Chapter 1

85 10 11
                                    

"Pergilah kau anak pembawa sial"

"Anak yatim piatu seperti mu tak pantas berada di sekolah ini"

"Sekolah ini hanya untuk orang-orang seperti kami"

"PERGILAH"

"ENYAHLAH"

"PEMBAWA SIAL"

"TIIIDAAAAAAAK"

Hosh hosh hosh

'Ternyata hanya mimpi'

Seorang gadis cantik terbangun dari tidurnya dengan keringat bercucuran di seluruh wajah putih menjurus ke pucat itu. Ia memijit pangkal hidungnya pelan untuk menghilangkan sakit yang menyerang kepalanya. Dirinya melamun sejenak sampai jam weker di nakas samping tempat tidurnya berbunyi menunjukkan pukul 05:00 pagi

'Bib'
'Bib'
'Bib'

'Haah... saatnya menjalani hari yang baru lagi, semoga bukan hari yang buruk' batinnya sambil mengusap wajah cantiknya, kemudian bergegas berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Liliana Emiral, gadis bersurai seindah daun mapel dengan mata bertakhtakan batu emerald yang tajam, gadis yang cantik namun tegas disaat bersamaan, gadis berusia 14 tahun yang duduk di kelas IX-A SMP Harapan dengan berbagai prestasi yang gemilang, gadis berbakat dengan sejuta talenta.

Namun, tak semua orang menganggapnya berharga. Dirinya dibully oleh hampir semua teman sekolahnya, seperti saat ini, saat dia membuka pintu kelas dirinya dihadiahi 2 buah penghapus papan tulis dengan taburan kapur yang nampaknya sengaja diserut.

Seluruh anak di kelasnya menertawainya, Lili hanya diam dengan wajah tertunduk, tak ada yang tahu bahwa mata seindah batu emerald itu berkilat marah memandang tajam seluruh temannya.

'Teng, Teng, Teng, Teng'

Bel berdentang 4 kali menandakan bahwa proses belajar mengajar akan segera dimulai. Lili yang tadinya berada di depan pintu, berjalan menuju bangkunya yang berada di pojok paling belakang dekat dengan jendela. Ia mengeluarkan saputangannya untuk sekedar menghilangkan kapur dari rambut dan pakaiannya.

'Cklek'

"Selamat pagi anak anak" sapa wali kelas IX-A

"Selamat pagi pak" jawab siswa/i kelas IX-A

"Minggu lalu bapak sudah meminta kalian untuk memikirkan masa depan kalian, jadi hari ini kalian akan mengisi angket tentang apa yang akan kalian lakukan seperti yang sudah bapak jelaskan minggu lalu. Ketua kelas tolong bagikan angket ini pada teman-teman mu" jelas pak Yudha kepada seluruh murid dan menyerahkan angket tersebut kepada ketua kelas.

"Pikirkan lagi baik-baik sebelum diisi, lalu isi dengan benar dan sesuai dengan keinginan kalian. Kumpulkan pada ketua kelas saat istirahat, dan ketua kelas kumpulkan di meja bapak, bapak tunggu paling lambat saat jam istirahat berakhir. Setelah pelajaran nanti bapak berikan waktu satu jam terakhir pembelajaran untuk mengisinya sebelum jam pelajaran berakhir. Sekarang buka buku kalian halaman 67, jadi pewarisan sifat yang terjadi pada manusia...." jelas pak Yudha panjang lebar dan memulai pelajaran biologi menghentikan percakapan para murid tentang angket tersebut.

Lili terlihat diam mematung, dalam hati dirinya gelisah dan mulai bertanya tanya apa yang akan ia lakukan untuk masa depannya, ia belum memikirkan apapun untuk masa depannya, bahkan untuk memikirkan kemana dirinya akan melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya pun belum terlintas dipikirannya.

Dream FightersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang