Is that true?

897 83 11
                                    

'Xi corp'

"Wah besar sekali perusahaannya, kapan ya aku bisa punya perusahaan sebesar ini... Pasti sulit untuk membangunnya dari awal"

Luhan kemudian melangkahkan kakinya memasuki gedung besar tersebut menuju meja resepsionis

"Permisi, saya ingin bertemu dengan pemilik perusahaan ini"

"Maaf kita sedang tidak membuka lowongan pekerjaan" Luhan melihat pakaiannya ya... Memang sih pakaiannya terlihat formal

"Ti-tidak saya tidak mencari pekerjaan, saya dipanggil oleh ayah saya kesini"

"Tunggu sebentar ya" resepsionis tersebut terlihat sedang bercakap dengan lawan diseberangnya

"Mbanya ditunggu diruangannya lantai 6"

"A-apa mba? La-lantai 6?" gugup Luhan

"Iya lantai 6, memangnya kenapa?"

"Ti-tidak, hanya saja... Saya trauma dengan ketinggian"

"Kalau begitu mba tunggu saja diruang rapat gedung sebelah kiri, nanti biar saya kasih tau sajangnim"

"B-baiklah, permisi"

Luhan kemudian menuju keruang rapat

"Ah ini dia ruangannya"

Kemudian ia masuk dan menunggu disalah satu kursi sampai seketika ia melihat sang ayah yang masuk bersama dengan... Ia tidak tahu pasti tapi dapat ia kira itu adalah pemilik perusahaan ini

"Ah ternyata Luhan sudah disini" sontah Luhan langsung membungkukkan badannya

"Annyeonghaseyeo, saya Luhan"

"Nah Luhan... Ayah memanggil kamu kesini itu ingin menyerahkan kamu ke tuan Xi"

"M-maksudnya ayah?" Luhan tak mengerti maksud dari ucapan ayahnya

"Jadi sebenarnya kamu itu anak dari tuan Xi, ayah menemukanmu terluka saat kecil dan merawat kamu hingga  sampai akhirnya ayah menemukan fakta bahwa tuan Xi ini adalah ayah kandung kamu"

Luhan masih tak paham, ia belum bisa mencerna ini semua secara mendadak, ia merasa kepalanya sedikit pusing dan sekelebat memori tentang masa lalunya terulang kembali

'Flashback on'

"Nah Luhan, ini namanya pesawat" ucap sang ayah sambil menunjuk sebuah pesawat yang tengah terparkir di sebuah bandara

"Pecawat? Pecawat itu apa papah? Lulu tak ingin menaikinya"

"Kenapa tidak mau? Nanti lulu bisa merasakan terbang, memangnya lulu tak mau? Kita akan bertemu dengan mamah dengan pesawat itu"

"Telbang? Wah lulu mau telbang cepelti bulung yang biacanya lulu lihat ditipi, lulu juga ingin beltemu dengan mamah" kemudian ayahnya mengelus lembut rambut sang putri kecilnya tersebut

"Anak pintar"

'Flashback off'

"Luhan kamu tidak apa-apakan? Lebih baik aku meninggalkan kalian berdua" ayah Luhan kemudian meninggalkan mereka berdua

Jadilah suasana canggung antara anak dan ayahnya yang sudah tidak bertemu sejak lama

"Luhan" ayahnya membuka percakapn terlebih dahulu dan Luhan sama sekali tidak melihat ke arah papahnya

"Kenapa kau meninggalkanku?" Luhan menahan amarahnya yang memuncak

"Luhan, papah bisa jelaskan"

"KENAPA KAU MENINGGALKANKU SAAT AKU TERLUKA? KENAPA PAH? KENAPA?"

"Luhan... Papah bisa jelaskan semuanya"

"Cih... Menjelaskan apa lagi hah? Belum puas kalian membuangku saat kecil? Ini sudah sangat jelas pah... Kau membuangku... Hiks... Aku benci kalian... Hiks..." Luhan mulai mengeluarkan air matanya

Ayahnya dengan segera memeluk putri kesayangannya

"Dulu sekali saat kamu masih kecil papah pernah mengajakmu untuk bertemu dengan mamah menggunakan pesawat yang saat itu mamah tengah berada di Korea, namun saat diperjalanan ada insiden yang menyebabkan pesawat jatuh dan mulai dari situ papah dan mamah kehilangan kamu..."

"... Papah dan mamah tidak mungkin membuang anak kesayangan kami... Dan akibat kecelakaan itu kamu menjadi lupa ingatan dan memiliki trauma terhadap ketinggian..."

Luhan hanya mendengarkan penjelasan dari ayahnya yang menurutnya masuk akal

"Papah... Hiks... Aku rindu kalian... Hiks... Jangan tinggalkan aku sendiri lagi..."

"Papah dan mamah tidak akan meninggalkan kamu sendiri lagi"
.

.

.
Tbc
.

.

.
Gomawo Mianhae Saranghae💕

Jeongmal Mianhae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang