Apa yang harus Kino lakukan sekarang?
Ia sangat frustasi. Setelah mengetahui kebenaran mengenai Soyeon, Kino hanya bisa terus merutuki kebodohannya.
Dengan mudahnya, Kino mempercayai Soyeon begitu saja tanpa mendengar penjelasan dulu dari Hyebin. Ia juga terus melukai gadis itu dengan perkataannya yang kasar.
Kino tahu ia sudah membuat kesalahan yang sangat besar hingga membuat ia harus berpisah dengan Hyebin seperti ini dan Kino sangat menyesalinya.
Ya walaupun ia tak berhak untuk menyesali kesalahannya, setidaknya Kino sangat ingin bertemu dengan Hyebin dan meminta maaf pada gadis itu.
Kino sedang berbaring diranjangnya, menatap langit-langit kamar yang dihiasi penuh oleh bintang-bintang.
Hyebin yang memasang semua itu. Gadis itu bilang jika bintang-bintang itu akan menyala saat lampu dipadamkan. Selain membuat kamar menjadi lebih cantik, Kino juga tidak akan takut oleh kegelapan saat malam hari katanya.
Cih.. Lucu sekali. Satu-satunya orang yang sangat takut dengan kegelapan adalah Hyebin sendiri dan bukan Kino.
Kino sering sekali menjahili gadis itu dengan berpura-pura mematikan lampu dan berteriak melihat hantu setelah itu. Hyebin yang memang sejak awal sangat penakut akan ikut berteriak dan merengek meminta Kino untuk menggenggam tangannya.
Tunggu dulu.. Tak seharunya Kino mengingat kenangannya bersama gadis itu. Hatinya terlalu sakit saat tersadar jika Hyebin sudah tidak tinggal bersamanya lagi dan itu membuat penyesalan kembali mencekik lehernya.
Kino mengusap wajahnya kasar. Ia menoleh saat pintu kamarnya terbuka, memperlihatkan bayangan Ibunya.
"Kau tidak makan malam, Kino?"
Nyonya Kang menghidupkan lampu kamar Kino dan berjalan menghampiri anak laki-lakinya itu.
"Mau Ibu buatkan makanan lain?" tanya Nyonya Kang lagi.
"Aku tidak lapar." jawab Kino malas.
Ia bangkit dari tidurnya. Kino berjalan menuju meja belajar, duduk disana sambil memasang earphone yang tidak tertancap pada ponsel. Bukannya mengabaikan sang Ibu, hanya saja ia terlalu lelah dengan semua yang terjadi.
"Kenapa kau jadi seperti ini? Kau jarang makan bersama dan lebih sering pulang malam." ujar Nyonya Kang.
"Aku memang seperti ini sejak dulu." sinis Kino.
"Kau tidak ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi?"
"Aku belum memikirkannya."
"Jika kau mau, kau bisa saja langsung menjadi direktur di perusahaan Ayah. Kau bisa bekerja sambil kuliah nanti."
"Aku tidak tertarik."
Nyonya Kang menghembuskan nafasnya kasar. Anak laki-lakinya ini memang sedikit tidak memperdulikan sekitar dan cenderung bersikap dingin. Biasanya, Kino tidak akan menunjukkan sikap itu di depan keluarganya, ia tidak pernah secuek ini pada Ibunya. Nyonya Kang tahu betul tentang alasan kenapa Kino menjadi seperti ini.
"Kau marah pada Ibu ya?" tanya Nyonya Kang lagi.
Tak ada jawaban dari Kino. Walaupun Kino sedang memakai earphone, Nyonya Kang yakin jika Kino dapat mendengar suaranya dengan jelas. Nyonya Kang tahu itu.
"Bukankah ini pilihanmu? Ibu yakin jika berpisah adalah jalan terbaik yang kau pilih. Tapi kenapa sekarang kau kesal, Kino?"
Kino melepaskan earphone yang bertengger di telinganya dengan kasar dan beralih menatap Ibunya tajam. "Pilihanku? Ibu menikahkanku dengannya tanpa sepengetahuanku dan menyetujui keputusan Hyebin untuk berpisah juga tanpa seijinku bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Violet [Kang Kino]
FanfictionViolet, sebuah warna yang memberikan kesan magis sekaligus dingin bagi siapapun yang hanya meliriknya. Namun, Violet juga akan memberikan kesan kehangatan dan kebahagiaan jika melihatnya dan memperhatikannya dengan seksama. Seperti dia, pria Violet...