reflection +k.nj

79 15 0
                                    

Maincast : Kim Namjoon, OC
Genre : -
Length : 500+ words
Disclaimer : Kim Namjoon is belong to God, this story is belong to me
Rating : Teen

...

Aku sedang terduduk sendirian saat matahari mulai malu menampakkan dirinya. Merenung seharian memang sudah seperti hobi baru bagiku akhir-akhir ini.

Menatap kosong ke arah bak pasir yang dipenuhi anak-anak. Suara tawa dan pekikan gembira kudengar disana-sini. Ah, jadi rindu masa kecil.

Sesekali penghidu-ku mencium semerbak harum roti yang baru keluar dari panggangan. Perut berbunyi minta diisi. Baru kuingat seharian ini aku belum memasukkan apapun ke perut.

Beberapa menit kulanjutkan aktivitas merenung. Aku juga bingung kenapa aku gemar merenung. Nyatanya, aku tak tahu apa yang kupikirkan saat merenung. Kosong.

Kurasakan bangku di sebelahku terisi. Aku enggan melirik. Kurasa itu membuang-buang waktu merenungku.

"Mau?"

Bau manis yang luar biasa  menggiurkan tercium. Aku bisa melihat penampakan roti hangat itu di depan mata. Oke, orang ini agaknya kurang sedikit diajari sopan santun.

Bagaimana bisa ia menunjukkan makanan kesukaanku tepat di depan mata?!

Kalau aku tidak punya urat malu, sudah kupastikan roti itu raib bersama kaburnya diriku. Tapi, aku bukan pencuri walaupun kantong dompetku sedang seret-seretnya.

"Terimakasih. Untuk kamu saja," kataku tanpa berniat melirik.

"Saya baru saja dengar perutmu berbunyi. Tidak usah malu-malu. Manusia itu sudah kewajibannya mencerna makanan. Nanti kalau kamu mati kelaparan, saya yang dijadikan tersangka. Itu agak mengerikan bagi saya."

Dia gadis aneh. Tapi, aku jauh lebih aneh karena merasa perkataannya lucu luar biasa. Aku terkekeh kecil, melirik presensinya yang pucat.

Rambutnya sebahu, ada dua tindik di telinganya, gayanya sungguh gothic, matanya tajam selayaknya kucing. Dia menarik, menurutku.

"Baiklah, kalau kamu memaksa." Aku terkekeh lagi. Dia tersenyum kali ini. Lesung pipitnya manis.

Kucuil sedikit dari bagian roti itu. Memasukkannya agak ragu lantas mengunyah. Menikmati rasa manis dan gurih dari roti hangat. Sungguh kenikmatan duniawi bagiku.

"Kamu tahu, saya melihat diri saya yang dulu saat melihatmu."

Dia berujar. Aku meliriknya. Pandangannya lurus tak menatapku.

"Maksud kamu?"

"Saya juga pernah berpikiran yang aneh-aneh sepertimu."

Aku tertegun. Dia menoleh padaku. Tersenyum kecil, namun rautnya begitu lembut. Tak seperti dirinya yang kelihatan bebas sebelumnya.

"Kamu... tahu?"

"Hm. Tertulis jelas di keningmu bahwa kamu mau mengakhiri hidup."

Aku meringis kecil. Memandang pendar jingga di langit.

"Saya lelah. Sangat lelah."

"Hei, pernahkah kamu berpikir bahwa pertemuan itu tak pernah tidak disengaja? Seperti sekarang. Saya rasa Tuhan ingin saya melihat cerminan diri saya dulu pada dirimu."

"Tapi, nyatanya kamu masih disini. Masih bernapas."

Dia tergelak hebat. Tawanya sudah seperti melihat film komedi super lucu.

"Asal kamu tahu, saya pakarnya mencoba bunuh diri. Segala macam cara saya lakukan, tapi nihil. Saya masih bernapas. Bahkan, kadang rasa sakit dan sesal itu masih ada."

Aku menengok padanya. Mengamati netra jelaga yang cemerlang dan penuh kebebasan itu dalam diam.

"Hanya ingin bilang, saya bersedia menjadi satu-satunya orang yang berduka di acara pemakamanmu. Tapi, nanti saya akan menendang nisanmu."

Aku melotot terkejut. Mulutnya sungguh tidak ada filter, ya?

"Ah, saya harus pergi. Ingat ucapan saya baik-baik..."

"... dan ingat nama saya. Hana. Kim Hana."[]

Karena hidup itu keras. Karena kita semua itu pejuang di dunia yang keras ini. Stay in your dream, don't fall. 💜

With Luv,
A-taesthetics

sεяεηε.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang