6. Komplotan

5.4K 373 2
                                    

"Ooh, jadi sejak kapan tuh di sekolah ada yang melihara anjing?" tanya Zalfa sambil terus memperhatikan wajah cantik di sebelahnya. Pria dengan bulu mata lentik itu menoleh pada Zalfa. Saat ini mereka masih berada di rooftop tapi di bagian pinggir dekat pagar pembatas, sehingga pemandangan di bawah terlihat lebih jelas.

"Itu anjing gue," jawab pria tersebut sambil mengambil keripik di tangan Zalfa.

Zalfa balas mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah cantik dengan kulit putih bersih tersebut, sembari mendengar ceritanya mengenai alasan  kenapa ia yang datang kesini menggantikan Feila. Dari penjelasan pria tersebut Feila sedang mengejar anjing yang pernah mengigitnya kemudian meminta pria itu selaku kenalan Feila dan pemilik anjing, menggantikannya mengantar makanan pada Zalfa.

"Lo bawa anjing kesekolah?"

"Iya, namanya Gibran."

"Ooh," Zalfa sontak memundurkan tubuhnya, saat wajah cantik yang sedari tadi ia tatap tiba-tiba maju mendekati wajahnya.

"Lo mau sampe kapan ngeliatin gue?" tanyanya dengan posisi wajah yang dekat tersebut. Membuat Zalfa bisa melihat dengan jelas betapa lembut dan bersihnya wajah pria dihadapannya.

"Gue lagi ngitungin bulu di muka lo," jawab Zalfa sambil memasang wajah seolah jijik.

"Dih, bulu ama kuman haram ya hukumnya ada di wajah dewa ketampanan kaya gue," balas pria tersebut yang membuat Zalfa berdecak pelan.

Muka cantik gitu malah sok nyombongin ketampanan. Batin Zalfa.

"Gada tampan-tampannya kalo lo mah," balas Zalfa jujur. Angin bertiup pelan, membuat rambut mereka bergerak karna tertiup, setelah tadi Zalfa fokus memperhatikan wajah pria di sebelahnya, seolah berganti peran, kini pria itu balik memperhatikan Zalfa.

"Kenapa lo ngeliatin gue?" balas Zalfa sinis, saat pria tersebut terus-menerus memperhatikannya seperti yang Zalfa lakukan tadi. Apa ini semacam bentuk balas dendam?

"Lo jelek," jawabnya santai. Membuat Zalfa terdiam sekaligus mengumpulkan kesadaran setelah merasa di jatuhkan dari langit dengan kata-kata tersebut.

"Bosen idup lo?" sinis Zalfa yang mencoba menahan diri agar tidak mengubur pria di hadapannya hidup-hidup.

"Lo Zalfa kan? Gue Anandeo Minho Zarakeyl, kelas 12 IPS 8. Gue udah punya cewek jadi lo perlu khawatir kalo gue homo cuma karna wajah gue cantik." Zalfa balas bergidik ngeri, siapa juga yang akan beranggapan bahwa pria bernama Anand itu adalah seorang homo.

"Tadinya gue sih ga mikir gitu, tapi karna lo barusan ngomong gue jadi curiga," jawab Zalfa dengan wajah menyelidik.

"Bosen idup lo?" ucap Anand mengulai kalimat yang pernah Zalfa ucapkan sebelumnya.

"Iya gue Zalfa, Zalfalia Vio Arletta, kelas 10 kusus 4. Kalo lo mau nanya hobi, hobi gue nabung dosa. Gue jomblo lahir batin, suci luar dalam, halal atas bawah," ungkap Zalfa mencoba mengalihkan pembicaraan seperti yang juga dilakukan Anand sebelumnya.

"WOI! ZINA YA LO BEDUA!" teriak seseorang sambil mendobrak pintu masuk rooftop, membuat Zalfa dan Anand sontak menoleh dengan wajah kaget.

Anand hanya balas memasang wajah malas pada pria dengan jaket hitam tersebut. Namun di saat bersamaan Zalfa membulatkan matanya saat ia berhasil mengingat sesuatu. Mengingat tentang wajah Anand yang tidak asing dalam kepalanya.

"Ah gue inget, lo yang kemaren teriak-teriak mandu acara lomba balap kan? yang bikin gue sampe jatoh gara-gara ditabrak lari," ucap Zalfa sambil menepuk lengan Anand pelan, cowok tersebut terlihat berfikir sejenak kemudian tertawa setelah mengingat kejadian kemaren pagi waktu Zalfa terjatuh dan diabaikan begitu saja.

Minus ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang