Dinatara Rinai Dosa

4.7K 308 3
                                    

"Masuk!" perintah suara dari dalam.

Arinda dengan langkah perlahan masuk ke ruangan yang menebarkan aroma wangi.

"Silahkan duduk!" Umar menunjuk kursi di seberangnya. Ia tak beralih dari kertas- kertas yang menumpuk di depannya.

Arinda pun duduk. Gugup dan penasaran. Itu yang ia rasakan, karena ini hari penentuannya.

Umar berdehem pelan. Pria itu mengangkat wajahnya.Mata kecil namun sorotannya begitu tajam seakan menusuk ke jantung Arinda. Cepat- cepat Arinda mengalihkan matanya ke bolpoin yang ia genggam.

"Dari hasil rapat, kami memutuskan....kau diterima di sini sebagai karyawan tetap. Arinda Khairunnisa, selamat begabung di keluarga besar Abu Oemar travel!"  ucap Umar sembari masih menatap Arinda yang setengah menunduk.

"Alhamdulillah...." Arinda tersenyum bahagia." Terimakasih,pak." Arinda memberanikan diri untuk beberapa detik mengangkat wajahnya dan membalas tatapan Umar.

Rasanya ia ingin melompat- lompat karena girang. Sebelumnya ia sempat khawatir Umar tidak mengangkatnya sebagai pegawai tetap karena mengetahui dirinya yang memiliki anak.

Umar tersenyum melihat rona bahagia di wajah yang tak pernah terpoles riasan itu.

--------------------

Dreeeeet....suara ponsel yang bergetar di atas meja kerja, mengagetkan Harri. Ia meninggalkan laptopnya. Lalu meraih ponselnya. Pesan WA masuk. Ia membaca pesan WA tersrbut, dan senyumnya mengembang saat tahu pesan itu dari siapa.

' Assalamualaikum. Mas Harri, minta no rek nya ya, aku mau transfer uang. Tapi separuh dulu ya, mas. Sisanya insyaAllah bulan depan.'

' Walaikumsalam. Hai Arinda, apa kabar?'

'Eh, iya sampai lupa tanya kabarnya. Alhamdulillah baik mas. Mas Harri gimana juga kabarnya?'

Harri tersenyum, ia membenarkan kaca matanya yang sedikit turun.

'Alhamdulillah, baik. Oke nanti saya kirim no reknya ya.'

' Makasih mas'

'Iya...salam untuk mak Siti ya'

'Iya, insyaAllah disampaikan nanti.'

Andai saja boleh, ingin rasanya Harri menuliskan kata 'Aku rindu pada mu.' Tapi tentu tak mungkin ia lakukkan.

Harri bersandar di kursi kerjanya.

"Perempuan ini cukup keras kepala, tetap saja mengembalikan uang ku. Padahal kau tau, Arinda...aku ikhlas membantu mu." suara hatinya berujar.

--------------------

Selepas zuhur, saat makan siang bersama. Semua karyawan memberi selamat kepada Arinda.

Umar asyik saja dengan makan siangnya. Ia telah selesai makan, lalu beranjak ke dapur kantor. Ia berdiri di depan wastafel, lalu mencuci piring dan sendok bekas makannya. Arinda memperhatikannya dari tempat ia sedang makan.

"Sepertinya terbiasa mandiri." Gumamnya dalam hati.

Selesai mencuci piring, Umar menghampiri Rony yang masih makan.

"Selesai istirahat, ke ruangan saya!"

"Siap pak!" Sahut Rony.

Umar berjalan menaikki tangga menuju lantai dua.

Dihempaskan tubuhnya ke sofa yang ada di ruang kerjanya. Ia teringat akan peristiwa 12 tahun lalu. Ia minggat dari rumah saat usianya 17 tahun. Hanya baju seadanya, ijazah, dan sedikit uang yang ia bawa.

Diantara Rinai Dosa (Sudah terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang