Jalan yang kita lalui ini senyatanya hanya pembuka dari jalan-jalan yang akan kita lewati.
...
Jungkook ingat kata-kata salah satu abang kesayangannya,
"Semua yang lo rasain sekarang belum ada apa-apanya, Jung. Masih banyak tebing yang harus lo panjat, masih banyak sungai yang harus lo sebrangin."
Dan, yah.
Itu jadi kata-kata terpanjang yang Min Yoongi katakan selama 25 tahun hidupnya.
Jungkook senyum miris, dadanya sesak karena mikir kemana-mana.
"Elo baru mau masuk kuliah, Jung. Ini masih belum seberapa dibanding besok kalo lo udah ngadepin dunia kerja."
Kak Seokjin emang jagonya melebih-lebihkan. Tapi, Jungkook juga sadar kalau ucapan Seokjin benar adanya.
Ini cuma masalah masuk kuliah dan Jungkook udah uring-uringan sejak kemarin.
"Bang, gimana ini? Gue belum dapet kos, belum daftar ulang, terus mikir besok ospeknya gue diapain aja. Pusing banget kepala gue,"
Jungkook jadi gemar berkeluh kesah pada abang-abangnya. Dia juga jadi sensitif banget sampai Taehyung takut buat usilin si bungsu.
"Lo kalo sensi judesnya ngalahin macan bunting, Jung. Gue kan takut,"
Seperti sekarang, sejak pagi Jungkook nolak buat makan, sampai-sampai Jimin yang notabene sibuk sama laporan medisnya turun tangan langsung.
"Jung, emang baik kalo lo udah mikir jauh ke depan. Tapi, jangan kejauhan lah. Yang bisa otak lo konslet entar. Terus kenapa ada acara gak makan segala? Diet?"
Jungkook cuma balas gerutuan Jimin dengan decihan. Si bungsu memang jadi galak belakangan ini.
"Apa sih, bang? Idup-idup gue. Gak usah sok peduli deh."
Jimin melongo tak percaya. Kalau saja bukan adik kesayangan, pasti sudah habis Jungkook kena bogem mentahnya.
"Dikhawatirin malah marah. Untung gue sabar, Jung."
Jimin tinggalkan Jungkook yang bebal demi laporan medisnya.
Esoknya, Namjoon yang baru pulang dari proyeknya di Daegu menyadari suasana rumah yang tak enak.
"Ini ada apa? Kok hawa-hawanya suram banget,"
"Tuh si bongsor sensi mulu sejak kemarin lusa, Bang."
Taehyung tunjuk Jungkook yang baring di sofa dengan ujung dagunya. Namjoon menaikkan salah satu alis, heran.
"Ada apa sih, Jung? Kalo ada masalah cerita aja, jangan dipendem sendiri."
"Gak ada kok, Bang."
"Nah-nah. Gini nih. Sukanya main rahasia sama abang sendiri,"
Dari pintu dapur, Hoseok muncul sambil bawa jus jeruk. Jungkook balas dengan decihan, sedangkan Namjoon tersenyum paham.
"Kalo lo banyak pikiran, kami siap banget jadi tempat curhat lo. Biar dada lo plong, Jung. Gue tau rasa takutnya waktu transisi dari SMA ke kuliah. Gue sama yang lain juga pernah di posisi lo. Jangan takut atau malu buat cerita. Semua orang punya masalah emang. Gak usah dipikir sampe pusing."
Jungkook melunak. Dia pandang abangnya dengan tatapan sendu.
"Maaf, Bang. Gue tau gue egois. Gue bakal cerita sama kalian."
Yang lain tiba-tiba datang. Jimin dan Taehyung yang paling heboh masuk ke ruang keluarga.
"JUNGKOOK KITA UDAH BALIK,"
"GITU DONG, JUNG. MANTEP."
Jungkook tertawa keras. Tak habis pikir dengan dua abangnya.
Memang keluarga itu pihak pertama kali yang tahu dan harus kita beri tahu tentang pahitnya dunia.
Jangan malu untuk terbuka. Dan jangan menolak untuk jadi pendengar.
Selamat malam, dan selamat beraktivitas.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
sεяεηε.
Fiksi Penggemar[ ғℓαsнғιcтιση ωιтн втs мεмвεя ] αdα вєrjutα αksαrα untuk ungkαpkαn rαsα. mєnulís αdαlαh pєrwujudαn dαrí híвurαn pαlíng mєnчєnαngkαn. íní tєntαng вєвєrαpα hαl чαng tαk mαmpu αku ucαpkαn, tєntαng pєlíknчα duníα dαn kєjαmnчα tαkdír. Started On Septemb...