Crazy Dara

71.3K 2.6K 16
                                    

Happy reading cinteh😜

_________________

Aldrick dan Zara memasuki rumah mereka dengan tersenyum, bagaimana reaksi kedua anaknya jika mengetahui mereka kembali. Ya selama dua hari ini mereka berlibur ke Bali dan meninggalkan kedua anaknya demi kebahagian mereka berdua bahkan melupakan ulang tahun si sulung. Kejam bukan? Ah tidak Arvie sedikit menikmati moment itu.

Mereka masuk dengan langkah kaki yang berketuk serasi. Namun saat mereka benar-benar masuk kedalam kedua mata mereka membulat. Rasanya mereka menyesal pulang terlalu cepat.

Sungguh pemandangan yang tidak mengenakkan dimata, apalagi dimata Zara. Ruang tv mereka tinggalkan dua hari yang lalu berubah menjadi kapal pecah, bahkan sofa-sofa tak beraturan lagi, kaleng minuman berserakan dan tv masih menyala. Insan beranak dua tersebut menghempaskan diri disofa dan menghela nafas lelah.

"Ahh seharusnya kita tidak pulang." desah keduanya.

*****

Lantai marmer itu tampak lebih indah dari pada dua orang yang tengah menatapnya tajam. Sedari tadi Arvie hanya menunduk dan menatap lantai dengan khusyu, tidak berani melihat kedua orang tuanya yang menghunuskan berbagai macam tatapan kepadanya. Bagaimana dengan Ana? Jangan ditanya, gadis itu hanya diam dan membolak-balikan buku. Tanpa memperhatikan orang disekitarnya.

"Apa kalian baru saja berperang?" tanya Zara pada kedua anaknya.

"Tidak Ma, aku hanya berpesta kecil bersama temanku." sahut Arvie dengan takut-takut dan suara merendah. Aldrick mati-matian menahan tawanya, mengapa putranya itu begitu takut pada ibunya. Padahal dengan dirinya no open.

"Pesta apa? Pesta menghancurkan rumah? Ya tuhan kapan sadarnya anakku yang satu ini." ucap Zara, dan membuat Aldrick bergidik ngeri.

"Dan kamu Ana, kamu juga ikut berpesta?" tanya Zara. Dan di jawab gelengan oleh Ana.

"Syukurlah, ternyata putriku masih waras." Zara menghembuskan nafas lega.

"Jadi maksudnya aku tidak waras begitu?" tanya Arvie tidak terima.

"Ternyata kamu mengerti." sahut Zara. Membuat Arvie menekuk wajahnya.

"Sudahlah, kalian tidak malu selalu berdebat?" Aldrick mulai membuka suara.

Ibu dan anak itu mendelik tak suka pada Aldrick. Ana mulai bosan duduk di sofa dan mengangkat pantatnya dari sana.

"Kamu mau kemana Ana?" tanya Zara.

"Kamar." hanya itu yang lolos dari bibirnya. Lalu melangkah meninggalkan ruang tv tanpa sekedar menoleh.

"Lihatlah putrimu sangat mirip denganmu, membuatku menggigil saja." Aldrick menaikan sebelah alisnya.

"Tentu saja, karena aku Ayahnya," sahut Aldrick.

"Huhhh kenapa tidak mirip dengan Daniel saja." gerutu Zara.

"Ya sudah, menikah saja dengan Daniel." ucap Aldrick kesal.

"Bolehkah?" tanya Zara.

"Tentu saja, aku juga akan menikahi istrinya." jawab Aldrick tersenyum menang.

"Baiklah, kutarik ucapanku." ucap Zara pada akhirnya. Aldrick tersenyum puas. Tentu saja Zara sangat mencintainya. Hei bukan bermaksud sombong. Itu memang kenyataan.

Sedangkan Arvie telah hilang sedari tadi. Bosan mendengar ocehan orangtuanya. Sekaligus kabur dari interogasi panjang.

*****

ALANA and The Baby Twins | End✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang