya perlakukan dengan baik."

Anand memperbaiki posisi kacamata kemudian menatap Jefri dengan mantap.

Zalfa yang mendengar penjelasan Anand langsung memasang wajah tidak percaya, jadi apa maksud dari kata hewan haram dan pecinta hewan itu? Apa maksudnya Zalfa hewan, begitu?

"Biar gue bantuin Nand," ucap Gibran dengan wajah sok ganteng sambil menepuk pelan bahu Anand seolah memberi semangat.

"Bang Jef tau Feila kan? cewek cantik setengah gorila? Nah dia itu pacar saya, jadi Bang Jef ga perlu khawatir kalo saya bakal apa-apapin Zalfa, karna saya juga takut megang-megang boneka santet kaya dia."

Gibran menunjuk Zalfa dengan jari tengah tangan kirinya, kemudian beralih menunjuk Anand yang duduk disebelahnya dengan jari yang sama.

"Dan dia ini, meskipun wajahnya cantik kaya ondel-ondel dan badannya maco banget kaya orang-orangan sawah, dia normal kok Bang, dia punya cewek yang dia suka dan ga pernah main pedang-pedangan karna pedangnya masih disegel biar ga lecet pas di pake perang di masa depan, jadi apa Bang Jef paham dengan penjelasan kami? Apakah ada pertanyaan ato tanggapan, kalau tidak ada presentasi diskusi dari kelompok ini kami tutup," lanjut Gibran sambil menyatukan telapak tangan di depan dada seperti orang India.

Minus ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang