Sipenganggu....

45.7K 2.2K 159
                                    

Jangan pelit vote dan coment
Happy readiiing!!

⭐⭐⭐⭐⭐

"Menikahlah denganku Kei.."

Prok! Prok! Prok!

"Pretty Mama! Tolak saja dia!"

Ana dan Alden menoleh kearah sumber suara. Mereka melihat Arvie sedang bertepuk tangan memasang wajah mengejek dan Evin berada digendongannya tepatnya diabahunya sedang melakukan tugas setan dengan menyuruh Ana menolak papanya sendiri.

"Kenapa kalian bisa disini?" tanya Ana kebingungan.

"Kami harus disini, melindungimu dari iblis mesum seperti dia." telunjuk Arvie mengarah tepat pada Alden.

Alden terkekeh sinis, semenjak Arvie tau ia pria yang meniduri Ana, mereka memang menjadi renggang dan bermusuhan. Terlebih lagi mereka jarang berkumpul seperti dulu, sekali berkumpul maka Franz dan Andreas harus memakai pengaman agar tidak terkena percikan api permusuhan mereka.

"Dasar penguntit." ajek Alden.

Arvie berjalan mendekati mereka lalu menghadap Alden dengan serius, tak beda dengan Evin yang berada diatas bahu Arvie memasang wajah angkuh dengan bersedekap dada.

"Ana tidak akan menikah denganmu, yang benar saja." Arvie tersenyum mengejek menatap Alden dengan meremehkan.

"Aku bukan mengajakmu menikah, jadi aku tidak butuh pendapatmu." Alden membalas dengan senyum tak kalah sinis.

Evin geram, akibatnya dengan tak sengaja memukul kepala Arvie dengan kesal.

"Aish..kau memukul kepalaku? Kenapa?!" tanya Arvie geram. Berani sekali bocah itu memukul kepalanya, biarpun Evin keponakannya tetap saja ia tidak boleh sembarangan.

Alden yang sedari tadi mengacuhkan Evin, kini mengalihkan tatapan fokusnya pada bocah tersebut. Matanya membulat, membandingkan wajah Arvie denagn bocah tersebut.

"Anakmu dari wanita mana itu?" tanya Alden seraya mengeluarkan smirknya.

Arvie melongo mendengar pertanyaan keramat Alden, sedikit kesal karena Evin selalu dituduh sebagai anaknya, bahkan dituduh oleh Alden, ayah anak itu sendiri. Kenapa wajah mereka harus sama? Itulah pertanyaan Arvie semenjak bertemu Evin.

"Paman turunkan aku." pinta Evin pada Arvie.

Arvie menurunkan Evin dari bahunya. Setelah kakinya menginjak tanah, bocah itu segera menghadap Alden yang menjulang tinggi dihadapannya.

"Devil Pap...ah devil Paman, apa kau selalu lupa atau memang sengaja lupa?" tanya Evin kesal, pasalnya ia tidak diakui sebagai anak dari ayahnya sendiri malah dituduh sebagai anak orang lain.

"A..apa? Kau memanggilku devil?" tanya Alden tak percaya, lain halnya dengan Arvie dan Ana mereka puas sekali melihat betapa tidak sukanya Alden dipanggil seperti itu.

"Lalu Paman ingin kupanggil demon?" tanya Evin sedikit bernegosiasi.

"Ya Tuhan, kenapa aku selalu bertemu dengan anak yang sifatnya brengsek seperti ini." gumam Alden dengan pelan masih tak menyangka. Namun mereka mendengar gumamannya.

"Siapa yang kau bilang brengsek?" tanya Ana mendadak dingin. Mata dan ekpresinya mendadak menyorot Alden dengan datar.

Alden menunjuk Evin tanpa beban.

"Enak saja, Paman yang brengsek!" Evin merasa tidak terima dikatakan brengsek.

"Ah mendengar ucapan pedasmu aku jadi teringat dengan putraku." ucap Alden seraya memandang Ana yang tengah memandang kearah lain.

ALANA and The Baby Twins | End✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang