Suara musik memenuhi pendengaran gadis dengan netra sejernih batu emerald itu. Sebuah headphone berwarna hitam terpasang apik di kepala si gadis dan tersambung dengan mp3 yang memutar lagu sedikit menghentak.
Bibir pink pucat itu sesekali menggumamkan lagu yang didengarnya. Kaki rampingnya berjalan menyusuri pantai dengan pasir putih berkilau.
Jemari lentik si gadis menggenggam sebuah buku sketsa bersama sebuah pensil dan penghapus.Semilir angin beraroma laut menyapa penciuman si gadis, mengayunkan beberapa helai rambut panjang tergerai itu. Ia terus berjalan hingga kaki nya terhenti pada spot indah dengan pemandangan laut dan tebing karang.
Menghempaskan tubuhnya ke pasir yang tentu tak empuk, mengambil buku sketsanya dan mulai menggambar.
Terlalu asik dengan kegiatannya, ia tak menyadari kehadiran seseorang dibelakangnya yang mulai berjalan mendekati dan ikut duduk disampingnya.
Merasakan kehadiran seseorang disebelahnya, Lili menoleh, mendapati seorang pemuda bersurai pirang jabrik. Lili menatap bingung pemuda disebelahnya. Dalam hati, Lili berkata 'ini bule dari mana datang tiba-tiba' batin absurd Lili yang tak menyadari bahwa dirinya bukan berdarah murni bumi khatulistiwa ini.
Merasa ditatap, pemuda itu menoleh dan mendapati tatapan gadis disebelahnya yang seolah bertanya, 'siapa kau?'. Terkekeh pelan pemuda itu menarik headphone yang dipakai gadis bersurai semerah daun mapel kering di pertengahan musim gugur itu hingga menggantung dileher jenjang sang gadis.
"Kau tahu nona? Memakai headphone saat bermain ke pantai adalah pilihan yang buruk." Ucap pemuda itu sembari mengalihkan pandangannya ke arah laut.
"Apa maksudmu?" Tanya Lili bingung. Entah kenapa otak jeniusnya tak bisa mencerna perkataan pemuda asing namun familiar dimatanya.
"Alam punya musik yang lebih indah dari yang dihasilkan oleh manusia. Coba pejamkan matamu dan dengarlah hal yang akan kau lewatkan dengan headphone itu di telingamu" jelas pemuda itu panjang. "Itu ajaran salah satu maniak musik yang berstatus sebagai temanku." Sambungnya.
Menuruti perkataan pemuda itu, Lili pun menutup matanya. Ada sensasi aneh namun nyaman saat suara deburan ombak memasuki Indra pendengarannya. Desiran angin yang menggesek daun kelapa menjadi penambah 'musik' indah dari alam seperti yang dikatakan oleh pemuda yang duduk disampingnya kini.
"Kenzie Rayshiva" ucap pemuda itu tanpa menoleh.
"Liliana Emiral" sahut gadis itu singkat sambil melirik sekilas pemuda asing disampingnya. Ia masih tak nyaman untuk mengganti nama belakangnya dengan nama besar 'Ananda', belum terbiasa mungkin. Bahkan ia tak pernah memakai nama keluarga aslinya dibelakang namanya tepat setelah dirinya pergi dari rumah mewah milik kedua orang tuanya.
Berdiam diri seolah waktu terhenti saat itu bagi keduanya, ahh tidak, hanya pemuda bernama Kenzie itu saja yang berdiam diri, sedangkan gadis disampingnya mulai meneruskan kegiatan menggambarnya.
Tak nyaman dengan keterdiaman diantara mereka, pemuda pirang itu melirik gadis disampingnya dan mendapati sebuah gambar sketsa pemandangan dihadapannya yang benar-benar mirip. Jika boleh berkomentar, ingin rasanya Kenzie mengatakan bahwa itu adalah gambar sketsa paling nyata yang pernah ia lihat.
Merasa diperhatikan, Lili menoleh kesamping menangkap basah pemuda yang terus memperhatikannya atau lebih tepatnya gambar yang ia buat. Merapatkan buku sketsa itu ke dadanya, pandangan Lili beralih ke depan dan mengulum bibirnya, kebiasaannya ketika sedang malu atau gugup.
"Kenapa kau menutupnya? Itu gambar yang indah, biarkan aku melihatnya." Ucap Kenzie sambil menarik buku sketsa itu dari pelukan Lili.
Lili berusaha mengambil kembali buku itu dari tangan pemuda yang baru dikenalnya itu, namun pemuda itu malah berdiri dan mengangkat buku itu tinggi-tinggi. Sehingga Lili tak dapat menggapai buku sketsa miliknya, melihat tingginya hanya sebatas dagu pemuda itu. Kesal akan hal itu, Lili menjegal kaki pemuda itu hingga terjatuh dan mengambil apa yang seharusnya menjadi miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Fighters
Teen FictionKetika harapan mu tercapai. Ketika mimpimu jadi kenyataan. Liliana Emiral, seorang gadis introvert berparas cantik dan baik hati dengan kejeniusan yang selalu menuai pujian tak hanya akademik, Lili pun mahir memainkan hampir semua alat musik dan ber...